Keterampilan ini memungkinkan anak untuk mengelola emosi, berurusan dengan konflik dan berkomunikasi secara efektif dengan cara yang tidak agresif, mengurangi risiko perilaku kekerasan (WHO, 2016a).Â
Mereka juga dapat meningkatkan kinerja sekolah, yang melindungi dari kekerasan remaja melalui siswa memainkan peran yang lebih besar dalam kehidupan sekolah dan memiliki prospek pekerjaan yang lebih baik (WHO, 2015). Keterampilan hidup juga dapat mengurangi faktor risiko untuk kekerasan, seperti alkohol dan narkoba gunakan (Onrust et al, 2016; Faggiano et al, 2014).
Pelatihan keterampilan hidup dan sosial
Alih - alih terus membombardir siswa dengan beragam materi pembelajaran, ada baiknya Sekolah menyediakan waktu untuk berdiskusi dengan anak-anak terhadap tema-tema pengembangan diri mereka, termasuk pengetahuan tentang relasi saat remaja atau pengetahuan tentang risiko digital. Ini termasuk kemampuan untuk mengenali situasi di mana pelecehan atau kekerasan dapat terjadi dan memahami bagaimana cara menghindari situasi yang berpotensi berisiko dan di mana mencari bantuan.Â
Pengetahuan ini dapat membuat anak-anak kurang rentan terhadap pelecehan dan mengurangi risiko kekerasan terjadi lagi (misalnya dengan memberi tahu orang dewasa yang terpercaya) (WHO, 2016a). Anda juga dapat mengatasi faktor risiko untuk kekerasan, seperti alkohol dan penggunaan narkoba, melalui beragam Games dan diskusi yang membuat anak-anak sadar akan zat-zat ini, termasuk konsekuensi penggunaannya mereka dan mengenali situasi berisiko tinggi (Onrust et al, 2016; Faggiano et al, 2014). Dan kegiatan ini dapat dilakukan dengan cara :
- Pemecahan masalah: mengambil keputusan, berpikir kritis, mengatasi resolusi konflik
- Membangun hubungan: komunikasi, kerja sama, ketegasan
- Mengelola emosional: mengatasi stres, manajemen mengatasi, kesadaran diri
- Mengembangkan empati: membantu dan peduli, memahami sudut pandang lain
- Ajari anak-anak tentang perilaku yang aman
Mempromosikan Hubungan Yang Setara
Perilaku sosial dan budaya dan stereotip di sekitar, misalnya gender, seksual orientasi, agama, etnis dan kecacatan, meningkatkan risiko intimidasi dan kekerasan. Menantang norma-norma berbahaya dan memperkuat norma-norma yang mempromosikan hubungan tanpa kekerasan, positif dan setara dapat mengurangi pembenaran atas kekerasan perilaku (WHO, 2016a).Â
Mempromosikan toleransi politik, agama dan etnis juga mungkin menjadi penting dalam mencegah kejahatan rasial serta ekstremisme dan kekerasan radikalisasi (Bellis et al, 2017). Menantang norma sosial yang dirasakan di sekitar anak muda penggunaan narkoba oleh orang juga merupakan bagian penting untuk mencegah penyalahgunaan narkoba (Onrust et al, 2016; Faggiano et al, 2014) yang membantu mengatasi faktor risiko kekerasan.
Strategi-strategi ini dapat digunakan sendiri atau sebagai kombinasi dan dapat digunakan sepanjang kehidupan sekolah dan kehidupan di rumah. Semakin awal memulai, semakin banyak efek positif pada sikap dan perilaku anak-anak. Dan ini penting guna mencegah anak-anak terhindar dari beragam kekerasan sexual yang terus berkembang. Semoga
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H