Mohon tunggu...
Sukarja
Sukarja Mohon Tunggu... Desainer - Pemulung Kata

Pemulung kata-kata. Pernah bekerja di Kelompok Kompas Gramedia (1 Nov 2000 - 31 Okt 2014)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sebelum Berpikir Mengirimkan Orangtua ke Panti Jompo, Ingat Dulu Masa Kecil Kita!

9 November 2021   13:40 Diperbarui: 9 November 2021   13:47 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nenek Trimah di Pantai Jompo/sumber: Kompas.com/Andi Hartik

Idealnya atau maunya kita sebagai orang yang akan melalui hari tua nantinya, sudah barang tentu, kita ingin tinggal bersama anak-anak dan cucu. 

Melalui hari tua dengan penuh kedamaian, dan tak perlu lagi terpaksa keluar rumah untuk mencari sesuap nasi. Melalui hari-hari dengan memperbanyak ibadah dan mendekatkan diri pada Tuhan. Dan, tentu saja tak melupakan silaturahmi pada tetangga sekitar. 

Itulah keinginan banyak orang di masa tuanya. Mungkin termasuk Anda?

Namun, terkadang apa yang kita inginkan jauh dari kenyataan. 

Kesibukan anak-anak dengan pekerjaan dan keluarganya, acapkali membuat intensitas komunikasi dengan orang tua (kakek-nenek) semakin berkurang, bahkan bukan hanya satu bulan sekali, ketika lebaran pun belum tentu bisa saling bertemu. Lebih-lebih di masa pandemi seperti saat ini.

Hal yang sama juga bisa terjadi pada keluarga yang kebetulan menampung kedua orangtuanya. Sekali lagi, karena kesibukan anak, sampai-sampai perhatian kepada orang tua pun terabaikan. 

Mulailah timbul konflik-konflik kecil akibat adanya kesalahpengertian, yang membuat si anak merasa direpotkan dengan keberadaan orangtuanya di rumah. Dari situ, mulailah timbul pikiran untuk mengirimkan orangrtuanya ke panti jompo.

Pada dasarnya, alasan si anak mengirimkan  orang tuanya ( ibu atau bapak) ke panti jompo karena mereka tak bisa sepenuhnya mengurusi kebutuhan sehari-hari orangtuanya di rumah.

Dengan tinggal di panti jompo, alasan si anak, orang tuanya akan lebih terurus. Selain itu, orangtuanya akan banyak memiliki teman seusianya, dan sehari-harinya pun selalu disuguhi berbagai kegiatan yang bermanfaat, sehingga mereka tidak akan merasa kesepian.

Alasan si anak tidak sepenuhnya dapat disalahkan. Mereka ingin orangtuanya ada yang mengurus kebutuhan sehari-harinya.

Namun, orangtua pun punya pikiran dan kemauannya sendiri, dan si anak harus bisa memahami itu. Ibaratnya, ketika usia sudah lanjut, ada hal-hal lain atau pola pikir seperti yang dimiliki anak-anak. Kemauannya harus dituruti, manja, dan masih banyak lagi.

Ilustrasi foto/sumber: Islampos.com
Ilustrasi foto/sumber: Islampos.com

Kalau sudah demikian, sebagai anak, sebaiknya kita menoleh ke belakang. Kita mengingat kembali ketika usia kita 5-10 tahun. Ketika itu, kita begitu manja. 

Jika minta sesuatu, harus dituruti. Ketika kita sakit, misalnya ibu yang selalu menjaga kita. Apa pun akan mereka lakukan untuk kita. 

Lebih-lebih lagi jika kita mengetahui begitu besarnya pengorbanan ibu saat melahirkan kita, antara hidup dan mati. Kalau kita memahaminya, maka tak ada sesuatu yang kita lakukan bisa membalas apa yang orangtua berikan kepada kita.

Bagaimana menurut Anda? Jangan lalaikan nikmatnya surga, karena pintunya ada pada kedua orangtua kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun