Hidup seorang diri dan jauh dari keluarga membuatnya takut jika terjadi sesuatu pada dirinya. Hanya dengan sharing dan mengupdate informasi kesehatan sesama mahasiswa dari Indonesia sehingga ia mampu menjalani kehidupan di tengah wabah virus Corona. Bahwa yang merasakan ketakutan bukan cuma dirinya sendiri, tapi dirasakan juga oleh orang lain. Dan itu harus dilawan secara bersama-sama.
Mehu dan warga di Kota New York diharuskan tetap di rumah, kecuali untuk aktivitas seperti membeli obat dan kebutuhan sehari-hari. Keluar rumah untuk berbelanja di supermarket pun terpaksa dilakukan, Â jika tidak ada slot di supermarket online yang melayani pembelian pesan antar.
Ia menggambarkan bagaimana salah satu jalan utama di Kota New York, Broadway Avenue yang tidak pernah sesepi seperti saat itu ketika ia sedang menuju ke supermarket. Dan menurutnya, hanya virus Corona yang mampu membuatnya seperti itu.
Proses perkuliahan yang dijalaninya saat ini hanya berlangsung secara online dengan mengubah mata kuliah menjadi "Lulus" dan "Tidak Lulus", bukan lagi nilai A-F. Walaupun sebenarnya diawal, ia sempat kecewa karena bagaimanapun letter grade menurutnya membuatnya termotivasi.
Sebelum kampusnya tutup dan hanya kuliah online, Admistrator kampus mengingatkan kepada seluruh Mahasiswa dan hal itu senantiasa diingatnya, bahwa kita harus menganggap semua orang termasuk diri sendiri sudah kena virus Corona.Â
"Hal inilah yang membuat kita senantiasa waspada dan menjaga jarak dengan orang lain," tutupnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H