Ada dua kisah inspiratif Ramadan yang selalu menjadi renungan bagi saya. Dua kisah ini mengandung pesan bahwa kesempatan berbulan Ramadan merupakan karunia Allah yang sangat bernilai. Umur panjang yang diberikan Allah sehingga bertemu bulan Ramadan takkan tergantikan oleh apapun.
Dua kisah ini bersumber dari hadis Nabi Muhammad shalllahu 'alaihi wa sallam.
Kisah Pertama: Masuk Surga Lebih Dulu Karena Masih Berbulan Ramadan Sekali
Kisah ini diriwayatkan oleh Ibnu Majah dalam Kitab nya Sunan Ibnu Majah sebagaimana dituturkan Oleh Thalhah bin 'Ubaidullah radhiyallahu 'anhu.
"Dua orang laki-laki dari Baliy datang menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan masuk Islam. Salah seorang dari keduanya lebih semangat berjihad dari yang lainnya, kemudian dia pergi berperang sehingga ia mati syahid. Sedangkan yang satunya lagi masih hidup hingga setahun setelahnya, lalu dia meninggal dunia."
Jihad termasuk salah satu amalan yang utama, bahkan paling afdhal dan paling dicintai Allah. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ketika ditanya tentang amalan apa yang paling afdhal. "Jihad di jalan Allah", jawab beliau.
Demikian pula dengan mati syahid di medan jihad. Ia  merupakan satu kemuliaan. Diantaranya, seseorang yang mati syahid bisa masuk surga tanpa hisab, diampuni dosa-dosanya sebelum tetes darah pertamanya ketika terbunuh menyentuh bumi, dan sebagainya.
Thalhah berkata, "Kemudian aku bermimpi seakan-akan aku berada di pintu surga. Tiba-tiba aku berada di sisi kedua laki-laki tersebut, setelah itu Malaikat keluar dari surga. Malaikat itu kemudian mengizinkan laki-laki yang meninggal dunia belakangan dari keduanya untuk memasukinya, kemudian ia keluar lagi dan mempersilahkan kepada laki-laki yang mati syahid. Lalu malaikat itu kembali kepadaku dan berkata, 'Kembalilah kamu, sebab belum saatnya kamu memperoleh hal ini.'
Keesokan harinya Thalhah menceritakannya kepada orang-orang, mereka pun heran. Mereka lalu memberitahukannya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan menceritakan kejadian tersebut. Maka beliau bersabda: "Perkara yang mana yang membuat kalian heran?"
mereka menjawab, "Wahai Rasulullah, laki-laki (yang pertama meninggal) adalah orang yang paling bersemangat dalam berjihad dari yang lain, lalu dia mati syahid. Tapi mengapa orang yang lain (laki-laki yang meninggal belakangan) justru masuk surga terlebih dahulu darinya?"
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Bukankah orang ini hidup setahun setelahnya?" mereka menjawab, "Ya." Beliau bersabda: "Bukankah ia mendapatkan bulan Ramadan dan berpuasa? Ia juga telah mengerjakan shalat ini dan itu dengan beberapa sujud dalam setahun?" mereka menjawab, "Ya." Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kembali bersabda: "Sungguh, sangat jauh perbedaan antara keduanya (dalam kebajikan) bagaikan antara langit dan bumi."Â
Kisah ini dikutip dari: https://www.hadits.id/hadits/majah/3915.
Masya Allah. Jihad dan ibadahanya biasa-biasa saja. Tapi masuk surga lebih dulu dari temannya yang jihad dan ibadahnya lebih antusias. Â Karena ia masih hidup setahun lagi dan berbulan Ramadan. Di bulan Ramadan itu dia puasa, salat dan melakukan amalan lainnya. Hal itu menjadikan dia lebih istimewa, bahkan bedanya dengan temannya seperti antara langit dan bumi.
Kisah Kedua: Berbulan Ramadan tapi Celaka
Para Sahabat Nabi terperangah. Pasalnya mereka melihat Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam saat naik mimbar mengucapkan kata Amin sebanyak tiga kali. "Amin, Amin, Amin".
Mereka heran karena  Nabi mengucapkan kata Amin, tapi mereka tidak mendengar doa terucap. Sebab mereka tahu, amin diucapkan saat mendengarkan do'a. Amin artinya Allahumma istajib. Ya Allah kabulkanlah.
Setelah usai berkhutbah dan Nabi turun dari mimbar para sahabat menanyakan perihal ucapan amin yang diucapkan oleh Nabi.
"Malaikat Jibril (tadi) mendatangiku", jelas Nabi.
"Lalu beliau (Jibril) mengatakan; ''Celakalah seseorang yang mendapati bulan Ramadan tetapi dia tidak diampuni dosanya". Jibril mengatakan kepadaku. "katakan: Amin!". Maka aku katakan; Amin. "Dan celakalah seseroang yang mendengar aku disebut tapi tidak bershalawat padaku". Jibril mengatakan padaku: ''katakan: Amin". "Maka aku katakan: Amin". Dan celakalah seseorang yang mendapati kedua orangtuanya atau salah satunya masih hidup; tapi dia tidak masuk surga karena tidak berbakti. Jibril mengatakan padaku: katakan: Amin. Maka aku katakan amin.
Kisah yang terdapat dalam kitab Sunan Tirmidzi ini patut menjadi bahan renungan sekaligus peringatan. Tiga orang yang disebutkan dalam hadis di atas (orang bertemu ramadan tapi tidak dapat ampunan, mendengar nama nabi disebut tapi bershalawat, dan memiliki kedua orang tua tapi tidak berbakti) didoakan agar celaka. Dan yang mendoakan adalah Malaikat Jibril yang merupakan makhluq dan malaikat paling mulia di langit. Sementara yang mengaminkan adalah manusia paling mulia di bumi dan paling dicintai Allah, yakni Rasulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.
Kedua kisah yang bersumber dari hadis Nabi tersebut di atas sangat menginspirasi diri saya. Kisah kedua saya dengar pertama kali dari Ustadz Abdul Majid Jalaluddin Lc saat menyampaikan ceramah Halal bil Halal di sekolah  saya SMP dulu. Waktu itu beliau mengajak hadirin untuk merenungkan Ramadan yang baru saja berlalu. Sekaligus merenungi diri masing-masing. "Bagaimana Ramadan kita yang kemarin?" kata beliau. "Jangan sampai kita diberi kesempatan dan umur panjang bertemu Ramadan tetapi kita keluar dari bulan Ramadan dalam keadaan dosa-dosa kita tidak diampuni oleh Allah, sungguh merugi kita ini", jelasnya.
Lalu beliau mengutip kisah di atas.
Semenjak itu kisah tersebut selalu menjadi inspirasi dan bahan motivasi diri untuk berusaha sungguh-sungguh memanfatkan momentum Ramadan, seraya memohon taufiq dan petunjuk serta kemudahan dari Allah. Â
Kira-kira dari sekian kali kita berbulan Ramadan, Ramadan yang kapan, Ramadan di usia berapa kita keluar dari Ramadan dalam keadaan dosa kita diampuni Allah?
Hanya Allah yang maha tahu. Kita tidak tahu. Oleh karena itu setiap kali berbulan Ramadan harusnya selalu serius dan sungguh-sungguh. Disertai perasan khawatir, jangan sampai ini Ramadan terakhir buat diri ini. []
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H