Mohon tunggu...
Syamsuddin B. Usup
Syamsuddin B. Usup Mohon Tunggu... wiraswasta -

Kakek dari sebelas cucu tambah satu buyut. Berharap ikut serta membangun kembali rasa percaya diri masyarakat, membangun kembali pengertian saling memahami, saling percaya satu sama lain. Karena dengan cara itu kita membangun cinta kasih, membentuk keindahan hidup memaknai demokrasi.\r\n

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Udink, Terlibat Perdagangan Gelap Senjata

23 Desember 2010   19:52 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:27 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keluar dari gerbang Bandara Internasional San Fransisco, Udink langsung tancap gas kearah barat. Gila sedan chevy butut begini masih lari 80 mil perjam, melintas dibawah freeway Bayshore 423A yang masih belum selesai pembangunannya, lalu berbelok ambil kanan masuk ke Huntington avenue.

“Di kiri kita itu Lomita Park, rumah saya disana, itu kau lihat yang belang warna warni” kata temanku ini.

Udink bukanlah nama sebenarnya. Justru lidahnya yang tidak bisa melafal bunyi huruf N dan ucapannya menjadi bunyi ENG pabila dia menyebut namaku. Akhirnya dia kami sapa dengan Udink

Lomita park?....jadi kau sudah lama tinggal di San Fransisco?” Aku menimpali bicaranya. Dia bilang apa saja toh saya tidak mengerti karena baru pertama kali.

“Empat bulank…eee bulank depank saya pindah ke Dengver” katanya lagi. “Oh begitu.” Saya terdiam, masih agak kagok campur bingung meskipun teman akrab dulu di SMEA Muhammadiyah Malang.

“Okey …saya antar sampai hotel di San Bruno” katanya lagi. Sampai di hotel dan chek in, dia bilang akan nelpon nanti malam pukul 19.30.

“San Bruno diutara Lomita Park, jadi Lomita Park di selatannya…he he he gak usah bingung bro… bye bye” Udink buru buru pergi. Agaknya ada dua rekan bisisnya sedari tadi menunggu.

Tepat pukul 19.30 telepon dikamar saya berdering, saya angkat, ternyata bukan Udink yang telpon,duty manager hotel menyapa selamat datang dan menegaskan fasilitas yang kudapatkan di hotelnya, special services bagi penginap pertama kali di hotel itu.

Namun hingga pagi tidak juga dia telpon padahal dia punya 'nokia pisang'. Bahkan beberapa hari ketika aku masih di San Fransisco samasekali tidak ada berita apapun. Tapi bukan Udink kalau tidak misterius. Sejak itu tidak pernah lagi jumpa dia hingga aku kembali ke Berlin.

Waktu berlalu dengan sangat cepat. Hari itu tanggal 20 Januari 1981 saya sedang nonton tivi di asrama kami Kolping Hause, tayangan langsung acara kunjungan Presiden America Serikat ke Berlin Barat.

“to believe that together with God’s help we can and will resolve the problems which now confront us. And, after all, why shouldn’t we believe that? We are Americans.” Begitulah kira kira kata kata pidato Presiden Ronald Reagan di Brandenburg Gate, didepan ribuan penduduk Berlin Barat, terkait konflik akibat 52 warga Amerika yang disandra gerakan mahasiswa Iran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun