Alasannya, Prabowo sudah memiliki modal politik yang cukup besar bila dibandingkan sang petahana Jokowi.
Untuk diketahui, sebelum di Pilpres 2019 ini, mantan Danjen Kopassus ini sudah mengikuti kontestasi Pilpres sejak 2009 dan 2014, bahkan dirinya juga sempat mengikuti konvensi Partai Golkar di era Ketua Umum Golkar Akbar Tandjung tahun 2004, meskipun akhirnya dirinya tak terpilih sebagai capres dari Golkar.
Bukan hanya itu, bagi pemilih lama, kondisi ekonomi saat ini dianggapnya kurang baik, bisa mengantarkan mereka semua pada romantika masa-masa Orde baru. Dan, kebetulan sekali, Partai Berkarya yang dianggap sebagai partai yang dibangun 'Trah Cendana' di Pilpres 2019 ini mendukung Prabowo-Sandi.
Sekadar kembali untuk mengingatkan, di Pilpres 2014 lalu, kita semua dikejutkan dengan munculnya Tabloid Obor Rakyat, yang isinya kebohongan-kebohongan atau hoax yang menyerang Jokowi secara pribadi. Meskipun tabloid itu tak diakui berafiliasi dengan pasangan Prabowo-Hatta yang saat itu menjadi rival politik Jokowi-JK, kenyataannya ada pengakuan bahwa ada keterkaitan tabloid itu dengan kubu Prabowo.
Presiden Joko Widodo sendiri menyesalkan, karena masih banyaknya masyarakat yang percaya isu atau hoaks di media sosial mengenai dirinya kader PKI.Â
Seakan hoax ini tidak membuat orang yang menerimanya untuk berpikir.Â
Jokowi sampai menegaskan, bahwa  PKI sudah dibubarkan pada tahun 1965, sedangkan dirinya lahir pada tahun 1961.
Beranjak dari suksesnya kebohongan soal kader PKI inilah, yang sepertinya terus digunakan Prabowo-Sandi, karena hasilnya sangat efektif untuk menggerus elektabilitas pesaingnya itu.Â
Dengan demikian, sangat beralasan jika kita sering mendengar kritik atau ungkapan yang ditujukan kubu Prabowo-Sandi kepada Jokowi sebagai inkumben, tanpa disertai dengan data yang valid dan kredibel. Selama ini, kritik yang ditujukan adalah kritik yang asal bunyi alias asbun.