Mohon tunggu...
Syamsul Ardiansyah
Syamsul Ardiansyah Mohon Tunggu... Relawan - Manusia Biasa dan Relawan Aksi Kemanusiaan

blog ini akan bicara tentang masalah sehari-hari. follow me in twitter @syamsuladzic\r\n\r\nPengelola http://putarbumi.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Review Film: Merantau

22 Maret 2010   09:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:16 3191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Keberhasilan tidak datang dua kali. Kali ini, sindikat berhasil menculik Astri dan membawanya ke apartemen yang ditempati Ratget. Pada saat itu, Yuda masih sibuk meladeni tukang-tukang pukul Ratger yang kini jumlahnya jauh lebih banyak. Adit yang menyaksikan kakaknya diculik kaki-tangan Ratger menuturkan kejadian itu pada Yuda yang kembali mengejar para penculik tersebut hingga ke apartemen Ratger.

Di apartemen tersebut, Yuda bertemu dengan Erik, pria yang sempat berbincang dengannya saat perjalanan menuju Jakarta. Erik adalah salah-seorang tukang-pukul bayaran yang ditugaskan mengamankan Ratger dari incaran Yuda. Perkelahian mereka berujung pada kekalahan Erik namun nyawa Erik justru hilang oleh peluru-peluru dari tukang-pukul Ratger yang lain.

Pengejaran terus berlanjut hingga sampai pada sebuah kawasan gudang kontainer. Astri yang merana setelah diperkosa Ratger dimasukkan ke dalam kontainer itu bersama puluhan perempuan muda lainnya.

Perkelahian pun kembali terjadi. Puluhan orang menyerang Yuda namun semuanya bisa dikalahkan. Pada akhirnya Ratger dan temannya lah yang berurusan dengan Yuda. Perkelahian tangan kosong kemudian berubah menjadi menggunakan senjata berupa pipa besi. Temannya Ratger tewas setelah pipa yang dipegangnya justru menancap tepat di dadanya.

Saat pertarungan tinggal berdua, Yuda hampir kalah jika saja dia tidak mendapatkan bisikan ajaib dari Asti. Ratger pun bisa dikalahkan, meski tidak sampai dibunuh.

Saat Ratger telah berhasil dilumpuhkan, Yuda kemudian membuka pintu kontainer dan membebaskan perempuan-perempuan yang disekap di dalamnya. Saat yang tertinggal hanyalah Astri, tiba-tiba Ratger kembali menyerang. Kali ini serangannya mematikan, pipa besi berhasil dia tusukkan di perut Yuda. Sebelum tewas, pukulan dan tendangan balasan Yuda diarahkan leher Ratger hingga membuatnya mati. Yuda pun akhirnya tewas diiringi tangisan Astri.

Cerita ini berakhir dengan kisah Astri dan adiknya yang akhirnya pulang ke kampung halaman Yuda dan ditutup dengan kesedihan sang ibu yang ditinggal mati anaknya.

***

Seperti yang secara implisit dinyatakan Triwik Kurniasari dari the Jakarta Post, film ini sebagai membawa sebuah misi mengangkat salah-satu kekayaan budaya Indonesia, yakni pencak silat. Jika disimak dari sudut misi tersebut, film ini terbilang sukses. Adegan-adegan perkelahian mampu dikemas secara apik. Namun saya masih merasakan ada yang kurang dalam film tersebut. Kekurangan pertama yang tampak jelas adalah tidak adanya deskripsi visual yang menerangkan latar-belakang budaya merantau dari suku Minangkabau.

Saya kira, Minang adalah salah-satu suku dengan khazanah kebudayaan yang cukup tinggi. Merantau bagi pemuda-pemuda Minang memiliki arti filosofis sebagai ajang penempaan diri. Untuk melaksanakan tradisi itu, sepertinya tidak hanya dibekali keterampilan bela diri, tetapi juga pengetahuan agama dan pengetahuan umum lainnya. Inilah yang menyebabkan para perantau Minang dikenal sebagai perantau yang tangguh di Nusantara.

Salah-satu kekhasan budaya Minangkabau adalah kuatnya pengaruh ibu. Dalam film itu hadir Christine Hakim, aktris kawakan yang pernah memerankan tokoh Tjut Nyak Dien, pejuang perempuan dari Aceh. Sayangnya, keberadaan sosok ibu yang diperankan Christine Hakim sepertinya kurang mendapatkan porsi peran yang memadai. Sehingga, bagi pemirsa—yang sekali lagi barangkali kurang memahami budaya Minang—akan melihat sosok ibu dalam film itu sama halnya dengan sosok ibu secara “mainstream”.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun