Mohon tunggu...
Syalsabila Sigfreda Imara
Syalsabila Sigfreda Imara Mohon Tunggu... Aktris - mahasiswi

do good and good will come to you

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Kurangnya Minat Generasi Millenial Indonesia terhadap Bidang Pertanian (Kaitannya dengan SDGs)

5 November 2019   06:33 Diperbarui: 5 November 2019   06:33 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahkan seringkali untuk modal menggarap lahan mereka harus meminjam lahan bahkan meminjam uang kepada rentenir yang bunganya cukup besar. Belum sampai masa panen mereka harus membayar uang tersebut. Hal ini menyebabkan petani lagi-lagi rugi.

Pertanian tradisional memang erat kaitannya dengan lumpur, tanah, dan hal-hal kotor lainnya. Belum lagi harus berurusan dengan hama yang sering mengganggu tanaman dan membuat pertumbuhan menjadi kurang baik. Kerjanya pun di luar ruangan, berpanas-panasan dan pasti berkeringat.

Belum lagi jika kita tidak bisa merawatnya dengan baik, seperti penggunaan pupuk dan peptisida yang asal-asalan, pemilihan bibit yang tidak unggul, pengolahan tanah yang kurang baik, dll. Semua itu dapat membuat tanaman tumbuh dengan tidak optimal. Terkadang juga malah tidak tumbuh sama sekali. Sehingga tidak mendapatkan untung bahkan modal pun tidak dapat kembali. Mereka pun tidak bisa memenuhi kebutuhan sehari-harinya.

Kebanyakan dari generasi sekarang juga lebih memilih bekerja di bidang kesehatan maupun industri. Mereka beranggapan bahwa bidang tersebut lebih menjanjikan untuk kehidupan mereka kedepannya. Di mata mereka juga pekerjaan di bidang tersebut lebih terlihat keren tidak seperti pertanian yang kata kotor dan miskinnya masih melekat hingga sekarang.

Bahkan mahasiswa pertanian pun saat ditanya mengapa mereka memilih untuk menuntut ilmu di bidang pertanian, ada beberapa dari mereka yang menjawab "Nyari aman, yang penting keterima kuliah." dan tidak jarang juga dari mereka yang nantinya bukannya bekerja di sektor pertanian, mereka malah lebih tertarik dengan pekerjaan lain. Contohnya yang sering terjadi adalah sebagai pegawai bank. 

Pertanian Masa Kini

Pertanian modern di masa kini sudah mulai berkembang. Banyak petani modern kreatif yang berinovasi dan menghasilkan hasil yang sangat memuaskan. Bahkan petani tersebut tidak hanya memenuhi kebutuhan sehari-harinya tetapi juga dapat mendirikan perusahaan dan membantu banyak orang juga memberikan lapangan kerja yang dapat menampung begitu banyak pekerja. Ada pun yang bekerjasama dengan petani-petani kecil untuk menaikkan derajat kehidupan mereka.

Kini untuk menjalankannya juga mereka sudah memakai berbagai macam teknologi yang canggih dan dapat membantu pekerjaan menjadi lebih efektif dan efisien. Penggunaan alat ini juga dapat menaikkan keuntungan yang didapat. Walaupun tidak secanggih alat-alat dari negara maju.

Banyak juga metode-metode baru dan sedang dalam proses perkembangan yang dapat membantu para petani dalam mengembangkan usahanya ke arah yang lebih baik, seperti hidroponik ataupun aeroponik. Metode ini bisa dilakukan di lingkungan yang sempit dan perawatannya juga cukup mudah, hanya saja membutuhkan alat-alat yang lebih daripada biasanya. Rekayasa genetik juga sedang dalam tahap pengembangan untuk menghasilkan bibit unggul.

Petani modern kini juga bisa lebih memahami bagaimana cara terbaik merawat tanamannya. Mereka sudah mulai ada yang terbuka dengan teknologi dan saran yang diberikan oleh para ahli yang dapat membantu mereka. Seringkali pemerintah memberikan fasilitas-fasilitas dalam bidang pertanian. Bahkan juga membantu dalam pemberian modal. Jadi seharusnya kita tidak perlu terlalu khawatir lagi untuk memulai pekerjaan di bidang pertanian. Walaupun memang belum optimal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun