Mohon tunggu...
Sukarja
Sukarja Mohon Tunggu... Desainer - Pemulung Kata

Pemulung kata-kata. Pernah bekerja di Kelompok Kompas Gramedia (1 Nov 2000 - 31 Okt 2014)

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Tak Paham Istilah Unicorn, Benarkah Prabowo Kecewakan Swing Voters Millenials?

23 Februari 2019   23:17 Diperbarui: 26 Februari 2019   14:05 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prabowo dan Unicorn/ Diolah dari TribunNews.com dan Grid.id

Entah bagaimana penulis harus mengatakannya, jika kenyataannya calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto, memang benar-benar tidak memahami istilah 'Unicorn' seperti yang ditanyakan calon presiden nomor urut 01 Joko Widodo (Jokowi) dalam debat kedua Pilpres 2019 yang berlangsung 17 Februari lalu. 

Lantas, bagaimana penulis bisa mengambil kesimpulan bahwa Prabowo tidak memahami hal di atas? Begini analisanya!

Saat itu, Jokowi bertanya kepada capres Prabowo Subianto soal cara mendukung perkembangan startup unicorn di Indonesia. Untuk memastikannya, Prabowo pun menanyakan kepada Jokowi  maksud unicorn yang disampaikan Jokowi.

"Infrastruktur apa yang akan Bapak bangun untuk mendukung perkembangan unicorn Indonesia?" kata Jokowi.

"Yang Bapak maksud unicorn? Maksudnya yang online-online itu, iya, kan?" kata Prabowo bertanya balik.

Untuk lebih jelasnya, mari melihat tayangannya di bawah ini:


Dari tayangan di atas, mungkin saja jika ditanya lebih lanjut kepada Prabowo, apakah Unicorn itu, maka penulis merasa yakin Prabowo akan sulit menggambarkannya lebih mendalam.

Debat kedua ini boleh saja dianggap sudah selesai. Namun, debat ini justru menyisakan perdebatan baru mengenai keseriusan pasangan Prabowo-Sandi dalam mengembangkan industri 4.0 yang sudah menjadi bagian dari kehidupan rakyat Indonesia,  lebih khusus lagi kaum milenial. 

Apa sih industri 4.0?

Seperti sudah kita ketahui, bahwa arus globalisasi sudah tidak bisa lagi kita bendung untuk masuk ke Indonesia. Selain itu, perkembangan teknologi yang semakin canggih, dunia pun kini memasuki era revolusi industri 4.0, yakni industri yang menekankan pada pola digital economy, artificial intelligence, big data, robotic, dan lain sebagainya. Inilah yang akhirnya melahirkan startup-startup, sehingga kita pun mengenal istilah unicorn.

Infografis Roadmap Implementasi Industri 4.0/sumber: Kominfo.go.id
Infografis Roadmap Implementasi Industri 4.0/sumber: Kominfo.go.id
Apa juga istilah Unicorn?

Tak bisa dipungkiri, istilah unicorn memang masih asing bagi sebagian orang, bahkan orang itu termasuk Prabowo Subianto sendiri. Lantas, jika istilah unicorn saja belum bisa dipahami, bagaimana calon pemimpin ini bisa menggerakan rakyatnya  menghadapi revolusi industri 4.0. Entahlah?

Sekadar untuk diketahui, Unicorn adalah sebutan atau istilah bagi startup dengan nilai valuasi di atas USD 1 miliar. Istilah unicorn ini pertama kali diperkenalkan oleh Cofounder of Cowboy Ventures, Aileen Lee di tahun 2013.

Pemilihan nama unicorn sendiri mengacu pada hewan mistik yang dianggap merepresentasikan langkanya sebuah startup yang mampu berkembang hingga senilai USD 1 miliar. Jika dikonversi ke Rupiah, nilainya kira-kira sekitar Rp1,5 triliun.


Selain unicorn, tentu saja ada istilah lainnya, yaitu  decacorn yang merujuk pada startup dengan nilai valuasi lebih dari USD10 miliar. Selain itu,  ada hectocorn, sebutan untuk perusahaan startup dengan nilai valuasi lebih dari USD 100 miliar.

Meskipun nilainya lebih kecil dari decacorn dan hectocorn, keberadaan unicorn di Indonesia, bisa dikatakan begitu penting dan besar manfaatnya.

Faktanya, 4 unicorn yang ada di Indonesia, yaitu Go-Jek, Tokopedia, Traveloka, dan juga Bukalapak telah menciptakan kesempatan kerja dan juga membantu usaha kecil dan menengah (UMKM).

Go-Jek misalnya telah membuka lapangan pekerjaan driver. Saat ini saja, jumlah driver Go-Jek sudah mencapai 1 juta orang. Begitu pula Tokopedia dan Bukalapak yang merupakan marketplace yang melahirkan para pebisnis online baru. Selain itu, Traveloka juga ikut mengembangkan bisnis pariwisata di tanah air.

Di awal tahun 2019, Go-Jek terhitung sudah mengumpulkan USD920 juta atau setara dengan Rp13,6 triliun untuk kurs saat itu. Dana tersebut berhasil dikumpulkan dari tiga pemodal asing, yakni Google, JD.com dan Tencent. Bisa jadi, Gojeklahyang petam menyandang gelar Decacorn.

Empat unicorn yang kita miliki ini memang memiliki daya tarik dari sisi bisnis untuk jangka panjang. Hal inilah yang membuat masuknya investor luar negeri yang menyuntikkan dana segar hingga triliunan rupiah

Tokopedia, misalnya, mendapatkan suntikan 1,1 miliar dollar AS atau setara Rp 16 triliun pada Desember 2018. Dana itu berasal dari SoftBank Vision Fund dan Alibaba Group.

Begitu pula, Go-Jek yang belum lama ini mendapat pendanaan seri F dari Google, JD, Tencent, Mitsubishi Corporation, dan Provident Capital. Berdasarkan laporan yang dipublikasikan TechCrunch, nilai investasi yang diterima Go-Jek pada seri F ini mencapai 920 juta dollar AS (sekitar Rp 13 triliun).

Sementara itu, sebagaimana dilansir dari Crunchbase, Traveloka tercatat mengumpulkan 500 juta dollar AS dari empat kali putaran pendanaan sejak 12 November 2012. Putaran pendanaan terakhir yang dilakukan oleh Traveloka ialah pada 27 Juli 2017 dengan investor Expedia sebesar 350 juta dollar AS.

Jadi, jika ada kekhawatiran dari Prabowo Subianto bahwa kehadiran unicorn-unicorn ini justru akan melarikan dana keluar, kekhawatiran tersebut tidaklah mendasar sama sekali.

Kekhawatiran ini hanya menjadi bukti bahwa Prabowo,  tidak hanya gamang memahami industri 4.0, tetapi juga tidak menganggap penting industri tersebut, yang memang mau tak mau akan kita hadapi sebagai sebuah keniscayaan, sehingga tak lagi ada alasan untuk tidak mau memahami kemajuan.

Berbeda dengan Jokowi, yang sejak terpilih di Pilpres 2014 lalu, Jokowi tidak hanya membangun jalan-jalan tol, jalan-jalan desa, bandara, dan lain sebagainya, Jokowi-JK juga membangun infrastruktur penunjang industri 4.0, yaitu dengan membangun Palapa Ring, yang merupakan proyek infrastruktur telekomunikasi berupa pembangunan serat optik di seluruh Indonesia sepanjang 36.000 kilometer.

Dengan demikian, seluruh ibukota kabupaten dan kotamadya di Indonesia ini  akan terkoneksi dengan infrastruktur broadband atau internet berkecepatan tinggi melalui konsep Palapa Ring.

Kehadiran infrastruktur telekomunikasi ini diharapkan memberikan peluang bisnis baru bagi industri Usaha Kecil Menengah (UKM) di pelosok daerah, meningkatkan pendidikan melalui fasilitas internet, serta  dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat lewat kegiatan ekonomi digital.

Akhirnya, dari debat capres yang diadakan KPU inilah, benar-benar telah membuktikan, mana yang hanya bisa beretorika, dan mana yang telah berupaya.

Salam dan Terima Kasih.

Sumber:

1. Kompas.com (18/02/2019): "4 Fakta Unicorn, Ciptakan Lapangan Kerja hingga Bantu UMKM"

2. Kompas.com com (17/10/2016): "Menkominfo: Palapa Ring Akan Hubungkan Kabupaten/Kota dengan Internet Kecepatan Tinggi"

3. Tek.id (18/02/2019): "Apa sebenarnya Unicorn yang dimaksud pak Jokowi"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun