Sahabat
Sekian tahun tak bertemu akhirnya kita bersua lagi...
Masih hangat derai tawamu menyapa, seperti dulu saat kita SMU...
Saat kau gonceng aku pulang sekolah mengendarai sepeda ontelmu...
Sekilas kulirik jari manismu yang kokoh,
Tampak melingkar pongah sebuah cincin akik...
Warnanya pinky hmm, warna kesukaanku...
“Red Borneo” katamu sambil tersenyum bangga...
Membuat pemakainya menjadi gagah, tampan, berwibawa...
“Pantas kau makin tua makin mempersona... gegara cincin pinkymu itu rupanya..”
Kataku seakan terpesona...
Engkaupun tertawa seraya mengeluarkan cincin lainnya dari sakumu
Lalu menaruhnya ditelapak tanganku...
“Bacan, Black Opal Kalimaya, Pancawarna, Red Raflesia...dll .. yang aku lupa namanya...
Pilih, ambilah satu untukmu, katamu sambil tersenyum tulus...
Terima kasih tapi aku tak mau menerimanya sahabat,
Karna ku bukan penggemar akik, batu kali yang mendadak harganya melangit
Disaat kehidupan makin sulit dan pengusaha banyak pailit...
Batu yang banyak dipuja para pria perkasa,
Yang konon memiliki tuah meningkatkan kharisma...
Benarkah itu, hanya para pemujanya yang tahu...
Oh Akik, Batu para dewa...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H