Hari ini aku mau menulis tentang anjingku seekor pitbull jantan yang cerdas, pintar,  manja  dan keras  gonggongannya kepada setiap orang tak dikenal yang lewat depan rumahku. Namanya Gnocchi atau biasa dipangil Ochi. Usianya baru satu  tahun dua bulan tapi tubuhnya sudah tinggi dan besar berotot.
Anakku lanang membelinya di bulan Oktober tahun yang lalu. Saat itu usianya baru dua bulan dan tampak kecil, lucu dan menggemaskan. "untuk teman mamah kalau pensiun nanti  biar gak kesepian kalau kami sama papah pergi kerja", katanya.Â
Saat itu jujur saja aku tidak begitu senang. Aku tidak menyukai anjing, membayangkan Ochi saat  beranjak dewasa, lalu  menggonggong dan menggigit tamuku yang datang kerumah sudah membuatku pusing dan kesal. Apalagi saatku menonton di youtube seekor Pitbull berkelahi dan menggigit leher  lawannya sampai tewas,  wadooow... jadi makin gak suka dan terganggu  rasanya hidupku dirumah yang adem nyaman ini karena Ochi.
Hari pertama kehadiran si bayi pitbull ini membawa suasana semarak dirumah. Anak-anak dan suamiku tampak sangat antusias, senang dan bahagia bermain dengan Ochi, pendeknya seperti anak kecil mendapat mainan baru yang  sangat didambakan.
Saat malam tiba Ochi dimasukan kekandangnya di belakang rumah. tapi sepanjang malam itu  aku tidak bisa tidur  nyenyak dan nyaman seperti malam-malam sebelumnya karena Ochi merengek, menangis dengan suaranya yang nyaring dan menyayat hati sampai subuh tiba. Mungkin karena gak betah dikandangnya dan gak mau ditinggal sendiri.
Di malam berikutnya, dengan harapan kami tidak mendengar suara rengekannya yang pecah dikuping, kami serumah sepakat memasukkan  si bayi cengeng  ini lengkap dengan kandangnya diruang santai keluarga. Tapi ternyata strategi ini tidak memberi hasil yang sesuai ekspektasi karena  Ochi masih juga merengek-rengek sedih sepanjang malam selain itu kotorannya juga bertebaran dikandang.
Rupanya karena sedih dan kesal sendiri di tempat baru, si bayi pitbull ini berlari-lari mengelilingi  kandangnya yang menyebabkan kotorannya terbawa kaki mungilnya menciprati lantai sekitarnya. Oh, Makin pening kepalaku jadinya.
Di hari ketiga akhirnya Ochi bisa bobo tenang gak pakek aksi merengek dan menangis lagi sehingga aku juga bisa  tidur dengan nyenyak sepanjang malam. Tapi tetap saja aku yang  harus membuang kotorannya yang bau asem karena aku yang selalu paling dahulu bangun saat subuh tiba sementara anak-anak dan suamiku tercinta masih tidur pulas.
Begitulah pembaca yang budiman, tiga bulan berlalu. Hampir tiap hari aku mengomel  karena gak suka dengan kehadiran Ochi hingga pada suatu ketika di suatu siang anakku lanang berkata; "Mah kalau mamah gak suka sama Ochi biar kita jual saja, kasihan mamah tampak tertekan karena kehadirannya".
Kulihat wajah anakku dan suamiku tampak harap-harap cemas menunggu jawaban dari mulutku. Aku diam menatap Ochi lalu kucoba mengusap kepalanya lalu ke pipinya  dijilatnya tanganku dengan ramah manis. Hatiku berkata; "anjing ini pasti bisa kudidik menjadi anjing pintar dan penurut,"  Kemudian tanpa ragu dengan tegas  kujawab,;"Jangan! biar mamah belajar menerima Ochi."
Keesokan harinya sepulangku dari kantor kulihat Ochi sedang bermain di beranda belakang berlari-lari dengan  penuh semangat mengitari dan menggonggong cetok semen yang selalu  kami pakai untuk membuang kotorannya.
" Ochi kamu gak boleh menggigit cetok nanti mulutmu luka," kataku. Mendadak Ochi langsung berhenti menggonggong dan menyalak. Seketika meninggalkan cetok semen itu, menghampiriku lalu merebahkan diri dikakiku dengan manja. Walaaah, jadi  makin sayang aku dengannya.
Anakku lanang yang mengintip dari balik jendela berkata kepada adiknya ;" Pintar sekali Ochi ini mengambil hati mamah kita. dia tahu siapa penguasa rumah yang hatinya harus ditaklukkan agar tidak di deportasi," heheheh... Pandai nian Ochi membuat dirinya disayangi.
Sejak saat itu aku yang selalu menyiapkan makan Ochi tiga kali sehari, memasak  tulangan dan ceker ayam untuknya setiap bangun pagi, memberi vitamin tiap hari,  mengantar Ochi vaksin ke dokter hewan, memberi obat cacing, pokoknya tiada hari tanpa membri perhatian untuk Ochi. Aku juga menghapus peraturan melarang Ochi masuk ruang depan dan kamar, Ochi boleh bermain didalam rumah dan tidur dikasurnya di ruang beranda dan tidak dikandang lagi kecuali kalau ada tamu yang tidak dikenalnya karena kami takut tamu kami merasa tidak nyaman. Â
Hari demi hari berlalu rumah yang dulunya sering sepi sekarang ramai penuh tawa dan canda karena kehadiran Ochi. Mami Ochi begitu anak-anakku dan suamiku menggelariku. Â Sejalan dengan pertumbuhan badannya yang semakin tinggi dan besar dan pelajaran etika yang diberikan kami sekeluarga, Ochi berubah menjadi pintar tidak BAB sembarangan dan rajin mandi maksimal seminggu sekali.
Dalam hal makanpun Ochi bersikap anggun bak priyayi. Piring makannya harus ditaruh didepannya dan dipersilahkan dulu, kalau tidak disuruh makan dia akan diam dan tidak akan menyentuh makanannya. Sangat berbeda dengan sikapnya dahulu yang rakus dan terbiasa mendekat minta bagian kepada setiap anggota dirumah yang sedang makan. Selain karena hasil didikan kami, mungkin juga ini terjadi karena Ochi sudah mulai beranjak dewasa. Â
Di belakang rumahku, tepatnya dekat mesin cuci yang langsung berhubungan dengan saluran pembuangan limbah air, ada seekor tikus nakal yang sering mencuri sisa makanan di piring Ochi. Begini awal kejadiannya.
Di suatu siang yang cerah, Ochi sedang leyeh-leyeh mengaso seperti biasa merebahkan diri sehabis makan. tampak ada tersisa sedikit makanan di piringnya. Adapun piring makannya hanya berjarak beberapa langkah dari tempat Ochi berbaring santai. Perlahan tapi pasti muncul tikus nakal itu dari saluran air. Ia menoleh kian kemari sambil mengendap-endap mengambil makanan dipiring, menatap Ochi seolah menantang kemudian lari ke saluran pembuangan air. Ochi sempat terpana lalu mengejar, tapi dengan lincahnya si tikus itu berlari cepat dan menghilang, sementara Ochi kewalahan mencari di sepanjang saluran air sambil menyalak-nyalak marah persis seperti di film kartun Tom and Jerry.
 Sejak saat itu Ochi menganggap tikus itu sebagai musuh besarnya dan setiap kali kami menyebut kata: "tikus" Ochi langsung berlari kebelakang memeriksa saluran air dibelakang mesin cuci.  Â
Got pembuangan air ditepi tembok belakang itu awalnya terbuka tapi karena Ochi hampir setiap hari bermain disitu memburu tikus dan kami dirumah capek setiap hari mencuci dan melap moncong dan wajahnya yang kotor dan bau karena masuk got, maka kuputuskan untuk menutupnya dengan teralis besi sehingga kepala Ochi tidak bisa masuk ke got lagi.
 Itulah sebabnya Ochi tidak bisa mengalahkan si tikus cerdik itu karena saat dikejar si tikus langsung berlari ke got dibawah teralis itu sambil mengintip-intip mungkin juga sambil mengejek Ochi pecundang dengan menggunakan bahasa binatang, hahaha...
Sesungguhnya anjing adalah binatang ciptaan Tuhan yang pandai dan mengerti bahasa manusia. Contoh soal, suatu kali karena asyik  bermain bola dan berebut bola, tanganku digigit Ochi agak keras sehingga merah membiru. Aku mengaduh lalu berkata kepadanya " Ochi sakiiiit !  jangan pernah gigit mami  lagi ya..."  kataku kepadanya. Ochi diam lalu masuk rumah dan merebahkan dirinya dilantai. . Lama ia diam sampai ku datang dan mengusap-usap kepalanya.
Sejak saat itu kalau bermain denganku Ochi tidak mau menggigit lagi, bahkan kalau kumasukkan tangan atau jariku ke mulutnya yang lebar itu, Â mulut tetap menganga dan tidak mau mengatup atau terkadang didorongnya tanganku agar keluar dari mulutnya.
Sementara kalau bermain dengan suami dan anak-anakku selalu ada tangan atau paha yang lecet merah membiru  karena gigitan Ochi yang  meski pelan tapi gigi dan taringnya  tajam seperti gergaji.  Hebatnya  Ochi, pintar membedakan perlakuan dan sikap terhadap tuan-tuannya.
Ochi sangat suka dibelai dan disayang karena sejak kecil menjadi anjing rumahan dan tidak diajari berkelahi seperti layaknya pitbull lainnya. Terkadang datang manjanya saat malam hari  dia merengek-rengek menangis  sambil membenturkan tubuhnya ke pintu kamar anak gadisku minta diijinkan masuk kamar dan alhasil karena bosan dengar suara Ochi yang menghiba-hiba mewek dibuka lah pintu dan Ochi langsung melompat ke atas ranjang anak gadisku dan keduanya tidur nyenyak sampai pagi. Begitulah Ochi banyak akal bulusnya Heheh...   Â
Tapi yang namanya pitbull tetaplah anjing yang ganas. Pernah kejadian ada mahasiswi datang untuk berkonsultasi kerumahku (Suamiku yang seorang dosen di suatu Universitas Negeri). saat itu kebetulan bersamaan dengan aku pulang kantor. Kubuka pagar,  kulihat pintu depan rumah terbuka sementara mahasiswi itu berjalan dibelakangku. Tiba-tiba Ochi keluar dari pintu rumah  berlari kencang kearah mahasiswi itu sambil menggonggong keras ...diterjangnya paha mahasiswi itu. untunglah Ochy berhasil kutangkap,  kubujuk dan kubawa masuk kedalam rumah.
Kemudian aku berbalik lagi kedepan, kulihat mahasiswi itu duduk dengan gugup diteras. Saat kutanya apakah ada yang terluka dan sakit, mahasiswi itu menjawab "tidak ada yang terluka bu, hanya celana jeans ini sedikit sobek dipaha bekas digigit Ochi.
Puji Tuhan tidak terjadi seperti video di Youtube yang kutonton itu... ngerinya daku membayangkan kalau sampai gigi Ochi yang tajam-tajam laksana pisau itu menembus paha mahasiswi itu...
Sejak saat itu kami selalu hati-hati kalau ada tamu datang Ochi langsung diamankan ke belakang demi untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Nyata sudah meskipun Ochi dirawat dan dibesarkan sejak bayi sebagai  anjing rumahan dan dilimpahi dengan penuh kasih sayang tapi ternyata watak dasarnya tetap melekat sebagai  anjing yang ganas terhadap lawannya dan terhadap orang yang dianggapnya membahayakan tuannya. Satu hal lagi Ia hanya setia dan penurut kepada majikannya. Jadi sangatlah berbahaya jika Ochi dibiarkan kelayapan didepan rumah tanpa keberadaan kami bersamanya.
Tapi apapun kelebihan dan kekurangan Ochi, kami sekeluarga sangat mengasihinya, merasa sangat terhibur dan bahagia dengan keberadaan Ochi  dalam kehidupan kami.
Sekian dulu ceritaku, salam hangat. Â Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI