Syekh Abdul Rauf al-Fansuri: Ulama, Sufi, dan Penerjemah Al-Qur'an yang Menginspirasi Nusantara
Syekh Abdul Rauf al-Fansuri: Ulama Besar dari Aceh yang Mendunia
Syekh Abdul Rauf al-Fansuri, yang dikenal pula sebagai Syekh Abdul Rauf as-Singkili, adalah salah satu ulama besar asal Aceh yang memainkan peran penting dalam penyebaran Islam di Nusantara pada abad ke-17. Beliau tidak hanya dikenal sebagai seorang ulama dan cendekiawan Muslim, tetapi juga seorang sufi, penulis, dan penerjemah al-Qur'an ke dalam bahasa Melayu. Berikut adalah uraian lengkap tentang kehidupan, pemikiran, dan warisannya.
Asal-Usul dan Kehidupan Awal
Syekh Abdul Rauf lahir di Fansur, sebuah wilayah yang kini dikenal sebagai Barus, Sumatra Utara. Barus merupakan kota pelabuhan terkenal pada masa itu, tempat bertemunya pedagang dari berbagai penjuru dunia, termasuk Timur Tengah, India, dan Tiongkok. Lingkungan multikultural ini memungkinkan Barus menjadi pusat penyebaran agama Islam dan ilmu pengetahuan.Meski tanggal kelahiran Syekh Abdul Rauf tidak tercatat secara pasti, sebagian besar sumber menyebutkan beliau hidup pada awal abad ke-17. Ia berasal dari keluarga terhormat dan mendapatkan pendidikan agama sejak usia muda.
Jejak inspirasi
Syekh Abdul Rauf menghabiskan sebagian besar hidupnya untuk menimba ilmu di luar negeri. Beliau melakukan pengembaraan ke berbagai wilayah Islam, termasuk Mekkah, Madinah, Yaman, India, dan Mesir. Pengembaraan ini menunjukkan tekadnya untuk mempelajari berbagai cabang ilmu keislaman, termasuk tafsir, hadis, fikih, dan tasawuf.
Di Mekkah, Syekh Abdul Rauf berguru pada banyak ulama besar, salah satunya adalah Syekh Ahmad al-Qushashi, seorang ulama dan sufi terkenal pada masanya. Syekh Ahmad al-Qushashi dikenal sebagai guru tarekat Syattariyah, dan Syekh Abdul Rauf kemudian menjadi salah satu murid terbaiknya
Setelah lebih dari dua dekade menimba ilmu, Syekh Abdul Rauf kembali ke Nusantara dengan membawa ilmu yang sangat luas. Ia kemudian menetap di Singkil, Aceh Selatan, dan mulai mengajarkan ilmu agama kepada masyarakat setempat.
Pemikiran tasawuf dan Ajaran nya
Syekh Abdul Rauf al-Fansuri dikenal sebagai tokoh sufi yang menyebarkan tarekat Syattariyah di Nusantara. Ajarannya menekankan pada hubungan yang harmonis antara syariat, tarekat, hakikat, dan makrifat. Ia berusaha mempertemukan pendekatan tasawuf dengan syariat agar lebih mudah diterima oleh masyarakat awam.
Pemikiran tasawuf
 Syekh Abdul Rauf memiliki pengaruh besar dalam perkembangan Islam di Nusantara. Ia menekankan pentingnya membersihkan hati, mendekatkan diri kepada Allah, dan mengamalkan ajaran Islam secara menyeluruh. Berbeda dengan beberapa tokoh sufi sebelumnya, seperti Hamzah Fansuri dan Syamsuddin as-Sumatrani, Syekh Abdul Rauf lebih moderat dalam pendekatan tasawufnya, sehingga tidak menimbulkan polemik di kalangan ulama.
Peran Beliau Sebagai Ulama Tafsir
Salah satu karya monumental Syekh Abdul Rauf adalah penerjemahan al-Qur'an ke dalam bahasa Melayu. Beliau adalah salah satu ulama pertama yang menerjemahkan al-Qur'an di Nusantara, melalui kitab tafsirnya yang berjudul "Tarjuman al-Mustafid". Tafsir ini menjadi rujukan penting bagi umat Islam Melayu, terutama dalam memahami al-Qur'an.Dalam tafsirnya, Syekh Abdul Rauf menggunakan pendekatan yang sederhana dan praktis, sehingga dapat dipahami oleh masyarakat awam. Ia juga menyelaraskan interpretasi ayat-ayat al-Qur'an dengan konteks budaya dan kehidupan masyarakat Nusantara.
Peran Sosial dan Politik
Syekh Abdul Rauf tidak hanya aktif sebagai ulama, tetapi juga sebagai penasihat kerajaan Aceh. Pada masa itu, Kesultanan Aceh adalah salah satu pusat kekuasaan Islam terbesar di Nusantara. Syekh Abdul Rauf berperan dalam membangun sistem pemerintahan yang berbasis syariat Islam. Ia juga terlibat dalam mendidik generasi muda dan melatih para ulama untuk menyebarkan dakwah Islam ke seluruh Nusantara.
Karya-Karya Syekh Abdul Rauf
Selain tafsir "Tarjuman al-Mustafid," Syekh Abdul Rauf juga menulis banyak kitab yang menjadi rujukan dalam studi Islam. Beberapa karya beliau antara lain:
1.Kifayat al-Muhtajin ila Masyrab al-Muwahhidin - Sebuah karya tentang tasawuf dan pemahaman ketuhanan.
2.Umdat al-Muhtajin ila Suluk Maslak al-Mufridin - Buku yang membahas tarekat Syattariyah dan perjalanan spiritual.
3.Mir'at al-Tullab - Kitab fikih yang ditulis untuk panduan pelaksanaan hukum Islam di Aceh.
Warisan dan Pengaruh
Warisan Syekh Abdul Rauf masih terasa hingga hari ini. Beliau dihormati sebagai ulama besar yang berjasa dalam menyebarkan Islam di Nusantara, khususnya di Aceh. Tarekat Syattariyah yang diajarkan olehnya masih berkembang dan diikuti oleh banyak orang hingga sekarang. Karya-karya beliau juga terus dipelajari di berbagai pesantren dan lembaga pendidikan Islam.
Sebagai tokoh yang moderat, Syekh Abdul Rauf berhasil membangun jembatan antara ajaran syariat dan tasawuf, sehingga Islam dapat diterima dengan baik oleh masyarakat yang memiliki latar belakang budaya yang beragam. Pemikirannya yang inklusif dan visioner menjadikan beliau sebagai salah satu ulama yang dikenang sepanjang masa.
Akhir Hayat Beliau
Syekh Abdul Rauf wafat pada tahun 1693 di Singkil, Aceh. Makamnya kini menjadi tempat ziarah yang dihormati oleh masyarakat. Sebagai bentuk penghormatan, nama beliau sering disebut dalam kajian keislaman, dan banyak institusi pendidikan yang menjadikan ajarannya sebagai bagian dari kurikulum.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H