Sekolah SMA Negeri 22 terkenal sebagai sekolah yang memiliki sejarah panjang. Terletak di ujung kota, jauh dari keramaian, sekolah ini sudah ada sejak puluhan tahun yang lalu. Gedung-gedungnya sudah tua, dan beberapa ruangan memiliki dinding yang mulai retak. Namun, ada satu ruangan yang selalu membuat orang merasa aneh setiap kali memasuki kelas itu. Kelas 12-B, kelas yang diidentikkan dengan kisah-kisah seram. Â
Di kelas itu, ada satu bangku yang tidak pernah ditempati. Bangku itu terletak di bagian paling belakang, dekat dengan jendela yang sudah kusam dan retak. Meskipun bangku itu tidak berbeda dengan yang lain, ada sesuatu yang membuatnya tampak berbeda. Sebagian besar siswa enggan duduk di sana, karena ada cerita tentang "penghuni bangku terakhir." Cerita yang beredar menyebutkan bahwa siapa pun yang duduk di bangku itu akan melihat hal-hal aneh, bahkan bisa hilang begitu saja.
Tessa, seorang siswi baru yang baru saja pindah ke sekolah itu, mendengar cerita tersebut saat sedang berbicara dengan Belva, teman sebangkunya. Tessa tidak percaya dengan cerita hantu yang biasa beredar di sekolah-sekolah. Baginya, itu hanya cerita yang dibuat-buat oleh teman-temannya yang suka menakut-nakuti. Â
"Haha, masa sih? Itu kan cuma cerita aja. Mungkin mereka cuma pengen bikin seram," kata Tessa sambil tertawa. Â
Belva tidak terlihat begitu yakin, matanya melirik ke arah bangku terakhir yang sepi itu. "Mungkin... Tapi, banyak yang bilang kalau bangku itu ada yang 'menunggu'. Aku nggak pernah berani duduk di sana." Â
Tessa mengangguk, meskipun dia tetap tidak percaya. Rasa penasaran mulai muncul dalam benaknya. Suatu sore, setelah pelajaran selesai, dia memutuskan untuk kembali ke kelas sendirian. Saat itu, langit sudah mulai gelap dan seluruh sekolah sudah sepi. Â
**Sore yang Menyeramkan**
Kelas 12-B tampak sunyi saat Tessa membuka pintu. Ruangan itu terasa lebih dingin dari biasanya, dan udara yang masuk dari jendela yang sedikit terbuka membuatnya merinding. Langkah kakinya bergema pelan di ruang yang kosong.
Bangku terakhir itu terletak di pojok ruangan, dekat jendela yang sudah retak. Tessa melangkah mendekat, rasa penasaran mulai menguasai dirinya. "Ah, nggak ada apa-apa," gumamnya, mencoba menenangkan diri.
Dia duduk di bangku itu. Seketika, udara di sekitarnya menjadi lebih dingin, lebih pekat. Suara langkah kakinya yang semula biasa kini terasa aneh, seolah ruangannya semakin sunyi. Tiba-tiba, Tessa merasa sesuatu menyentuh kakinya, seakan ada tangan yang menggenggamnya.Â
Dia terkejut dan berdiri, namun tubuhnya terasa berat. Kakinya seperti tertanam di lantai. Sebuah suara pelan namun jelas terdengar di telinganya.Â
"Kamu... berani duduk di sini?"
Tessa menoleh. Di ujung ruangan, seorang gadis dengan rambut panjang dan wajah pucat berdiri. Matanya kosong, tubuhnya memudar, seperti bayangan yang hampir tak tampak.
"Si-Siapa kamu?" Tessa berusaha bertanya, namun suaranya terdengar parau dan hampir tak terdengar.
Gadis itu tersenyum, senyumnya kosong dan menyeramkan. "Aku penghuni bangku terakhir. Dulu, aku duduk di sini... Tapi sekarang aku tak bisa pergi. Siapa pun yang duduk di sini akan tetap berada di kelas ini selamanya."
Jantung Tessa berdegup kencang. "Tapi aku hanya duduk sebentar! Aku nggak tahu apa yang terjadi!"Â
Gadis itu mulai mendekat tanpa suara. "Itu karena kamu tak percaya. Jika kamu percaya, kamu akan mengerti," bisiknya, suaranya menggema di kepala Tessa.
Lampu di kelas tiba-tiba padam, menyisakan kegelapan yang pekat. Tessa merasa sesuatu mengelilinginya, namun tak bisa melihat apapun. Ia mencoba bergerak, tapi tubuhnya terperangkap. Suara tawa kecil terdengar di telinganya, semakin dekat.
"Kamu tak akan bisa keluar lagi," bisik suara itu. "Sekarang, kamu menjadi bagian dari kelas ini."
**TAMAT **
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI