Â
Masjid  Wihdatul Ummah Pelopor Salat Tarawih 1 juz/Malam di Makassar
Masjid merupakan tempat paling mulia di bumi. Karena itu bagi orang beriman dan pecinta kebaikan serta pencari kedamaian masjid merupakan tempat paling tepat.
Sebagai tempat ibadah dan rumah Allah (Baitullah) masjid harusnya menjadi tempat paling favorit bagi orang beriman mencari ketenangan dan kedamaian. Seorang ulama mengatakan, "Orang beriman di Masjid seperti ikan di dalam air". Artinya orang beriman itu tenang ada nyaman jika berada di Masjid.
Rasul juga pernah memuji orang yang hatinya selalu terpaut dengan masjid. Beliau menggolongkan orang yang cinta masjid ke dala m satu dari tujuh kelompok manusia yang akan dinaungi oleh Allah pada hari kiamat, di mana hari itu tidak ada naungan kecuali naungan dari Allah.
[8/4 10.38] Syamsuddin: Sebagai orang yang pernah berpindah-pindah domisi sejak dua dasa Warsa penulis selalu menganggap dan menjadikan masjid sebagai tempat paling berkesan di setiap kota yang ditinggali.
Pada tulisan ini akan mengulas masjid yang paling berkesan ketika penulis domisili di Makassar Sulawesi Selatan.
Penulis berdomisili di Makassar sekira 13 tahun, sejak tahun 1998 sampai 2012. Sejak pertama kali datang ke kota daeng untuk lanjut studi sampai pindah ke Bogor juga untuk keperluan lanjut studi.
Salah satu masjid paling fenomenal dan berkesan di mata penulis saat domisi di kota Anging Mammiri tersebut adalah Masjid Wihdatul Ummah. Masjid yang terletak di salah satu Gang Jln. Abdullah Dg. Sirua ini tergolong fenomenal dan berkesan bagi penulis bukan karena apa-apa. Bukan karena tampilan fisiknya. Bukan pula karena usia tua yang kemudian menjadi masjid antik atau cagar budaya. Tapi karena fungsi dan perannya sebagai pusat kegiatan dakwah dan sosial serta program keummatan lainnya.
Penulis sendiri mulai menginjakkan kaki di Masjid ini pada akhir tahun 1998. Yakni beberpa tahun setelah masjid ini didirikan.
Masjid Wihdatul Ummah merupakan pusat kegiatan dakwah ormas Islam Wahdah Islamiyah pada masa-masa awal. Masjid dibangun diatas sebidang tanah wakaf dari Bapak Dain Yunta (ayah mertua dari KH. Muhammad Zaitun Rasmin).
Dana pembangunannya juga dari donatur. Dan proses pengerjaannnya dengan swadaya para kader dakwah melalui sistim  gotong royong atau kerja bakti. Di titik ini Masjid ini menjadi masjid bersejarah bagi para kader dakwah. Karena semua pihak terlibat dan memberi kontribusi dalam proses pembangunannya.
Pada masa awal pendiriannya masjid ini menjadi pusat kegiatan dakwah, pendidikan, dan sosial. Di sini diselenggarakan program Tahfidz Al-Qur'an yang saat itu dibina oleh Ustadz Usman Laba. Dari sini kemudian lahir para hafidz dan guru-guru Tahfiz yang hari ini tersebar di berbagai daerah sebagai da'i, mubaligh, Muhaffidz, dan guru-guru Qur'an. Dari sini kemudian lahir pesantren-pesantren Tahfidz lainnya.
Di masjid ini pula diselenggarakan program pendidikan formal dari jenjang TK dan SD serta Perguruan Tinggi. TKIT Wihdatul Ummah dan SDIT Wihdatul Ummah serta Sekolah Tinggi Ilmu Islam dan Bahasa Arab bermula dari sini. Saat ini  TKIT WU dan SDIT masih eksis di area masjid ini walau kedua sekolah ini makin berkembang, sehingga  YPWI yang mengelola dua lembaga ini membuka cabang baru di lokasi lain dalam kota Makassar.
Yang paling fenomenal dari penyelenggaraan pendidikan di Masjid ini adalah Sekolah Tinggi Ilmu Islam dan Bahasa Arab (STIBA) Makassar yang saat ini membina ribuan mahasiswa dengan jumlah alumni ribuan yang tersebar di berbagai penjuru Nusantara sebagai guru dan da'i. Pada masa-masa awal STIBA berkampus di Masjid Wihdatul Ummah. Para Mahasiswa berkuliah di salah satu pojok masjid dengan fasilitas seadanya. Tapi berkat kerja keras kemudian pertolongan Allah kampus Islam dan Bahasa Arab ini kini berkembang dan membesar.
Selain Tahfidz, program pendidikan non formal lainnya yang diselenggarakan di masjid ini adalah program Tadrib Du'at. Sebuah Diklat setahun yang bertujuan membina calon dai yang setelah mengikuti program ini mereka ditugaskan berdakwah di berbagai daerah di tanah air. Kini program Tadrib Duat juga makin eksis, bahkan diduplikasi di beberapa daerah seperti Kalimantan Timur, Yogyakarta, Jakarta, Gorontalo, dan Kendari.
Program Unik
Salah satu yang menjadikan masjid ini adalah, sejak didirikan setiap bulan Ramadan Masjid ini menyelenggarakan salat Tarawih dengan bacaan 1 juz setiap malam. Bahkan di sepuluh terakhir Ramadan setelah Tarawih di awal malam, di akhir malam dilanjutkan dengan salat Tahajud dengan bacaan 1 juz juga. Salat tarawih/tahajud dengan bacaan 1 juz/malam masih tergolong langka saat itu di Indonesia secara umum dan kota Makassar secara khusus. Sehingga masjid  Wihdatul Ummah layak dinobatkan sebagai penyelenggara salat tarawih 1 juz di kota Makassar.
Â
Di sepuluh akhir Ramadhan Masjid ini juga terbilang unik dan luar biasa. Biasanya masjid-masjid mulai kekurangan jamaah salat tarawih pada sepuluh malam terakhir. Tapi Masjid Wihdatul Ummah tetap stabil, bahkan makin ramai di sepuluh akhir Ramadhan. Apalagi ada program i'tikaf. Dan ini berlangsung sejak awal masjid ini dibangun.
Selain itu kesan paling mendalam bagi penulis secara khusus di masjid ini adalah, masjid ini menjadi tempat membina diri dan menginstal nilai-nilai kehidupan yang kemudian mewarnai value nilai hidup yang saya anut saat ini. Di masjid ini penulis bertemu guru-guru yang mengajarkan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai luhur kehidupan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H