Selamat Hari Santri Nasional 2024 ''Menyambung Juang Merengkuh Masa Depan"
Hari ini (22/10/2024) kembali diperingati dan dirayakan sebagai Hari Santri Nasional (HSN). Perayaan HSN ini  merupakan momentum penting untuk mengenang dan menghargai kontribusi pesantren dan santri bagi bangsa.  Teman HSN 2024, "Menyambung Juang Merengkuh Masa Depan" menegaskan bahwa santri memiliki peran strategis dalam melanjutkan perjuangan bangsa di era modern. Pesantren sebagai lembaga pendidikan tertua di Indonesia tidak hanya mencetak generasi yang berakhlak mulia, tetapi juga berkontribusi besar dalam perjuangan membangun karakter bangsa.
Sejarah pesantren di Indonesia dimulai jauh sebelum kemerdekaan. Sebagai institusi pendidikan Islam tertua, pesantren telah berkontribusi besar dalam perjuangan sejak pra-kemerdekaan sampai saat ini. Peran pesantren tidak terbatas pada ranah pendidikan agama saja, tetapi juga turut serta dalam membangkitkan semangat nasionalisme dan perjuangan melawan penjajahan. Di era pra kemerdekaan  Pesantren menjadi pusat perlawanan intelektual dan spiritual, mencetak para ulama dan tokoh pergerakan yang aktif dalam proses kemerdekaan Indonesia. Di era pasca-kemerdekaan, pesantren terus bertransformasi mengikuti perkembangan zaman, namun tetap menjaga nilai-nilai tradisional yang menjadi landasan pendidikan santri. Peran strategis ini terus berlanjut hingga kini, di mana pesantren tidak hanya mencetak individu berakhlak mulia, tetapi juga pemimpin yang siap menghadapi tantangan global.
Sistem pendidikan di pesantren memiliki keunikan yang mencolok dibandingkan dengan lembaga pendidikan lainnya, termasuk sekolah berasrama (boarding school). Pendidikan di pesantren tidak hanya berfokus pada penyampaian ilmu pengetahuan, tetapi juga menekankan pembinaan karakter dan adab secara menyeluruh. Metode tradisional seperti bandongan dan sorogan, yang menjadi ciri khas pesantren, dirancang untuk memastikan para santri tidak hanya memahami ilmu secara mendalam, tetapi juga menginternalisasi nilai-nilai moral dan etika dalam kehidupan sehari-hari.
Hal ini kemudian menjadikan santri sebagai salah satu entitas yang mampu memberi kontribusi dan peran penting  dalam berbagai sektor kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Pendidikan di pesantren yang mengedepankan penguasaan ilmu agama, serta pembentukan karakter dan adab, menghasilkan individu-individu berintegritas, berakhlak mulia, dan memiliki daya juang tinggi. Para santri, dengan nilai-nilai luhur yang mereka bawa, mampu berperan aktif di berbagai bidang, seperti politik, ekonomi, pendidikan, sosial, dan budaya.
Dalam konteks kehidupan bermasyarakat, santri sering menjadi penggerak dalam penyelesaian masalah sosial dengan pendekatan inklusif yang berlandaskan nilai-nilai kemanusiaan. Di tingkat bangsa dan negara, banyak santri yang menempati posisi strategis sebagai pemimpin, pengambil kebijakan, dan aktivis yang memperjuangkan keadilan sosial. Dengan pendidikan yang menekankan moralitas dan etika, santri mampu menjaga keseimbangan antara tuntutan modernitas dan nilai-nilai tradisi yang mereka junjung. Hal ini menjadikan mereka agen perubahan yang tetap berpegang teguh pada prinsip-prinsip Islam dalam menghadapi berbagai tantangan zaman.
Di era milenial, santri dituntut untuk lebih adaptif dalam menghadapi perubahan zaman, termasuk menguasai teknologi dan informasi. Semangat "Menyambung Juang Merengkuh Masa Depan" yang diangkat sebagai tema Hari Santri 2024 menegaskan pentingnya peran santri untuk terus berinovasi dan memberikan kontribusi di berbagai bidang, seperti teknologi, ekonomi, dan pendidikan. Santri masa kini tidak hanya bertugas menjaga tradisi dan nilai-nilai Islam yang diwariskan oleh generasi sebelumnya, tetapi juga harus mampu menjawab tantangan zaman dengan pemikiran progresif dan keterampilan yang relevan. Mereka diharapkan menjadi motor penggerak perubahan yang tetap berpijak pada prinsip-prinsip Islam, namun terbuka terhadap kemajuan dan perkembangan global. Dengan bekal ilmu agama yang kuat serta penguasaan teknologi modern, santri memiliki potensi besar untuk menjadi agen perubahan yang tidak hanya di lingkungan pesantren, tetapi juga dalam skala nasional maupun internasional.
Salah satu perubahan yang diharapkan dapat dikontribusikan oleh santri di era millenial adalah  menjaga moralitas masyarakat di era post-truth dan kemajuan teknologi informasi. Hal ini sangat penting dan relevan, terutama dalam konteks peringatan Hari Santri Nasional (HSN). Santri memiliki tanggung jawab besar dalam menjadi penjaga nilai-nilai moral dan keagamaan yang mulai terancam oleh derasnya arus informasi yang tidak selalu bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. Berikut beberapa peran penting santri dalam menjaga moralitas di era tersebut:
Menjadi Pendidik Moral di Masyarakat
Santri memiliki bekal ilmu agama yang kuat, sehingga dapat berperan sebagai pendidik moral di tengah masyarakat. Di era post-truth, di mana kebohongan atau setengah kebenaran bisa menyebar dengan cepat, santri harus menjadi garda terdepan dalam memberikan pemahaman yang benar berdasarkan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil 'alamin. Dengan bimbingan dari santri, masyarakat dapat lebih bijak dalam menyikapi informasi dan membangun sikap kritis terhadap hoaks.
Memberikan Keteladanan dalam Etika Berteknologi
Santri harus memberikan contoh penggunaan teknologi informasi yang positif dan sesuai dengan ajaran agama. Di era digital ini, banyak konten yang merusak moralitas beredar luas, dan santri harus bisa menunjukkan bagaimana memanfaatkan teknologi untuk hal-hal yang bermanfaat, seperti dakwah digital, penyebaran nilai-nilai Islam, dan penguatan ukhuwah.
Menghidupkan Nilai-Nilai Keislaman di Dunia Virtual
Kehadiran santri di dunia maya dapat menjadi penyeimbang terhadap konten-konten negatif yang sering kali mendominasi. Santri dapat berperan aktif dalam memproduksi konten-konten Islami yang mengedukasi, menenangkan, dan memberikan pencerahan moral kepada masyarakat, sehingga dapat menciptakan ruang digital yang lebih sehat dan bermoral.
Mengembangkan Literasi Digital dan Keagamaan
Santri juga bisa berperan dalam meningkatkan literasi digital dan keagamaan di masyarakat. Mereka dapat mengajarkan bagaimana cara menilai dan memfilter informasi yang benar dan sesuai dengan ajaran agama. Dengan demikian, masyarakat tidak mudah terpengaruh oleh berita bohong atau informasi yang menyesatkan, yang sering kali memicu konflik dan krisis moral.
Menjaga Keutuhan Sosial dengan Pendekatan Dakwah yang Adaptif
Santri harus mampu melakukan dakwah dengan pendekatan yang adaptif terhadap perkembangan zaman, termasuk memanfaatkan media sosial dan platform digital. Mereka bisa mengajak masyarakat untuk tetap berpegang pada nilai-nilai agama di tengah perubahan yang cepat. Dakwah yang relevan dengan tantangan zaman akan lebih mudah diterima oleh generasi muda dan masyarakat luas.
Membangun Kesadaran Kritis dan Etika dalam Konsumsi Informasi
Dalam era post-truth, ketika kebohongan bisa lebih dipercaya daripada fakta, santri harus mampu membangun kesadaran kritis di masyarakat tentang pentingnya mengkaji kebenaran informasi sebelum menerima atau menyebarkannya. Santri dapat mendorong masyarakat untuk selalu memverifikasi informasi berdasarkan ajaran Islam yang menganjurkan untuk berhati-hati dalam menerima kabar.
Secara keseluruhan, santri di era post-truth dan kemajuan teknologi informasi harus memadukan kemampuan tradisional dalam memahami agama dengan keterampilan modern dalam berkomunikasi dan beradaptasi dengan media baru. Dengan peran ini, santri tidak hanya menjaga moralitas masyarakat tetapi juga berkontribusi dalam menciptakan lingkungan digital yang lebih sehat dan beradab.
#SelamatHariSantriNasional_2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H