Mohon tunggu...
Sukarja
Sukarja Mohon Tunggu... Desainer - Pemulung Kata

Pemulung kata-kata. Pernah bekerja di Kelompok Kompas Gramedia (1 Nov 2000 - 31 Okt 2014)

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Misi Damai Jokowi dan Negara-Negara yang Menari di Atas Konflik

27 Juni 2022   10:33 Diperbarui: 30 Juni 2022   18:24 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Jokowi terbang ke Jerman (Dok. Sekretariat Presiden/Kompas.com)

Presiden Joko Widodo (Jokowi) memulai kunjungan kerjanya ke beberapa negara, Minggu (26/6/2022). Salah satu tujuan kunjungan Jokowi adalah membawa misi perdamaian di tengah konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina.

Negara konflik yang pertama akan dikunjungi adalah Ukraina. Jokowi ingin menghentikan peperangan dalam rencana pertemuannya dengan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy. 

"Saya akan mengunjungi Ukraina dan akan bertemu dengan Presiden Zelenskyy. Misinya adalah mengajak Presiden Ukraina, Presiden Zelenskyy untuk membuka peluang dialog dalam rangka perdamaian," ucap Jokowi, seperti dikutip Kompas.com (27/6/2022).

Rencananya, setelah bertemu Presiden Zelenskyy, Jokowi akan terbang menuju Rusia untuk bertemu Presiden Vladimir Putin. Jokowi akan mengajak Putin berdialog agar perang segera dihentikan. 

Ada yang unik dari kunjungan ini, Penulis melihat dari urutan negara yang dikunjungi Jokowi. Jokowi mengunjungi Ukraina lebih dulu sebelum ke Rusia. Mengapa? Padahal, kalau dilihat dari sisi kedekatan sejarah, Indonesia lebih dekat dengan Rusia (dahulu Uni Soviet) dibanding Ukraina. Inilah misi perdamaian Jokowi.


Mengawali kunjungan ke Ukraina, tentu risikonya lebih besar dibandingkan ke Rusia. 

Faktanya, Rusia saat ini dianggap sebagai negara yang melakukan agresi ke Ukraina, sehingga serangan-serangan senjata  justru lebih didominasi Rusia. 

Nah, kedudukan Indonesia sebagai negara yang begitu dihormati oleh Rusia, tentu saja akan membuat Rusia segera menarik pasukannya atau menghentikan agresinya ke Ukraina ketika kunjungan Jokowi ke Ukraina. Inilah langkah awal aksi damai yang dilakukan Jokowi.

Begitu juga, saat Jokowi ke Rusia,  Vladimir Putin tidak akan gegabah memerintahkan pasukannya membombardir Ukraina ketika Jokowi sudah keluar dari negara tersebut. Langkah kedua misi perdamaian sudah berjalan.

Ketika bertemu Putin itulah, misi perdamaian yang diharapkan terjadi bisa terlihat titik terangnya, apakah Rusia bersedia atau tidak. 

Dan, langkah ini tidak berhenti seketika, Indonesia masih perlu mempertemukan kedua pemimpin negara konflik tersebut ke meja perundingan. Dan, G20 di Indonesia bisa dikatakan sebagai puncaknya. Syukur-syukur, Putin dan Zelenskyy bisa dipertemukan, berunding, dan menyepakati perdamaian. Semoga!

Foto Ilustrasi Perang Rusia-Ukraina/Kompas.com
Foto Ilustrasi Perang Rusia-Ukraina/Kompas.com

Diakui atau tidak, misi perdamaian Jokowi ke Ukraina dan Rusia adalah salah satu langkah untuk menghentikan krisis energi yang terjadi belakangan ini, yang dampaknya bukan hanya dirasakan negara yang berkonflik, tetapi juga negara-negara lain, termasuk Indonesia.

Bahkan, Jokowi mengatakan ada sekitar 60 negara yang akan ambruk ekonominya akibat terdampak pandemi dan krisis ekonomi saat ini. 

Bagaimana tidak, Rusia adalah pemasok minyak terbesar ketiga di dunia. 

Konflik ini membuat Rusia mendapatkan sanksi sehingga tidak bisa mengekspor minyaknya ke negara-negara lain.

Setidaknya, apabila konflik Rusia-Ukraina bisa segera dihentikan, harga minyak mentah dunia, dipastikan akan kembali  ke harga normal, sehingga ancaman krisis yang menghantui 60 negara tersebut bisa dihindari.

Itulah perang, yang memang tidak ada manfaatnya bagi dunia. 

Semua negara punya kepentingannya masing-masing, termasuk juga Rusia yang melakukan agresi ke Ukraina.

Namun, kekuatan politik dunia bukan dipegang Rusia semata. 

Ada negara-negara lain yang masih menggunakan kekuatan politik dan militernya untuk menekan negara lain. Tentu saja ada kepentingan di dalamnya.

Ilustrasi naiknya Harga Minyak Dunia/Bisnis.com
Ilustrasi naiknya Harga Minyak Dunia/Bisnis.com

Menurut mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar, seperti disampaikan di akun Instagramnya @arcandra.tahar, ada lima faktor yang diharapkan bisa menurunkan harga minyak dunia saat ini, ini tidak dihitung dengan penyelesaian konflik Rusia-Ukraina.

Nah, 2 dari 5 faktor yang disebutkan Acandra itu, terkait dengan sanksi yang diberikan kepada Iran dan Venezuela. 

Setidaknya, menurut Acandra, jika sanksi yang diberlakukan selama ini kepada Iran bisa dicabut, suplai minyak dunia bisa bertambah sekitar 2.5 juta bpd atau sekitar 2.5% kebutuhan dunia.

Begitu juga jika sanksi ekonomi yang selama ini diberlakukan terhadap Venezuela bisa dicabut, terutama yang menyangkut kegiatan eksplorasi dan produksi migas, tentu dampaknya pasokan minyak dunia akan makin bertambah. Lebih-lebih,  cadangan minyak Venezuela merupakan yang terbesar di dunia melebihi Arab Saudi.


Dari hal di atas, penulis mengambil sedikit pendapatnya, bahwa konflik antara Rusia dan Ukraina adalah salah satu konflik yang ikut membuat negara-negara di dunia terancam ambruk ekonominya, mengingat sebagaian negara di dunia ini belum sepenuhnya pulih akibat pandemi Covid-19.  Alih-alih belum pulih sepenuhnya dari pandemi, sudah diserang krisis energi.

Naiknya harga minyak mentah dunia, sudah barang tentu ada negara-negara yang diuntungkan. 

Bahkan, bukan tidak mungkin, negara-negara tersebut akan ikut memperlambat aksi perdamaian antara Rusia-Ukraina. 

Oleh karena itu, selama ini memang ada negara-negara yang menari-nari di atas konflik Rusia-Ukraina agar cuan dari kenaikan harga minyak bisa terus dinikmati, tanpa peduli penderitaan di negara lain.

Alasannya mudah saja.  Sanksi dunia yang tentu saja dipelopori Amerika Serikat terhadap Iran dan Venezuela, hingga saat ini sepertinya belum juga ada kata akhir. 

Artinya, sepanjangan sanksi belum dicabut, beberapa negara produsen minyak  terbesar di dunia, termasuk Amerika Serikat dan Arab Saudi akan terus menikmati pundi-pundi 'petro dollar'-nya yang terus melambung seiring konflik yang terus berkecamuk.

Meskipun begitu, misi perdamaian yang saat ini tengah diupayakan Presiden Jokowi terhadap Rusia dan Ukraina, tetap punya makna yang besar bagi kita sebagai bangsa Indonesia. 

Sebagai bangsa, kita semua punya komitmen yang besar untuk melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Bagaimanapun, Perdamaian Dunia adalah salah satu tujuan negara Indonesia didirikan. Jadi, apa yang dilakukan Jokowi ke Rusia-Ukraina bukan untuk gagah-gagahan. 

Akan tetapi, ada tujuan negara Indonesia yang coba dijalankan Jokowi sebagai Presiden meski hal itu taruhannya nyawa. 

Jadi, bagi negara-negara yang menari-nari di atas konflik selama ini, segera hentikan konflik yang ada, hiduplah di dunia secara damai.

Merdeka!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun