Promosi dan “duta”
Entah apa yang kurang dengan promosi pariwisata Indonesia di luar negeri. Tapi banyak pihak berpendapat bilang masih kurang. Saya sendiri tidak tahu takaran cukup kurangnya. Pemerintah, baik melalui kementerian maupun KBRI pasti sudah melakukan pada porsinya. Pelaku usaha pariwisata juga pasti sudah. Apalagi di zaman internet saat ini.
Tapi barangkali yang belum maksimal adalah memanfaatkan para duta Indonesia. Duta di sini bisa penulis, backpacker, mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di negeri orang, pekerja seni, dan para pekerja migran.
Adakalanya ketika sedang di negeri orang, kita ditanyai apa saja wisata yang menarik untuk dikunjungi di Indonesia. Kita akan menjawab banyak. Tapi juga mungkin menambahkan pesan supaya kalau ke Indonesia jangan hanya ke Bali. Sebab, Bali terlalu turisty. Atau, hindari jakarta. Semrawut dan macet dimana-mana. Saya beberapa kali menyatakan demikian. Dengan itu, tanpa sadar saya sudah menjadi duta yang buruk.
Para duta Indonesia perlu dibekali, didukung, diajak bekerja sama, diberi kesempatan untuk mempromosikan pariwisata Indonesia.
Unik terpisah
Dengan keberlimpahan aset pariwisata Indonesia, Kementerian Pariwisata semestinya mampu merancang pariwisata yang komplit dan berpilihan banyak. Yang dapat ditawarkan kepada semua wisatawan dari setiap golongan serta anggaran mereka. Mulai Indonesia yang sederhana, Indonesia yang mewah, hiruk pikuk perkotaan Indonesia, kesunyian pulau dan desa Indonesia, Indonesia dan kehebatan sejarah, Indonesia yang “biasa saja”, Indonesia yang ramah, Indonesia yang liar (alamnya), dan masih banyak lagi.
Tawarkan keunikan. Kemas paket yang berlainan di tempat berbeda.
Usung lokalitas, maksimalkan desa
Desa di sini bukan hanya yang dikemas sebagai desa wisata sebagaimana marak saat ini. Desa “biasa saja” tetap bisa menarik minat wisatawan. Asalkan tersedia aktifitas atau keunikan yang khusus.