Mohon tunggu...
Syamsul Bahri
Syamsul Bahri Mohon Tunggu... Administrasi - coretan seadanya berawal dari minum kopi.

Menulis untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Malu sebagai Negara Maju, jika Pelayanan Publiknya Buruk

5 Maret 2020   11:43 Diperbarui: 5 Maret 2020   13:52 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rapat koordinasi persiapan kompetisi inovasi pelayanan publik (KIPP) dilaksanakan oleh Bagian Organisasi dan Tata Laksana di Ruang Sipakatua Kantor Balaikota Makassar, Kamis, 02/03/2020. Rapat dihadiri oleh seluruh SKPD lingkup Pemerintah Kota Makassar.

Pada sambutannya sebelum membuka acara, M. Ansar selaku Sekretaris Daerah kota Makassar menyampaikan bahwa indikator negara maju adalah pelayanan publiknya sangat baik dari semua level pemerintahan. Target inovasi bukan sekedar penghargaan atau piala, tapi harus berdampak pada masyarakat.

"Inovasi tidak cukup menjawab tantangan lokal saja, tapi secara global. Karena kota kita bagian dari provinsi, provinsi bagian dari Indonesia, dan Indonesia bagian dari negara lainnya didunia," ucapnya.

Lebih lanjut ia menyampaikan bahwa Inovasi itu harus diaplikasikan biar bermanfaat, kalau di aplikasikan saja belum 100% bermanfaat apalagi kalau tidak.

Inovasi itu bergerak dinamis, berguna tahun ini belum tentu tahun depan. Makanya harus kreatif agar senantiasa terupdate mengikuti perkembangan zaman. Hampir Seluruh SKPD itu pelayanan publik. Ada yang pelayanan langsung (face to face), seperti kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP ), namun ada juga yang tidak langsung seperti Dinas PU.

Sementara Evaluator Sinovik KemenpanRB, Prof. Dr. Ir. Andi Niartiningsih. MP, sebagai narasumber, menyampaikan bahwa Tim KIPP Sinovik terdiri atas bagian sekretariat, Tim Evaluator, Tim Independen, dan Tim Verifikasi sebelum masuk Top 99.

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa inovasi itu perlu diverifikasi supaya tidak hanya enak didengar dan bagus ditulisan, tapi faktanya lain. Inovasi harus seperti kamera Fuji, "gambar sesuai aslinya".

"Verifikasi lapangan sangat penting untuk memberikan justifikasi yang kuat terhadap inovasi yang kita jalankan. Sekarang kita sudah berada di era perubahan, dan jika kita tidak berubah maka kita akan ketinggalan zaman. Apalagi jika berada di area pelayanan publik, maka ini akan sangat penting," ucapnya.

Andi Niartiningsih yang juga Koordinator Kopertis Wilayah IX Sulawesi 2014-2018, memaparkan bahwa ada 8 area perubahan dalam semua aspek manajemen pemerintahan. mulai dari pola pikir dan budaya kerja, perundang-undangan, organisasi, tata laksana (efektif, efisien, dan terukur), manajemen SDM Aparatur (netral, profesional, kapabel), pengawasan, akuntabilitas, pelayanan publik (pelayanan prima)

Kenapa inovasi itu penting? Kita sekarang berada pada perkembangan teknologi informasi, era persaingan yang begitu kuat. Dan jika mau eksis, kuncinya adalah pelayanan publik.

Fakta kehidupan sosial ekonomi masyarakat sudah meningkat. Jika pelayanan publik tidak maju maka akan tidak sebanding dan akan malu dengan kategori baru Indonesia sebagai negara maju

Golongan kelas menengah berdasarkan survey World Bank mencapai 1 dari 5 orang Indonesia atau 52 juta sudah masuk kelompok menengah yang mapan.

Dengan inovasi juga dapat merubah image dan mewujudkan harapan terhadap pelayanan publik yang selama ini terjadi walaupun sudah ada perubahan seperti pelayanan yang kasar/tidak sopan, lambat, tidak menguasai pekerjaan, ceroboh, lalai menepati janji, menampakkan kelelahan/kebosanan, diskriminatif, prosedur berbelit-belit.

"Untuk itulah, maka pemerintah mentrigger kita melalui kompetisi Inovasi pelayanan publik. semua proses dilakukan secara online. KemenpanRB tidak terlibat dalam penilaian, ada tim independen ketika proses wawancara. KIPP ini adalah langkah strategis menjaring inovasi pelayanan publik dari pemerintah dan BUMD," jelasnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun