Rasanya begitu miris apabila kita melihat atau merasakan ada perlakuan yang berbeda terhadap diri kita. Entah karena kasta sosial yang dianggap yang lebih rendah, agama dan kepercayaan yang tidak sama, atau bahkan tanpa alasan apa pun, orang lain memperlakukan kita begitu rendahnya.
Hal yang sama, tentu saja juga dirasakan teman-teman kita yang kebetulan penyandang disabilitas. Mereka tentu saja tidak ingin direndahkan karena kondisinya, atau justru diistimewakan secara berlebihan karena kondisinya yang berbeda dengan masyarakat di sekitarnya.Â
Teman-teman disabilitas tentu saja ingin disetarakan sebagai sesama manusia yang juga sama-sama memiliki hak dan juga kewajiban.Â
Artinya, antara kita dan teman disabilitas bisa sama-sama melakukan sesuatu, dan tidak ada hambatan untuk melakukannya, lebih-lebih karena keterbatasan yang dimiliki teman-teman disabilitas.Â
Kepekaan inilah yang perlu ditumbuhkan oleh kita bersama agar teman-teman disabilitas tidak merasa dilupakan keberadaannya di masyarakat.
Hal menarik justru dilakukan Presiden Joko Widodo (Jokowi), yang mengangkat Angkie Yudistia sebagai salah satu staf khusus (stafsus). Ini merupakan terobosan bagi kemajuan bangsa, begitu kata Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto.Â
Dengan kata lain, menurut orang kepercayaan Presiden ke-5 RI Megawati Sukarnoputri itu, Â penunjukan Angkie dapat diartikan sebagai orientasi pentingnya merancang gambaran masa depan Indonesia, sekaligus keputusan itu juga sebagai upaya menyiapkan anak muda menggapai mimpi besarnya terhadap pembangunan bangsa.
Apa yang dilakukan Presiden Jokowi di atas, bisa jadi isyarat bahwa sudah saatnya Indonesia ini dibangun bersama-sama oleh semua komponen bangsa.Â
Tak ada lagi perbedaan, semuanya bisa melakukan hal terbaik untuk bangsa dan negara ini, sesuai dengan apa yang dimiliki, termasuk teman disabilitas yang juga memiliki kemampuan yang mungkin tidak dimiliki kita-kita yang bukan disabilitas.Â