Di era digital yang terus berkembang, pinjaman online telah menjadi pilihan populer bagi banyak orang yang memerlukan dana tambahan dengan cepat.Â
Dengan janji kemudahan dan kenyamanan, layanan ini telah meraih perhatian banyak individu. Namun, di balik kemudahan tersebut, ada potensi risiko yang tak boleh diabaikan.Â
Pengalaman mencekam yang dialami seseorang (mari kita sebut dia Adam) mengenai jeratan pinjaman online dan praktik yang tidak etis, memberikan pelajaran berharga bagi kita semua.
Adam awalnya melihat pinjaman online sebagai solusi instan untuk masalah keuangan mendesaknya.Â
Dia terpikat oleh proses yang mudah dan persyaratan yang minim. Namun, seiring berjalannya waktu, harapannya berubah menjadi mimpi buruk.
Ternyata, perusahaan pinjaman online yang Adam pilih memiliki reputasi yang meragukan. Suku bunga yang tinggi dan biaya tersembunyi mulai mengikis kestabilan keuangan Adam.Â
Dia terjebak dalam lingkaran utang yang makin sulit diatasi. Inilah yang disebut sebagai "predatory lending," dimana pemberi pinjaman mengambil keuntungan dari ketidakpastian individu untuk mendapatkan keuntungan yang tidak proporsional.
Namun, cerita Adam tidak berakhir di situ saja. Dia menjadi korban social engineering yang sangat licik.Â
Seseorang dengan sengaja memberikan informasi palsu mengenai rekening virtual yang mirip dengan perusahaan pinjaman online yang digunakan Adam.Â
Dalam keadaan bingung, Adam mengembalikan uang pada orang yang bukan pemberi pinjaman asli.Â