Mohon tunggu...
Sukarja
Sukarja Mohon Tunggu... Desainer - Pemulung Kata

Pemulung kata-kata. Pernah bekerja di Kelompok Kompas Gramedia (1 Nov 2000 - 31 Okt 2014)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Protes Pelanggan Dapat Terjadi Kapan Pun, Yakinkan bahwa Anda Lah yang Terbaik!

9 September 2019   18:28 Diperbarui: 9 September 2019   20:01 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Ilustrasi melayai pelanggan/sumber: rewardsnetwork.com

"Catatan yang kemarin disampaikan Bank Dunia kepada kita, dua bulan yang lalu, ada 33 perusahaan di Tiongkok keluar (direlokasi ke negara lain)," kata Jokowi.

"Dari 33 tadi, sekali lagi, 33 perusahaan di Tiongkok yang keluar, kita ulang, 23 ke Vietnam, 10 ke Kamboja, Thailand, dan Malaysia, tidak ada yang ke Indonesia," lanjut Jokowi.

Petikan bernada kekecewaan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di atas, dibeberkan Jokowi saat membuka rapat terbatas (ratas) yang membahas antisipasi perkembangan perekonomian dunia di Kantor Presiden, Jakarta Pusat,  seperti dikutip di laman Detik.com (7/9/2019). 

Penulis bisa memahami dengan apa yang dirasakan Jokowi. Hal itu tentu saja begitu mengecewakan.

Seperti kita ketahui,  sejak awal masa pemerintahannya, Jokowi dan JK memang membuka lebar-lebar pintu pemerintahannya agar negara lain mau menanamkan modalnya di Indonesia.

Bukan hanya itu, melalui berbagai aturan dan regulasi, Jokowi seakan menggelar lebar-lebar karpet merah kepada negara lain untuk membangun bisnisnya di sini. 

Bahkan, apa yg dilakukannya itu, di mata lawan politiknya dianggap sebagai upaya menggadaikan negara kepada bangsa asing. Namun, tudingan itu tak membuatnya surut.

Apa yang dilakukan Jokowi adalah bagian dari upayanya menyenangkan pelanggan, yaitu kepada negara yang selama ini sudah menanamkan modalnya di Tanah Air. 

Sekaligus, tentu saja, berharap negara lain yang belum tertarik berinvestasi di sini bisa mengikutinya.

Namun, apa kata 33 negara yang terdampak perang dagang antara China dan Amerika itu? Mereka pergi dari China, dan tak satupun memilih Indonesia.

Mengapa? Karena Indonesia dinilai sebagai  negara yang berisiko, complicated dan membutuhkan proses yang panjang urusan investasi. 

Artinya, negara-negara, seperti Vietnam, Thailand, Malaysia, Singapura, dan juga Taiwan, bisa dibilang lebih 'welcome' untuk investor.

Bagi penulis, investor ibarat pelanggan, dan pelanggan atau pembeli itu diibaratkan juga sebagai raja, sehingga apa pun akan kita lakukan agar sang raja merasa dilayani dengan baik dan sepenuh hati.

Oleh karena itu, kekecewaan pelanggan tentu bukanlah sesuatu yang baik bagi kita. 

Kekecewaan itu bisa membuat mereka tak tagi mau membeli apa yang kita jual. 

Mereka bisa memilih pedagang lain yang lebih ramah dan lebih 'welcome'.

Kalau itu yang terjadi, akan lebih sulit lagi bagi kita  untuk menariknya kembali. 

Bahkan, dampaknya akan ikut mempengaruhi citra kita di mata pelanggan lain, bahkan termasuk yang belum menjadi pelanggan.

Dirayakannya Hari Pelanggan Nasional (Harpelnas)  tanggal 4 September setiap tahunnya, merupakan cara bagi perusahaan atau kita sendiri untuk selalu mengingat pentingnya memberikan kepuasan bagi pelanggan.

Mengapa? Karena kepuasan pelanggan, hakikatnya sangat seiring sejalan dengan keberlanjutan bisnis dan usaha yang kita geluti.

Jika pelanggan sudah tidak puas dengan layanan yang kita berikan, bahkan sampai membuatnya merasa kecewa, bisa jadi semua itu merupakan tanda-tanda akan matinya bisnis dan usaha kita.

Hal yang menjadi wajib dan patut dilakukan bagi setiap perusahaan adalah selalu memberikan kepuasan bagi pelanggan. 

Jangan sekali-kali melayani pelanggan pada standar yang biasa-biasa saja.

Kepuasan pelanggan harus selalu menjadi nomor satu. 

Dalam hal ini,  penulis mengapresiasi beberapa perusahaan yang mengedepankan layanan kepada pelanggan. 

Misalnya, apa yang dilakukan beberapa bank kepada nasabah prioritasnya, seperti memberikan tempat meeting, hal istimewa yang dikirimkan bank saat si nasabah berulang tahun, dan masih banyak lainnya cara menyenangkan pelanggan.

Apabila di suatu masa, ada pelanggan yang merasa dirugikan, hadapilah pelanggan itu ibarat Anda menghadapi seorang raja. 

Jangan sampai kekecewaan pelanggan justru membuat Anda ikut terpancing emosi. 

Yakinkan kepada pelanggan bahwa Anda tetap yang terbaik, dan yakinkan juga bahwa perusahaan Anda masih bisa terus diandalkan.

Bayarlah kekecewaan pelanggan dengan harga yang pantas,kalau bisa lebihkan. 

Karena, bagaimana pun, pelanggan adalah kunci yang membuat bisnis dan usaha Anda akan tetap hidup dan terus berjalan.

Foto Ilustrasi melayai pelanggan/sumber: rewardsnetwork.com
Foto Ilustrasi melayai pelanggan/sumber: rewardsnetwork.com

Dalam tulisan ini, penulis mengaitkan kekecewaan Presiden Jokowi pada hilangnya peluang Indonesia untuk menjadi tempat  investasi baru bagi 33 perusahaan yang hengkang dari China. 

Itulah protes yang bisa pelanggan (perusahaan),karena dianggapnya negara kita belum bisa sepenuhnya memuaskan.

Seandainya Indonesia benar-benar memberikan pelayanan yang memuaskan bagi investor, tentu saja dari 33 perusahan itu, bisa jadi ada beberapa yang merelokasikan bisnisnya di negeri kita.

Sebagai contoh, matinya listrik di Pulau Jawa selama lebih dari 12 jam beberapa waktu lalu, bagi perusahaan bukanlah sesuatu yang sepele, karena kerugiannya bagi perusahan nilainya sangatlah besar. 

Hal lain dalam hal izin usaha, dimana Indonesia bisa dibilang masih terlalu panjang prosedurnya, dibandingkan negara-negara lain, khususnya tetangga kita sendiri. 

Penulis meyakini, paradigma 'kalau bisa dipersulit, buat apa dipermudah' sepertinya masih menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam birokrasi di negeri ini. Itulah budaya yang harus segera ditinggalkan jauh-jauh, karena prinsipnya birokrasi adalah melayani.

Tak ada satu pun dari 33 perusahaan itu merelokasikan bisnisnya di Indonesia, sebagai tanda-tanda dan pelajaran bagi negara kita untuk kembali berbenah dalam memberikan pelayanan yang terbaik dan memuaskan bagi negara-negara lain.

Ingatlah selalu, kehilangan pelanggan adalah tanda, bahwa bisnis dan usaha Anda tinggal menunggu waktu saja untuk berhenti. Anda tak mau itu terjadi, bukan?

Salam dan terima kasih!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun