Di saat musim kampanye Pilpres pun, masih kita jumpai kebohongan-kebohongan, semisal kasus kebohongan Ratna Sarumpaet,isu 25 juta pemilih ganda, tuduhan Jokowi mengkriminalisasi ulama, tempe setipis ATM, Prabowo sebut utang Indonesia 9000T, dan masih banyak lainnya.
Di samping itu, Â mereka juga terus mengkapitalisasi isu-isu lainnya, yang berkaitan dengan politik identitas. Cara ini begitu efektif, dan mampu menyedot peminat yang cukup banyak, seperti yang terjadi di Monas 2 Desember 2018 lalu. Prabowo-Sandi juga mengaitkan antara kasus penistaan agama yang dilakukan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang memicu Aksi 212 dengan posisi Jokowi yang dianggapnya pendukung Ahok.Â
Inilah strategi politik yang dianggap cukup efektif bagi Prabowo-Sandi untuk mengalahkan Jokowi-Ma'ruf. Strategi yang mengkombinasikan antara kebohongan-kebohongan dan sentimen keagamaan, serta sesekali memberikan pernyataan kontroversial di tengah masyarakat, baik yang menyinggung Pemerintahan maupun yang cenderung  "menghina" rakyat.Â
Apa yang dilakukan Paul Joseph Goebbels bersama Hitler, ternyata masih efektif dilakukan saat ini. Tentu saja dengan sedikit kombinasi yang sesuai dengan kondisi masyarakat.
Semoga rakyat bisa begitu cerdas dalam memilih dan memilah, mana yang baik dan mana yang benar, serta tidak lantas menelannya mentah-mentah segala informasi yang datang.
sumber:
KOMPAS.com (03/04/2018) "Prabowo Dinilai Sedang Jalankan Strategi Politik Ala Donald Trump"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H