Melebihi ARMY sebenarnya , dan ini harusnya sangat bermanfaat untuk menyebarluaskan Nilai-Nilai Kebaikan, Nilai Universal Kemanusiaan termasuk Nilai-Nilai Idiologi Pancasila atau Nilai-Nilai Luhur Universal.  Sayangnya, pada saat ini, umumnya para Youtuber tersebut lebih banyak bercerita tentang "dirinya", Nilai "Aset" nya . Mereka memilih   Digital its Self  (Fucault,1988). Mendorong Ego, sehingga memberi ruang lebih luas untuk menumbuhkan sifat borjuis dan egoisme dalam masyarakat. Mereka mengisolasi dalam kenyamanan dan keamanan ruang pribadinya sendiri yang hedonis lalu membagikan kenyamanan itu untuk menjadi mimpi para pengikutnya.
Padahal Era Digital Its Self juga memungkinkan para "Panutan Digital" tersebut untuk membantu orang lain dengan cara sesuai  tubuh dan jiwa sendiri, pikiran, perilaku, dan cara hidup, mereka namun didedikasikan untuk berperan berbagi Nilai, sehingga memberikan kebaikan untuk orang lain (The Others). Bersyukur ada Almarhum, mas Didi Kempot, yang mampu menggerakkan para SadBoys dan SadGirls, Dan Para AMBYAR Boys/Girls, bergerak memenuhi ajakan Sympahty, dengan menebar kepedulian peduli kepada masyarakat terdampak Pandemi Covid 19. Hanya dalam hitungan menit kitabisa.com pun tidak bisa menampung antusias menyumbang dari para penggemar,
Kedua : Digital Untuk Gotong Royong -- Kedermawanan (Filantropi)
Filantrophy adalah bagian yang semakin penting dari fandom K-pop. Banyak klub penggemar mengumpulkan sumber daya untuk mendukung kegiatan amal. BTS juga mempromosikan UNICEF, bergabung dengannya dalam kampanye Love Myself , yang telah mengumpulkan lebih dari US $ 1,4 juta (dan ini banyak melalui sumbangan langsung dari penggemar). ARMY di Kota London telah mendanai lebih dari 35.000 makanan, yang disebar untuk para "pengangguran". Di Amerika Latin ARMY BTS, memprotes pemerintah Chili pada 2019 dan meningkatkan kesadaran tentang perlunya jalan yang lebih aman di Bangladesh. Aktivisme ini, meskipun tidak dipraktikkan oleh setiap penggemar K-pop, memiliki sejarah panjang.Â
Di Korea Selatan, fandom musik terorganisir mulai muncul pada 1980-an dan 90-an. Filantropi penggemar, sekarang umum di Korea di luar musik pop, berakar pada awal 2000-an. pada tahun 2007, memulai gerakan mengumpulkan ribuan kilogram beras untuk amal. Fandom lain telah mendanai implan koklea untuk anak-anak tuli dan, baru-baru ini, upaya COVID-19.Â
Di dalam dan di berbagai fandom, kesadaran sosial terus digaungkan melalui beragam jaringan Online yang longgar di Twitter, Instagram, dan media sosial lainnya. Ketika pemimpin kelompok K-pop, yang didukung oleh enam anggota lainnya, berbicara kepada PBB untuk membantu meluncurkan Generation Unlimited, siaran langsung pidato yang menyentuh hati dan ditonton oleh jutaan orang di seluruh dunia, juga tagar yang mendukungnya datang dari seluruh belahan dunia.
Lalu bagaimana di Indonesia : Seperti dikemukakan di atas, media sosial kita masih dipenuhi perpecahan. Hari ini Pancasila juga "menjadi rebutan" saling menunjukkan paling Pancasila. Tagar bukan untuk ajakan kebaikan tapi untuk saling melecehkan. Kita lupa ada nilai- nilai luhur yang kita miliki tapi tidak kita laksanakan. Kpop, ARMY mungkin tidak tahu Pancasila, tapi aktivitas ke gotong royongnya sudah lebih Pancasila dibanding kita.
Ketiga, Kpops dan ARMY - BTS menciptakan "frientimacy untuk akord simpatik" Â (Gong-gam dalam bahasa Korea).
 Dengan tidak memedulikan Identitas, Ras, Agama, Para Kpop dan para ARMY , secara terus menerus dan konsisten menyebarkan nilai-nilai Kejujuran dan Kebaikan. Para ARMY berbagi kisah jujur mereka tentang kehidupan sehari-hari. Kejujuran dan keterbukaan itu membunyikan Lonceng "Nurani" dan menyentuh kalbu terdalam para ARMY. Shasta Nelson, penulis, dan pakar terkemuka tentang persahabatan, menyampaikan bahwa BTS mampu membangun "Digital frientimacy"  yang dikemukakan oleh dalam nilai : Â
Kepositifan, Konsistensi, dan Kerentanan dengan mengoptimalkan media digital. Menyebarkan sikap positif, kebaikan hati dan interaksi yang jujur serta konsisten dengan penggemar. Para anggota BTS berpikiran terbuka untuk mengungkapkan wajah asli mereka sebagai anak muda di usia awal dua puluhan terlepas dari kerentanan kehidupan negatif.
Alih-alih dihambat oleh Sikap Sebagai Publik Pigure yang selalu Indah seperti banyak di dunia  Selebriti. BTS tidak melakukan itu, mereka mempengaruhi publik secara positif dengan menunjukkan bahwa anggota BTS tidak jauh berbeda dari orang biasa.Â
Contoh sederhana bagaimana pada tahun 2018, anggota BTS Jimin mengenakan kemeja yang menggambarkan pemboman atom AS di Jepang. Ini menimbulkan  perdebatan tentang imperialisme dan kekejaman perang, termasuk memperbudak secara seksual para wanita. Banyak penggemar mengungkapkan kemarahannya marah di Twitter. Dan ini mendorong Jimin, menyampaikan penyesalan secara terbuka.
"Saya Kim Namjoon dan juga RM BTS. Saya seorang idola dan saya seorang seniman dari sebuah kota kecil di Korea. Seperti kebanyakan orang, saya telah membuat banyak kesalahan dalam hidup saya. Saya memiliki banyak kesalahan dan saya memiliki lebih banyak ketakutan,... " Ini adalah - Kutipan dari pidato Kim Namjoon ke PBB, 25 September 2018.