Saya yakin bahwa saat pensiun, saya akan merasa tetap berguna terutama bagi keluarga saya.
Saya sadar bahwa seiring berjalannya waktu anak-anak saya akan menikah dan pergi meninggalkan rumah.
Namun toh ada mantan pacar alias suamiku tercinta yang penuh perhatian kepadaku. Ada juga para sahabat yang selalu menunggu kehadiranku untuk berkongkow ria untuk sharing segala masalah kehidupan dan melakukan kegiatan sosial yang bermanfaat bersama sehingga tidak ada waktu untuk melamun dan bersedih.Â
Satu hal lagi yang terpenting, saya bisa sepenuhnya meluangkan waktuku untuk melayani Tuhan di sisa hidupku, hal yang selalu kuimpikan dan nyaris tak dapat saya lakukan saat masih aktif bekerja
Mungkin saja satu tahun di awal masa pensiun, yaitu masa penyesuaian, saya akan mengalami sedikit gangguan stres yang mengakibatkan mencret-mencret, sedikit pusing-pusing, atau tidak enak badan. Mengapa demikian?Â
Sebab saya terbiasa bekerja dari pagi sampai sore hari dan menerima penghasilan yang lumayan besar setiap bulannya (menurut ukuran saya).Â
Perubahan besar mendadak tidak ngantor lagi alias menganggur disertai penghasilan menukik menurun dengan tajam ini tak dapat dipungkiri bisa membuat saya sedikit terganggu.Â
Tapi saya yakin hal itu tidak akan berlangsung lama, karena saya sudah berlatih hidup lebih sederhana dan hemat sejak awal tahun ini.Â
Selain itu saya juga sudah memiliki usaha kecil-kecilan yang akan lebih saya tekuni lagi nanti saat pensiun. Tentu itu yang akan membuat saya sibuk, sehingga saya tidak ada waktu untuk bertopang dagu, bersedih, kesepian, atau melamun yang tidak jelas dan tak berguna.
Sebagai langkah terakhir, saya perlu mengubah mindset untuk selalu bersyukur dan mensyukuri berkat yang Tuhan beri.Â
Bersyukur karena boleh menikmati masa pensiun sementara banyak teman-temanku yang mati muda, bersyukur masih diberi kesehatan yang prima sampai saat ini meski di tengah pandemi covid-19. Bersyukur karena sudah tidak aktif bekerja masih dibayar pemerintah.