Mohon tunggu...
Syamsul Rizal Ikhwan
Syamsul Rizal Ikhwan Mohon Tunggu... Guru - Guru Musik

Suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengenang Pak Mutahar, Komposer Lagu 'Hari Merdeka'

8 Agustus 2024   23:40 Diperbarui: 8 Agustus 2024   23:50 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
id.theasianparent.com


Riuh rendah gegap gempita peringatan hari ulang tahun proklamasi kemerdekaan kita tanggal 17 Agustus setiap tahun. Nonton bareng layar lebar, layar tancap, dan sebagainya, yang memutar film-film perjuangan, digelar di banyak tempat. Bazar dan pasar malam ikut serta memeriahkan dan menghidupkan geliat ekonomi. Lomba-lomba dan acara pementasan kesenian dengan berbagai bentuknya digelar, menampung kreatifitas dan unjuk kemampuan anak-anak bangsa. Terdengar di mana-mana lagu-lagu nasional, lagu-lagu bertema kebangsaan, perjuangan, cinta tanah air, dan lagu-lagu daerah. Di berbagai media sosial, televisi, radio, dan sebagainya ; bahkan tak hanya di hotel, restoran, mall, super market dan mini market, melewati pasar tradisional pun kita mendengar lagu-lagu itu disuarakan. Yang tak ketinggalan tentu lagu 'Hari Merdeka'. Semarak betul !

Satu lagi wahana tempat berkumandang lagu-lagu patriotik itu adalah upacara di sekolah, kampus, kantor atau instansi, bahkan juga rumah sakit, RT/RW, Kelurahan, dan seterusnya. Di tingkat elit, bahkan istana negara kita sejak beberapa tahun terakhir ini rutin mengisi upacara tersebut dengan penampilan gabungan anak-anak dan remaja dari berbagai daerah, menyanyikan lagu-lagu nasional dan daerah dengan iringan orkestra yang apik dan megah. Penampilan dibuka atau ditutup dengan lagu 'Hari Merdeka'.

Adakah sebagian dari anak-anak kita, atau mungkin kita sendiri para orangtua, yang belum kenal lagu itu ? 

Tujuh belas Agustus tahun empat-lima, itulah hari kemerdekaan kita, hari merdeka nusa dan bangsa, hari lahirnya bangsa Indonesia. Merdeka ! Sekali merdeka tetap merdeka, selama hayat masih dikandung badan. Kita tetap setia, tetap sedia, mempertahankan Indonesia. Kita tetap setia, tetap sedia, membela Negara kita. 

Mudah-mudahan kita sepakat bahwa kemungkinannya kecil ada orang Indonesia yang tak tahu lagu itu, dari anak TK hingga nenek-kakek.

Sebagai warga negara Indonesia yang baik, selayaknya kita mengenal pula Pak Mutahar, pencipta lagu itu. Terlebih lagi karena tak hanya lagu 'Hari Merdeka' saja yang telah beliau sumbangkan untuk Indonesia kita ini, tapi ada banyak lagu nasional dan anak-anak, bahkan juga kontribusi di bidang-bidang lain, semisal peran serta beliau dalam pertempuran lima hari di Semarang saat revolusi fisik, menyelamatkan bendera pusaka, bertugas sebagai ajudan Bung Karno, salah seorang pendiri Pramuka dan Paskibraka, hingga pekerjaan beliau sebagai pegawai tinggi dan diplomat. Berdinas di TNI Angkatan Laut, beliau berpangkat Mayor. Beliau adalah salah seorang peraih Bintang Gerilya dan Bintang Mahaputra Pratama.

Mengenal Pak Mutahar

Dr (Hc) Sayyid Muhammad Husein bin Salim bin Ahmad bin Salim bin Ahmad al-Muthahar lahir di Semarang, Jawa Tengah, 5 Agustus 1916. Panggilan lain beliau adalah Habib Muhammad Husein Muthahar. Namun dalam khasanah musik Indonesia beliau lebih dikenal sebagai H. Mutahar atau Hs. Mutahar.

Lagu ciptaannya yang terkenal antara lain : 'Syukur' (diperkenalkan Januari 1945), 'Hari Merdeka' (1946), dan 'Himne Pramuka'. Karya terakhirnya 'Dirgahayu Indonesiaku' menjadi lagu resmi peringatan hari ulang tahun ke-50 kemerdekaan Indonesia. Lagu anak-anak ciptaannya, antara lain : 'Gembira', 'Tepuk Tangan Silang-Silang', 'Mari Tepuk', 'Selamatlah', 'Jangan Putus Asa', dan 'Saat Berpisah'.

Pak Mutahar mengecap pendidikan selama setahun di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada periode 1946-1947, setelah tamat dari MULO-B (1934) dan AMS A-I (1938). Pada tahun 1945, ia bekerja sebagai Sekretaris Panglima Angkatan Laut RI di Jogjakarta, kemudian menjadi Pegawai Tinggi Sekretariat Negara di Jogjakarta (1947). Selanjutnya ia menempati jabatan-jabatan yang berpindah-pindah antar departemen. Puncak kariernya barangkali adalah sebagai Duta Besar RI di Vatican (1969-1973). Ia diketahui menguasai beberapa bahasa secara aktif, antara lain Arab, Inggris, Belanda, Jerman, Spanyol, Perancis, dan Itali. Jabatan terakhirnya adalah sebagai Penjabat Sekretaris Jenderal Departemen Luar Negeri (1974).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun