Mohon tunggu...
Syani Ahmad Romadhon
Syani Ahmad Romadhon Mohon Tunggu... Freelancer - I love travel |New Experience |New things |Open minded Person |Always smile

Founder Indonesia Global Scholarship|Student Backpacker|Dream Warrior| Open minded person🏛Bachelor of Business International ✈🇲🇨Indonesia-China🇨🇳 南昌

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Berhasil Kuliah Luar Negeri Setelah Gagal 9 Kali Beasiswa dan SBMPTN

26 September 2020   02:57 Diperbarui: 26 September 2020   03:17 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Assalamualaikum wr.wb. Ni hao! Perkenalkan nama saya Syani Ahmad Romadhon dari Lampung. Saat tulisan ini dibuat, saya berusia 18 tahun. 

Saya akan menceritakan perjuangan saya untuk mendapatkan beasiswa ke luar negeri yang sudah saya impikan sejak masih SD. Saya bertekad setelah lulus SMA, saya akan mencari beasiswa sebanyak-banyaknya, dan memilih salah satu dari beasiswa tersebut.

Perjuangan ini saya rasa tidak mudah. Saya harus berkali-kali meyakinkan orang tua, mengikuti banyak kegiatan, mengurus berkas sampai harus berurusan dengan polisi, berjuang melawan penyakit yang saya derita, gagal berkali-kali, dan gagal tes masuk perguraun tinggi.

Kadang cukup tertekan dengan semua itu dan mau menyerah saja. Namun, satu kata yang selalu saya pegang Allah is the best planner.

Sedikit flashback ke masa SD dan SMP dimana saya selalu mendapat peringkat 1 dan 2. Hal tersebut mengantarkan saya untuk mendapatkan beasiswa SPP dari sekolah. Ini adalah beasiswa pertama saya dan menjadi trigger untuk mendapatkan beasiswa lain. 

Saya pun mulai mengikut beberapa kegiatan seperti ekstrakurikuler Pramuka, PMR, Paskibra. Saya mendengar kalau kegiatan positif seperti itu akan menjadi nilai plus untuk mendapatkan beasiswa.

Pada saat SMA, saya tetap berusaha konsisten mengikuti organisasi OSIS dan ekstrakurikuler Pramuka. Berangkat pagi-pagi, pulang sampe sore bahkan malam tidak masalah, demi kebaikan. Capek? Tentu saja! tapi ubah lelah jadi Lillah.

Di Kelas XI perjuangan saya dimulai. Pada saat itu, saya sering sakit vertigo yang cukup mengganggu aktivitas belajar saya selama satu tahun. Nilai saya sangat turun. Saya sangat bingung dan hanya bisa memperbaiki kembali pada perbaikan nilai.

Pada saat kelas XII, saya  mulai mencari info beasiswa sebanyak-banyaknya, dan saya berencana untuk apply semua info beasiswa yang didapat. Pada waktu itu, saya mendapat Info beasiswa International Youth Leader Batch 2 di Malaysia.

Tanpa pikir panjang saya apply dan mendapat undangan interview. Saya baru tahu kalau beasiswa tersebut hanya partially funded. Bingung antara lanjut atau tidak karena keadaan keluarga saya yang kurang mendukung.

Akhirnya saya berfikir saya harus cari biaya sendiri dengan sponsor. Disitu saya berjuang mati-matian demi mendapatkan dana dari sponsor. Dan itu tidak mudah, sama sekali tidak mudah, butuh perjuangan dan tekad yang sangat kuat. Saya ditolak banyak pihak, dan itu melelahkan.

Saya sempat berfikir akan menyerah. Teman-teman di kelas dan sekolah tak jarang membuat saya down dan patah semangat. Saya berharap menemukan sedikit dukungan di rumah, tapi mau bagaimana lagi orang tua juga kurang mendukung.

Pada titik ini, saya merasa saya memikul beban berat sendirian. Belum selesai, di tengah sedikit semangat yang tersisa untuk mengurus berkas, saya harus berurusan dengan polisi. saya ditilang dan hampir kecelakaan saat sedang dalam perjalanan mengurus pembuatan paspor.

Seiring berjalannya waktu, orang tua dan kakak saya pada akhirnya mendukung langkah yang saya ambil. Saya merasa mempunyai tenaga baru. Saya tidak sendirian. Semua urusan juga terasa lebih mudah. Saya pun berhasil berangkat ke Malaysia sebagai delegasi Indonesia dari Lampung untuk leadership dan entrepreneurship dan Tour training di Malaysia.

Saya perhatikan yang mengikuti program ini kebanyakan S1 dan bahkan S2. Namun, saya tidak minder walaupun saya masih SMA. Saya justru bersyukur. Saya semakin yakin bahwa tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini asalkan selalu berusaha dan pantang menyerah.

Perjuangan tersebut ditutup manis karena sekembalinya saya dari Malaysia, sekolah dan teman-teman menyambut saya dengan hangat dan penuh haru.

November, saya mendapatkan informasi beasiswa penuh Anchora Khazanah Foundation ke Malaysia. Saya mengumpulan berkas administrasi, apply, dan menunggu pengumuman. Saya yakin saya akan lolos. Tiba saat pengumuman, tapi sayang! saya dinyatakan tidak lolos.

Daripada bersedih, saya putuskan untuk apply semua beasiswa luar negeri mulai dari beasiswa IRLANDIA, SINGAPURA, JEPANG, TURKI, TAIWAN, ROMANIA, dan lain-lain. Dan dari semua beasiswa yang saya apply, semuanya GAGAL! saya tidak mau menyerah pasti ada jalan lain. Banyak jalan menuju Roma.

Baca juga: Cara Kuliah Ke Luar Negeri dengan Beasiswa

Saya evaluasi diri dan mempersiapkan lagi dokumen untuk apply beasiswa. Sembari itu, saya mendapat info bahwa ada bimbingan beasiswa ke luar negeri  gratis dari sebuah komunitas beasiswa. Wah saya sangat bersemangat dan ingin mendapatkan bimbingan tersebut.

Saya dengar saingannya ribuan dan yang diambil hanya dua orang. whaattt!? Tapi menyerah bukan pilihan. Saya ikuti semua rule.

Tiba saatnya pengumuman dan saya terpilih. Saya memberitahu orang tua saya. beliau sangat senang, haru, dan menangis bahagia. Saya yakin ini petunjuk dari Allah SWT bahwa saya akan belajar di luar negeri.

Akhirnya saya pun mulai bimbingan dengan para expert. Untuk membuat study plan beasiswa Guangxi Government Scholarship saja, saya harus revisi hingga 45 kali. Capek? Pasti! Menyerah? Tidak! Sudah sejauh ini. Lanjut!

Persiapan Medical Check-up dimana jarak rumah sakit cukup jauh. Tetep lanjut! Semua berkas siap! Apply! Setelah menunggu beberapa bulan saya mendapat email bahwa saya 95% bakal lolos dan mendapatkan beasiswa!

Saya semakin yakin saya akan kuliah di negeri tirai bambu tahun 2019 ini. Saya pun memberitahu orang tua, dan beliau mau menyiapkan segala keperluan seperti koper, tiket pesawat, dan lain-lain. Beberapa saat kemudian pengumuman. 

Saya membaca You didn't get selected as the 2019 Guangxi Govt Scholarship. Saya tercengang! Saya merasa sangat bodoh dan hancur. Saat itu impian saya hilang begitu saja, saya merasa gagal, dan mungkin ini waktunya untuk menyerah.Saya yakin orang tua juga sedikit merasa kecewa.

Lulus SMA, saya mendaftar SBMPTN tetapi gagal, Seleksi MANDIRI pun gagal. Ya Allah kenapa begini! Orang tua saya mulai pupus harapan dan tidak tahu harus bagaimana lagi. Saya hanya bisa pasrah, ikhlas dan selalu berdoa sebanyak-banyaknya. saya percaya "Allah Is The Best Planner" dan semua itu pasti ada hikmah dan jalannya.

Orang tua saya akhirnya memutuskan bahwa saya harus kuliah tahun ini, tidak boleh gap year. Ambil di universitas swasta di Yogyakarta. Setelah survey di internet, biaya yang harus dikeluarkan sangatlahh besar.

Saya sangat terkejut dan bingung bagaimana solusinya. Orang tua saya bilang mampu, tapi dalam hati kecil mereka saya yakin mereka bergumam "dapat uang darimana uang puluhan juta itu, ya?"

Cari lagi info! Ada! Saya apply ke Universitas di China yang menyediakan beasiswa. Sembari menunggu, saya selalu berdoa, tahajud, sholat hajat, taubat dan dhuha secara rutin. Mungkin saya harus semakin dekat dengan Tuhan agar saya diberi kemudahan dalam studi saya.

Dan! tidak disangka-sangka saya dapat info bahwa saya DITERIMA di program studi INTERNATIONAL TRADE AND ECONOMICS di Jiangxi University China dengan beasiswa.

Saya shock dan hampir pingsan. Setelah 9 kali gagal beasiswa, akhirnya yang ke 10 membuahkan hasil yang sangat tidak terduga. Ya Allah! sungguh Engkau sangat baik dan mengabulkan hajat ku tahun ini.

Saat ini saya sedang mengurus berkas VISA. Mohon doanya semua agar saya diberi kemudahan hingga saya sampai di China pada keberangkatan saya di pertengahan september 2019.

Percayalah bahwa dibalik semua cobaan dan kegagalan pasti ada hikmahnya. Usaha tidak akan menghianati hasil. Allah Is The Best Planner! Sekian yang dapat saya sampaikan semoga dapat menginspirasi kalian yang ingin kuliah S1, S2, dan S3 di luar negeri.

Selalu semangat dan jangan menyerah ya. Habiskan jatah gagal kalian pada saat usia muda dan setelah kegagalan, kesuksesan akan menunggu kalian.

Ingatlah kalian harus kembali ke Indonesia dan gunakan ilmu dan pengalaman kalian untuk bangsa kita, INDONESIA!
"Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri china"Zai jian!
Wassalamualaikum wr.wb.

If you have a question, you can contact me :
Instagram: Syanitrav
WA: 0895701155689

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun