“Barangsiapa memakai pakaian syuhroh, niscaya Allah akan memakaikan kepadanya pakaian semisal pada hari kiamat” (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah)
Oleh karena itu hendaknya mengenakan outfit yang sesuai dengan kebiasaan masyarakat setempat di mana kita berada, selama tidak bertentangan dengan syariat dan sunnah Nabi. Karena menyelisihi kebiasaan masyarakat setempat (termasuk dalam hal pakaian) yang menjadikan seserang tampil beda lalu dikenal nyeleneh atau nyentrik sendiri gegara oufit yang dikenakannya maka itu termasuk pakaian syuhroh yang terlarang. Karena sesuatu yang menyelishi kebiasaan masyarakat setempat, terlarang dilakukan.
***
Pengalaman Pribadi
Diantara pengalaman pribadi dalam soal outfit Taraweh dan malam-malam Ramadan secara umum adalah berusaha mengenakan beberapa pakaian secara bergiliran setiap malam. Dari sisi model kadang koko-sarung-peci nasional. Kadang jubah/gamis-peci putih. Kadang sarung-kemeja-peci.
Khusus di sepuluh malam terakhir Ramadan saya menggilir hampir seluruh koleksi outfit salat. Paling tidak karena dua alasan.
Pertama, di sepuluh akhir Ramadan biasanya saya dan istri libur gosok pakaian. Pakaian kotor langsung mesin cuci, tapi gosok/setrika ditunda. Karena di sepuluh terakhir biasanya fokus perbanyak dan tingkatkan amal ibadah, khususnya di malam hari. Untuk Ramadan tahun ini, misalnya sejak pagi tadi semua pakaian yang sudah dicuci dituntaskan.
Istri mengatakan, ‘’Bi, mulai besok malam pakai saja yang ada di lemari dulu, Umi gak mau gosok sampai selesai lebaran”. “Siap mi”. Malam ini bakda Taraweh masih sempat giling cucian pakaian kotor hari ini di di mesin cuci. Istri juga g suka kalau saya pakai outfit yang tidak disetrika.
Kedua, saya ingin memberikan giliran dan kesempatan kepada seluruh outfit yang ada di lemari mendapat giliran dipakai salat Taraweh, khususnya di sepuluh malam terakhir Ramadan. Dengan meraih cinta Allah melalui memperlihatkan kepada Allah bekas nikmat-Nya berupa pakaian yang dibeli dari harta yang merupakan nikmat dariNya.
Selain itu di malam Ramadan khususnya sepuluh malam terakhir saya juga berusaha mengenakan outfit pemberian atau hadian dari istri, kawan, keraabat, dan sebagainya. Dengan harapan semoga para pemberi hadiah turut mendapatkan aliran dan transferan pahala jika pemberian atau hadiah dari mereka dipakai beribadah, apalagi ibadah di malam-malam mulia.
Mari ramaikan sisa Taraweh di sepuluh akhir dengan outfit terbaik. Khususnya di malam Lailatul qadr. Terbaik menurut syariat, sesuai dengan kondisi diri kita serta tidak membuat risih pemakai dan atau orang sekitar, karena bisa jadi hal itu termasuk tsaub syuhroh yang dilarang. Wallahu a’lam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H