Mohon tunggu...
Syam Asinar  Radjam
Syam Asinar Radjam Mohon Tunggu... Petani - petani

petani

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Kota Pematah Hati

22 Januari 2025   11:24 Diperbarui: 22 Januari 2025   11:24 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

berdasar topografi, Bandarlampung dapat dibagi menjadi dua kawasan, atas dan bawah. Kawasan atas merupakan dataran tinggi. Kawasan bawah berada di pesisir Teluk Lampung, tepi pantai. Secara administratif, ibukota propinsi paling Selatan Sumatra ini terbagi menjadi 13 wilayah kecamatan.

Sepuluh kecamatan berada di kawasan atas dan tiga lainnya di kawasan bawah meliputi, Panjang, Telukbetung Selatan, dan Telukbetung Barat. Ketiga kecamatan di kawasan bawah ini punya potensi alami banjir. Ketika hujan besar turun di kawasan ulu lalu air terantar melimpah ke laut —terlebih bila laut sedang pasang— banjir menjadi sebuah fenomena alam berkategori biasa.

Kini banjir pun mulai menjadi sesuatu yang biasa di wilayah kecamatan lain, Tanjungkarang Pusat, Tanjungkarang Timur, Sukarame, Teluk Betung Utara, Kotakarang, hingga Kedaton. Tak sukar menduga pendatangan banjir; hujan dari ulu besar atau boleh jadi biasa, daya serap tengah lemah, ilir jangan dikata.

“Ada tiga penyebab banjir di Bandar Lampung,” cerita Firman. “Pertama, penyempitan badan sungai dan drainase yang buruk. Kedua, alihfungsi kawasan serapan air yang tadinya berupa rawa menjadi kawasan pemukiman, pusat bisnis, ataupun kampus dan lain sebagainya. Nah, yang ketiga, penghancuran bukit-bukit di Bandar Lampung.”

Firman menyebut tahu empat belas bukit di Bandar Lampung. Sebelas bukit di antaranya ditetapkan sebagai kawasan konservasi, meliputi sembilan bukit berstatus hutan kota dan dua bukit sebagai paru-paru kota. Tapi penetapan kawasan konservasi tak mampu menghadang laju kerusakan hutan berikut bukit tempat hutan itu tumbuh. Bukit pun hutan babak belur. Tinggal tersisa tiga bukit yang masih asri; Bukit Banten di Kedaton, Bukit Sulah di Sukarame, dan Bukit Kucing di Tanjungkarang Barat.

Bisa dihentikan

Bencana ekologis yang kadan diikuti bencana kemanusiaan tersebut kian terasa kini. Namun bukan berarti kehancuran bukit-bukit penjaga kota sekaligus penyantik kota di Bandar Lampung tak bisa dihentikan. Meski tak banyak, tapi sederet contoh keberhasilan penyelamatan lingkungan berhasil dilakukan atas kehendak masyarakat dan kemampuan lingkungan memulihkan diri.

Hanya sekitar tujuh jam perjalanan berkereta api dari stasiun Tanjung Karang, sungai Kelekar di Prabumulih perlahan pulih sejak tahun 2000. Padahal selama hampir setengah abad, fungsi ekologis sungai ini bisa dibilang sudah mati karena pembuangan limbah penambangan minyak bumi. Sungai yang berlinang minyak serta bahan kimia beracun itu berhasil memulihkan diri sejak masyarakat berhasil memaksa Pertamina berhenti membuang limbah ke badan sungai.

Keberhasilan pemulihan Kelekar, bisa dibilang terinspirasi kasus kemenangan lingkungan Sungai Kalamazo (kota negara bagian, USA). Kalamazo, atau sungai api dalam bahasa Indian kuno kembali bersih dari ketercemaran bahan kimia beracun berkat kerjasama manusia dan lingkungan.

Masyarakat adat Mollo di Nusa Tenggara berhasil menghentikan kegiatan penambangan marmer yang telah memperlihatkan daya rusaknya dengan beragam masalah.

Kondisi kekinian Bandar Lampung mengingatkan pada nasib kota-kota yang tumbuh menjadi bandar-bandar ramai. Makin ke sini makin berisi pertentangan di tubuh dan jiwanya. Padahal pastilah ada cara untuk mengendalikan ekonomi agar tak menentang ekologi, melunakkan keinginan untuk tak melebihi kebutuhan, menenangkan pengembangan agar supaya tak mengabaikan penataan. Warga dan pengelola kota semestinya menjadi juru damai antara bencana dan berkah sebuah kota. Manusia dan alam dapat membuat komoditisasi dan koinvestasi jasa lingkungan gayung bersambut bergandeng tangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun