Mohon tunggu...
Sukarja
Sukarja Mohon Tunggu... Desainer - Pemulung Kata

Pemulung kata-kata. Pernah bekerja di Kelompok Kompas Gramedia (1 Nov 2000 - 31 Okt 2014)

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Prabowo Subianto, Di Antara "Bowo Lali" dan "Tampang Boyolali"

7 November 2018   08:56 Diperbarui: 7 November 2018   14:23 525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Demo Prabowo/Diolah dari Jawapos.com,pojoksatu.id,dan bisnis.com

Apa yang diucapkan Prabowo mengenai kesejahteraan memang terkadang tanpa disaring terlebih dahulu, sehingga akhirnya bisa keluar dari konteks yang sesungguhnya bermakna baik.

Dalam konteks Boyolali, sebagai calon presiden yang ingin meraih dukungan, tentu saja  Prabowo ingin berbicara bagaimana meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Boyolali. 

Untuk diketahui, Boyolali dari dahulu hingga kini, masih dikenal sebagai daerah penghasil susu terbesar nomor satu di Jawa Tengah. Meskipun penghasil susu terbesar, harga susu dari Boyolali masih lebih rendah dari Jawa Timur dan Jawa Barat, sehingga kesejahteraan masyarakat pun masih jauh dari harapan.

Nah, mungkin karena Prabowo lupa (Bowo lali) dengan Revolusi Putih dan Program Emas (emak-emak dan anak minum susu) yang dicetuskannya sendiri, membuat dirinya kehilangan konteks dalam pidatonya, sehingga mengeluarkan kata-kata yang justru tidak produktif untuk didengar, bahkan cenderung menjadi blunder. 

Tokoh-Tokoh Boyolali/Tirto.id
Tokoh-Tokoh Boyolali/Tirto.id
Pak Prabowo mungkin juga lupa (lali), bahwa banyak tokoh di Indonesia ini berasal dari Boyolali. Misalnya, Mantan Panglima TNI Widodo AS, KSAD TNI Jenderal Mulyono. Bahkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun dilahirkan dari seorang ibu yang berasal dari Boyolali.

Niat awalnya untuk menarik simpati di kandang Banteng, yang didapat justru antipati! Pak Prabowo, jangan lagi lali?

sumber: Kompas. com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun