Mohon tunggu...
Syania Nur Anggraini
Syania Nur Anggraini Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN Walisongo Semarang

Berusaha untuk terus bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Budidaya Vermicompost di Desa Kertawangi

21 Juli 2022   23:43 Diperbarui: 21 Juli 2022   23:44 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

­­Kompos Cacing atau dengan nama ilmiah vermicompost merupakan pupuk yang terbentuk dari hasil perombakan bahan-bahan organik setelah beberapa waktu pengembangbiakan cacing berhasil dilakukan, adapun dalam pengembangbiakannya membutuhkan media pendukung lainnya,  yang digunakan sebagai media biak cacing dan pangan cacing itu sendiri.

Proses pembuatan kompos cacing (vermiksasi) yang dilakukan di desa Kertawangi, kecamatan Cisarua, kabupaten Bandung Barat ini memilih cacing tanah merah (lumbricusrubellus) dalam proses pembudidayaannya. 

Dengan menempuh lima tahapan, yang pertama, pencampuran media pembudidayaan dengan bablog sisa pembudidayaan jamur, kemudian dicampur dengan kotoran sapi yang difungsikan sebagai pangan cacing, dan dicampur dengan air secukupnya (takaran pemberian air juga harus diperhatikan, pasalya hal tersebut dapat mempengaruhi daya tumbuh kembang cacing. 

Setelah semua bahan telah berhasil dicampurkan, kemudia didiamkan selama kurang lebih dua minggu untuk proses fermentasi. kedua, menaruh hasil percampuran tersebut kedalam Worm Bin (wadah yang terbuat dari kayu, dibuat secara pribadi oleh pekerja).

Ketiga, memasukkan cacing tanah merah indukan guna proses peneluran cacing, Keempat, Proses perkembangan cacing yang ditempuh selama empat bulan sampai bisa menghasilkan kompos cacing. dan kelima, Masa panen kompos dengan cara memisahkan cacing dengan pupuk vermikompos

Terbentuknya pupuk tersebut dapat ditandai dengan perubahan pada bahan organik yang menjadi remah atau hancur, serta terdapat butir-butir kecil lonjong yang mana itu merupakan kotoran cacing.

Pupuk vermicompost ini dibudidayakan tentu karena memiliki kemanfaatan didalamnya, khususnya pada bidang pertanian yang mana di desa kertawangi ini mayoritas penduduknya merupakan seorang petani, sehingga membutuhkan bahan-bahan penunjang dan penyongkong agar tanaman yang dibudidayakan bisa subur, berhasil panen, dan siap dipasarkan.

            Diantara manfaat dan keunggulan yang terkandung pada Pupuk vermicompost ini diantaranya, yakni :

  1. Pupuk vermicompost ini mengandung beberapa unsur hara yang dibutuhkan pada tanaman, diantaranya : N, K, P, Ca, Mg, S, Fe, Mn, Al, Cu, Na, Zn, Bo, dan Mo. Hal tersebut bergantung pada bahan  yang digunakan dalam proses pembuatan pupuk.
  2. Pupuk vermicompost ini dapat mempertahankan kelembaban sebab salah satu kelebihannya  yakni mampu menahan air sebesar 40 – 60 %.
  3. Mampu membantu menetralkan pH tanah dan memperbaiki struktur tanah
  4. Vermicompost sebagai sumber nutrisi mikroba tanah yang dapat membantu proses peleburan limbah organik serta dapat meningkatkan kesuburan
  5. Cacing tanah dapat mengubah nutrisi yang tidak terlarut menjadi terlarut, berkesinambungan dengan tanaman yang hanya bisa mengkonsumsi nutrisi dalam bentuk terlarut
  6. Ramah lingkungan, ekonomis, lebih mudah, dan tidak membutuhkan waktu yang lama.

Berjalannya pengembangbiakan cacing tanah yang kemudian menghasilkan vermicompost di desa Kertawangi ini dimotori oleh seorang ibu muda yang bernama ibu Fatimah, ia merintis usahanya ini mulai dari 2018 hingga saat ini berkisar sudah 7 tahun lamanya. Bermula dari pembiakan telur cacing 5 kg, hingga saat ini tembus hingga 2 kuwintal pupuk yang dihasilkan.

Penjualan cacing beserta vermicompost ini sudah tembus ke manca daerah, sepertihalnya cikampek, cipejeuh, cileweung, dan tentunya ke daerah bandung itu sendiri. Harga jualnya sendiri untuk vermicompost dijual dalam bentuk “sak” yang satu saknya seharga Rp. 5000, dan untuk cacingnya sendiri juga dijualkan dalam bentuk kiloan, dengan perkilonya seharga Rp. 30.000.

Omset yang dihasilkan ibu Fatimah sendiri cenderung lumayan dengan mempekerjakan 5 orang karyawan, setiap minggunya ia menghasilkan kurang lebih Rp. 5.000.000 juta, serta biaya yang perlu dikeluarkan untuk operasional dan lain sebagainya yang setiap minggunya mengeluarkan kurang lebih Rp. 4.200.000 juta.

Proses yang ditempuhnya di 2022 ini bisa dikatakan mudah dan dengan waktu yang terstruktur, pasalya usaha ini telah dirintis tujuh tahun silam, 

dan bagusnya pengaturan waktu mulai dari pembibitan hingga masa panen, dituliskan dengan jelas, sehingga hal tersebut dapat membantu memudahkan dalam mengontrol seberapa hasil panen yang dapat dipasarkan, hal tentu sangat membantu menstabilkan pengolahan keuangan, dan meyakinkan konsumen akan kekonsistenan pabrik yang dapat menghasilkan pupuk sesuai kebutuhan.

Kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam proses pengembangbiakan hingga masa panen terlebih masa pemasaran pun tentu dihadapi seiring berjalannya waktu, salah satu yang dihadapi yakni tatkala musim hujan, yang mana hal tersebut dapat mempengaruhi daya tumbuh kembang cacing, sebab kadar air yang tercampur ke olahan media biak yang berlebihan, sehingga mengakibatkan cacing bertubuh kurus, dan hasil panen pun menurun.

Pandemi Covid beberapa bulan lula juga menjadi salah satu dampak negatif bagi ibu Fatimah, pasalnya penjualan juga mengalami penurunan, dengan produksi yang masih harus berjalan, dan karyawan yang juga masih harus dipekerjakan menjadikan ibu Fatimah gundah gulana akan keberlangsungan pabrik pupuk vermicompost tersebut. 

Namun hal tersebut tidak  menyurutkan semangat ibu Fatimah untuk terus menjalankan usaha ini, dan pada akhirnya kegigihannya dalam mempertahankan usaha tersebutpun terbuktikan dengan semakin berkembangnya usaha hingga manca daerah, dan semakin tinggi pula hasil panen yang didapatkan.

Siklus limbah yang digunakan berupa kotoran sapi dan bablog bekas panen jamur pun dapat membantu dalam menguraikan sampah menjadi olahan yang berguna bagi lingkungan, sehingga menghasilkan kemanfaatan yang berlipat ganda tentunya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun