Mohon tunggu...
Syamsuddin
Syamsuddin Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar sejati, praktisi dan pemerhati pendidikan

Pembelajar sejati, praktisi dan pemerhati pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Humor Ramadan: Emang Ada yang Lebih Miskin dari Gue

12 April 2023   12:00 Diperbarui: 12 April 2023   12:04 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dengan tergopoh-gopoh Fulan menemui guru spitualnya, Ustadz Habib. Tidak biasanya dia datang jam segini (pikir ustadz) dan kelihatan panik.

"Salam alaikum"

''Wa a'alaikum salam, tumben datang-datang jam segini, ada perlu apa  Lan?"

"gawat tadz, hancur ane", ujar Fulan.

"gawat kenape?"

''Pokoknya gawat  deh Bib eh tadz", jawabnya dengan raut muka kebingungan.

"Iya, ente kenape, lom ngomong apa dah bilang gawat gawit hancur aje, ceita donk".

"Gini tadz, anu , eh malu ngomongnya tadz".

"kalau malu g usah ngomong, hancur aja sekalian", tegas Ustadz Habib.

"Ini tadz, anu  eh... saya itu ma bini gue".

"Ente barentem lagi ma bini lo?"

"G tadz, Alhamdulillah sejak dengar ceramah Ustadz di pengajian bulan lalu ane g pernah berantem lagi ma istri, makin akur dan mesra malah tadz", jelasnya penuh antusias.

Ustadz yang juga pedagang beras itu makin bingung. Sebelumnya murid ngaji ke sayanangannya itu selalu curhat pada si Ustadz soal problem rumah tangganya. Tapi tidak sepanik kali ini.

"Lhah? Trus apa yg gawat dan hancur?" tanya ustadz

"Ehmm gini tadz ,  . .eh . . . "

"Assalamu 'alaikum".

Haji Allan datang . Fulan tidak jadi melanjutkan ceritanya.

"Wa alaikum salam" jawab Fulan dan Ustad Habib kompak.

"Tumben jam segini Fulan ada di sini", ujar bang Haji.

"Mau beli beras", tanya bang Allan.

"Gak bang Haji, ini lagi curhat ma pak Ustadz, tapi keburu antum datang, jadi malu", jelasnya dengan raut muka semerah kepting rebus.

"Kalu gitu gue pamit aja dlu deh",

"Gak koq pak Haji", kata Ustadz.

Pak Ustadz meyakinkan rekannya itu agar tidak usah pergi dulu. Ia berharap sahabatnya yang baik hati itu bisa ikut memberi solusi masalah yang dihadapi Fulan.

"Ya udah Lan, ente to de poin aja, masalah kamu apa, segawat apa? Sampe hancur segala?"

"Yang hancur siapa tadz"?

"Lah tadi katanya gawat, hancur, g jelas amat seh. Mau cerita apa kaga? Ane mau lanjut pembicaraan bisnis neh sama bang Haji, ntar mau siap-siap salat Zohor". Si ustadz jg dah mulai ngegas.

Dengan wajah menunduk Fulan mulai bercerita, "Gini tadz, ane khilaf, hubungan ma istri".

"Lah kan laki bini? Ya interaksilah, komunikasi lah"

"Bukan komunikasi aja tadz, hubungan itu" sambil tersipu malu-malu. "Hubungan badan".

"Lah kan halal Lan?"

"Tapi kan ini lagi bulan puasa tadz?"

"kan boleh kalau malam, Uhilla lakum laitalas Shiyam . . . ", ustadz Habib membaca ayat a87 al-baqarah.

"Bukan malam tadz, tapi siang, dan kami sama-sama puasa. Gimana tadz? Mohon solusinya tadz.

"Kalau itu solusinya jelas".

"Apa itu tadz?"

''Ente cari budak lalu bebaskan!"

"Budak anak kecil tadz"?

"Bukan Lan, hamba sahaya".

"Emang di zaman ini ada hamba sahaya tadz",

''Oh iya ya", kata Ustadz sambil garuk-garuk kepala yang tak gatal.

"Kalau gitu antum puasa dua bulan berturut-turut, sanggup apa kaga?"

Sembari menglum senyum malu-malu kucing; "Dua bulan? Boro-boro dua bulan tadz, ini romadhon baru hari ke 20 aja dah jebol",

"Hahahahhahaha ". Ustadz Habib dan bang Haji ngakak bareng.

"Ente ada-ada aja Lan" timpal bang Haji Alan.

"Kalau gitu ente cari 60 orang miskin, bisa kan?"

Dengan penuh percaya diri Fulan menjawab, "Kalau cari seratus juga bisa tadz" .

"g usah 100, cukup 60 aja, lalu beri mereka makan!",

"wah kalau ngasih makan, jangankan 60 tadz, 1 juga g bisa".

"Oh". "Kalau gitu .

Bang Haji yang sejak tadi diam menyimak percakapan antara guru dan murid pengajiannya itu tiba-tiba buka suara.

"ya udah, gini aja Lan, ente bawa tuh 60 paket sembako yang dah dipaketin sama pak Ustadz, ane yang bayar", sembari mengesek layar gawainya.

"Ane dah transfer tadz, 6 jete untuk 60 paket",

"wah ane jadi g enak bang Haji, jadi negerepotin gini"

"g enak gimana? Kan tadi udah di rumah,  hehehehe,  santai aja Bro, ini bulan Ramadan bulan sedekah, ane kan pengen dapat pahala juga lewat masalah ente. Masalah ente kelar ane juga bisa beramal". "Iya kan tadz? Boleh kan tadz?

"Iya boleh bang Haji". "Kalau gitu kamu Lan sekarang bagiin tuh beras sama 60 orang miskin di kampung kita ini".

"Iya tadz, siap", "tapi"

"G ada tapi-tapian" ujar bang Haji dan Ustadz Habib serentak.

''Ane disuruh bagiin tuh paket  sembako, emang ada yang lebih miskin dari ane di kampung ini?"

Ustadz tersenyum sambil geleng-geleng kepala diikuti bang Haji yang juga mengulum senyum.

''Ya Allah ya Rabbi, ya udah kalau gitu paketnya bawa aja buat bini lu"

"Iya tadz, makasih ya tadz, atas solusinya".

"Makanya tahan diri, kalau g kuat liat bini dasteran tanpa lengan siang bolong, mending nongrong di Mushallah sono, i'tikaf. Jangan istri cup melulu. Lu seh, orang pada siap-siap i'tikaf, ente malah istrikap.

"Iya deh, ane mau istikaf, eh i'tikaf". "Tapi sahur dan takjilnya gimana tadz"?

"Semua disiapin  panitia Lan", " tenang Lan, ada sponsor utama" sambil melirik ke Bang Haji.

"Kopi ditanggung panitia juga"?

"Iye, semua ditanggung".

"Rokok?"

"Kalau itu maaf aja, dari kemarin dilelang di grup RT lom ada yang nyanggupin".

"Iya deh g apa-apa g ditanggung rokok juga, kan puasa latihan meninggalkan yang kurang baik ya tadz. Sekarang ane dah mulai kurangi rokok, semoga setelah ramadan bisa berhenti total, doain ya tadz, bang Haji".

"Iya didoain, tapi iu paket gimana, buruan bawa ke rumah bini lu mau masak buat takjil dan makan malam"

"Takjil? Kan ane ma bini dah batal tadi, hehehhehehhe".

"Lu bisa aja, dah salah masih aja bercanda",

"Maf tadz". "Gue pamit dulu ya tadz, bang Haji".

Fulan segera meninggalkan ruang depan rumah sang ustadz setelah cium tangan ustadz dan salam komando sama bang Haji Allan. []

Catatan: Humor fiksi ini terinspirasi dan didaptasi dengan bahsa dialog dan humor dari kisah nyata yang sahih yang terdapat dalam Kitab Shahih Bukhar dan Shahih Muslim.  Dalam Shahih Bukhari terdapat pada Kitab Siyam Bab ke-30 dengan judul "Bab man Jaama'a fi Ramadhan wa laisa yakun lahu syai-un fa tushiddiqa 'alaihi fal yukaffir; Bab tentang seseorang yang Menggauli Istrinya pada Siang Hari Ramadhan tapi Tidak Bisa/tidak memiliki Apa-apa Lalu ada yang Bersedekah untuknya maka Hendaknya ia Tetap Membayar Kaffarat".

"Seseorang datang kepada Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam dan berkata: "Wahai Rasulullah, celakalah aku!" Beliau bertanya, "Ada apa denganmu?" Dia menjawab, "Aku telah berhubungan intim dengan istri sementara aku dalam kondisi berpuasa (di bulan Ramadhan)." Maka Rasulullah bertanya: "Apakah kamu memiliki budak untuk dimerdekakan?" Dia menjawab, "Tidak." Beliau bertanya lagi: "Apakah kamu mampu berpuasa dua bulan berturut-turut?" Dia menjawab, "Tidak." Nabi bertanya lagi: "Apakah kamu memiliki makanan untuk diberikan kepada kepada enam puluh orang miskin?" Dia menjawab, "Tidak." Kemudian ada orang Anshar datang dengan membawa tempat besar di dalamnya ada kurma. Beliau bersabda: "Pergilah dan bersedekahlah dengannya." Orang tadi berkata: "Apakah ada yang lebih miskin dari diriku wahai Rasulullah? Demi Allah yang mengutus engkau dengan kebenaran, tidak ada yang lebih membutuhkan di antara dua desa dibandingkan dengan keluargaku." Kemudian Rasulullah SAW bersabda: "Pergilah dan berilah makanan keluargamu." (HR Al-Bukhari 2600 dan Muslim 1111)

Artikel ini telah diterbitkan di halaman SINDOnews.com pada Rabu, 29 Maret 2023 - 15:00 WIB oleh Rusman Hidayat Siregar dengan judul "Kisah Sahabat Berhubungan Intim di Siang Ramadan, Begini Respons Rasulullah SAW". Untuk selengkapnya kunjungi:

https://kalam.sindonews.com/read/1058613/70/kisah-sahabat-berhubungan-intim-di-siang-ramadan-begini-respons-rasulullah-saw-1680030185

Untuk membaca berita lebih mudah, nyaman, dan tanpa banyak iklan, silahkan download aplikasi SINDOnews.

- Android: https://sin.do/u/android

- iOS: https://sin.do/u/ios

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun