Jika Soekarno dengan ide orisinalnya menjalan kedhidupan bernegara dengan falsafah Pancasila dalam bentuk Demokrasi Terpimpin ( Manipol - USDEK; Manifesto Politik – Soekarno ). Dari perspektif ideologis, Soeharto tidak melahirkan ide orisinal. Beliau sepertinya hanya melanjutnya saja ide orisinal Soekarno dengan langkah pragmatisme. Orde Baru hanya menganti NASAKOM menjadi NASAKAR.
Jika Bung Karno meletakan NASAKOM dalam mindset rakyat Indonesia dalam upaya politiknya mempersatukan seluruh kekuatan revolusioner - Sammenbundelling van alle revolutionare krachten. Karena revolusi belum selesai, karena bagi Bung Karno revolusi adalah menjebol dan membangun. Menjebol kemiskinan untuk membangun kemakmuran, menjebol kebodohan untuk membangun kecerdasan, menjebol mental kuli untuk menjadi tuan di negeri sendiri.
Bagi Pak Harto, konflik berkepanjangan antar kelompok ideologis menimbulkan tergoncangnya sendi kehidupan normal bernegara. Mengapa Pancasila tidak diletakan sebagai kesatuan pandangan politik untuk kepentingan pembangunan nasional yang terarah dan terencana. Mempunyai skala prioritas dan pilihan kearah mana bangsa ini diajak untuk membangun dirinya sendiri. Membangun diri sendiri dengan karakter nasional bangsa yang jelas yaitu berkarakter Pancasila. Karena itulah Pancasila dijadikan sebagai azas tunggal kehidupan ideologis rakyat Indonesia.
Soeharto bergerak pragmatis menjalankan kehidupan bernegara dalam bentuk Demokrasi Pancasila tanpa komunisme. Namun bukan berarti Pak Harto tidak punya gagasan orisinal, gagasannya yang terkenal dengan istilah Trilogi Pembangunan yaitu; Stabilitas – Pertumbuhan dan Pemerataan. Stabilitas kemanan, ketertiban dan stabilitas politik menumbuhkan ketahanan nasional guna membangun ekonomi, social, politik, ekonomi dan budaya (Epoleksosbud ) dalam upaya membentuk karakter nasional bangsa Indonesia. Membentuk karakter manusia Indonesia seutuhnya berdasarkan Pancasila.
Tiga puluh dua tahun Orde Baru memberikan peluang tumbuhnya satu generasi baru dengan visi dan ide baru. Visi dan ide yang berbeda dari generasi pendahulunya. Interakasi sosial yang berbeda karena perkembangan ilmu pengetahuan dan teknolgi dan komunikasi global. Hal ini saya kira adalah kodrati, manakala kemampuan intelektual berkembang karena kondisi kehidupan yang stabil adalah suatu hal yang logis.
Reformasi merupakan kemauan sejarah karena sifat kodrati alam yang selalu mengalami perubahan. Namun demikian perubahan dimaksud tidak berarti kehilangan pijakan budaya nasional kita. Penyelenggaraan negara sejatinya tetap seperti pepatah; Dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung. Kita tidak berharap di bumi Pancasila bercokol demokrasi liberal yang tidak sesuai dengan budaya nasional bangsa Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H