Siapa kiranya di antara kita yang tak ingin masih berusia muda dan sudah hidup kaya raya? Misalnya seperti Raffi Ahmad, yang hari ini (19/06) menghadiahkan istri tercintanya Nagita Slavia dengan mobil Rolls Royce Phantom seharga 20 miliar rupiah.Â
Atau seperti Baim Wong yang suka bagi-bagi rezeki kepada orang tak berpunya?
Semua orang, seperti penulis, dan juga Anda, serta jutaan anak-anak muda lainnya, punya impian bisa seperti dua selebritis di atas. Namun, bukanlah hal yang mudah untuk mendapatkan anugerah seperti apa yang didapatkan Raffi Ahmad dan Baim Wong saat ini.
Oleh karena itu, Â 'Jangan Tua Sebelum Kaya' tidak bisa dipandang sebelah mata jika itu dikaitkan dengan bonus demografi yang dihadapi Indonesia di tahun 2030. Mengapa?
Dengan populasi penduduk Indonesia yang nantinya didominasi oleh  kelompok usia produktif, persoalan serius yang dihadapi pemerintah adalah bagaimana menyediakan lapangan kerja yang cukup, termasuk upaya-upaya bagi terbukanya kesempatan berwirausaha.Â
Sehingga, harapannya, membludaknya populasi usia produktif, Â bisa ikut mempercepat kemajuan bangsa ini ke depannya. Dengan kata lain, apabila Pemerintah belum bisa memberikan kesempatan yang dibutuhkan usia produktif, bukan tidak mungkin bonus demografi yang kita miliki akhirnya jadi permasalahan baru bagi Indonesia.
Apa yang kita hadapi saat ini bukanlah hal yang mudah dan ringan. Serangan pandemi Covid-19 yang meluluhlantahkan roda kehidupan bangsa kita dan juga dunia, kemudian disusul dengan konflik antara Rusia dan Ukraina, dikhawatirkan menimbulkan resesi baru, yang kiranya cukup membuat kita agak khawatir menghadapi bonus demografi ke depannya.
Namun, Tuhan jelas tidak memberikan kesulitan tanpa membuka berbagai kemudahan. Asalkan kita semua mau terus berupaya, ada jalan yang pasti akan memudahkan semuanya.
Artinya, rasa pesimisme kita ke depan sebaiknya dibuang jauh-jauh. Tetap optimis dan terus bekerja keras dan juga kerja cerdas.
Saat ini, kita semua bersama pemerintah, harus bahu membahu mempersiapkan segala sesuatunya agar kelak ketika kita menghadapi membludaknya penduduk usia produktif, lapangan kerja yang dibutuhkan sudah tersedia, sarana dan parsarana pendukung juga sudah ada, sehingga bonus demografi bukan jadi momok bagi bangsa kita. Akan tetapi, justru menjadi berkah tersendiri bagi bangsa kita yang memang besar ini.
Selain sarana dan prasarana fisik, kita juga tak lupa untuk mempersiapkan sarana dan prasana nonfisik, seperti sikap harga menghargai, tata krama ketimuran yang hampir punah harus ditumbuhkembangkan kembali. Dan, yang tidak kalah penting, rasa cinta terhadap bangsa dan negara ini.
Jangan sampai, kelak anak-anak muda kita yang produktif, tapi tidak memiliki kesopanan dan moralitas yang baik, sehingga akan jadi masalah baru.Â
Ya, kita ingin, memiliki anak-anak muda, seperti Raffi atau lainnya yang meskipun hidup kaya raya, tapi masih punya rasa mengasihi antarsesama.Â
Tentu yang kita harapkan, bukanlah anak muda yang kaya raya, namun kesehariannya hanya pamer yang membuat ketimpangan baru, dan ini sangat tidak produktif bagi kemajuan bangsa kita.Â
Itulah jelas tidak kita inginkan. Kalau itu yang terjadi, maka kata-kata 'Jangan Tua sebelum Kaya' bisa jadi sangat mengkhawatirkan kita semua jika semuanya tidak dipersiapkan dengan matang.
Semoga kita semua yang saat ini ada bisa memberikan kontribusi yang berharga agar bonus demografi yang di hadapi Indonesia tahun 2030 jadi berkah yang membuat bangsa ini makin maju dan produktif.
Ayo persiapkan generasi produktif yang cinta akan bangsanya.
Semoga!Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI