Mohon tunggu...
Syakirah Pelangi
Syakirah Pelangi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Halo. Saya Syakirah Pelangi, Mahasiswa dari Jurusan Psikologi Universitas Jambi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sering Marah Marah? Kenali Gejala Gangguan Ledakan Amarah

2 Desember 2023   18:46 Diperbarui: 2 Desember 2023   19:09 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Intermittent Explosive Disorder (IED) adalah gangguan kepribadian yang dialami saat seseorang mengalami kegagalan dalam mengontrol rasa marahnya dan memiliki dorongan untuk bertindak secara kasar. Intermittent Explosive Disorder atau Gangguan Ledakan Amarah memiliki berbagai bentuk gejala yang berhubungan dengan agresi verbal maupun agresi fisik.

Di dalam buku DSM V,  kriteria diagnostik seseorang dapat dikatakan mengalami IED adalah apabila terjadi agresi verbal dengan frekuensi 2 kali seminggu selama 3 bulan terakhir atau melakukan 3 insiden agresi fisik destruktif dalam rentang waktu 12 bulan terakhir. 

Dilansir dari Cleveland Clinic, para peneliti memperkirakan sekitar 1,4% hingga 7% orang mengalami gangguan ledakan amarah. Tanda utama gangguan ledakan amarah adalah pola ledakan kemarahan yang tidak sebanding dengan situasi atau peristiwa yang menyebabkannya. Orang-orang dengan gangguan tersebut biasanya menyadari bahwa ledakan kemarahan mereka tidak pantas tetapi mereka merasa tidak dapat mengendalikan tindakannya selama episode tersebut. 

Apa yang menyebabkan Gangguan Ledakan Amarah (IED)?

Gangguan ledakan amarah dapat dimulai sejak masa kanak-kanak setelah usia 6 tahun atau selama masa remaja. Gangguan ini lebih sering terjadi pada orang dewasa muda dibandingkan orang dewasa yang lebih tua. 

Penyebab gangguan ini belum diketahui secara pasti, namun beberapa faktor yang memungkin adalah : 

  1. Faktor genetik: Penelitian menunjukkan bahwa 44% hingga 72% kemungkinan mengembangkan perilaku impulsif agresif disebabkan oleh faktor genetik.
  2. Faktor biologis : Penelitian menunjukkan bahwa struktur dan fungsi otak berubah pada penderita IED. Misalnya, penelitian pencitraan resonansi magnetik otak (MRI) menunjukkan bahwa hal itu memengaruhi amigdala, yaitu bagian otak yang terlibat dalam fungsi emosional. Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa tingkat serotonin (neurotransmitter dan hormon) pada penderita IED lebih rendah dari batas normal.  
  3. Faktor lingkungan : Mengalami satu atau lebih peristiwa traumatis di masa kanak-kanak juga berperan dalam IED, seperti mengalami pelecehan verbal dan fisik di masa kanak-kanak dan/atau menyaksikan pelecehan di masa kanak-kanak dapat berperan dalam perkembangan IED. 

Apa saja gejala yang ditunjukkan penderita Gangguan Ledakan Amarah (IED)?

Ledakan amarah penderita gangguan ini dapat terjadi dimana saja dan kapan saja, kebanyakan dari penyebab ledakan amarah itu biasanya tidak sesuai dengan amarah yang ditunjukkan saat menghadapi situasi tersebut. Ledakan amarah ini sering timbul dalam situasi yang membuat penderita merasa frustasi dan berpikir tidak mampu untuk mengendalikan ledakan kemarahan yang dialaminya secara tiba tiba. Karena hal itu penderita sering terlibat dalam berbagai bentuk agresi seperti pertengkaran, amukan dan perkelahian. Terkadang penderita gangguan ini dapat melakukan agresi fisik destruktif yang lebih parah seperti menyakiti orang lain, hewan atau merusak benda benda yang ada disekitarnya. Saat mengalami ledakan amarah, penderita akan merasakan ketegangan tingkat tinggi yang menyebabkan jantung berdebar, tremor, atau merasa sesak di dada. Biasanya, ledakan amarah ini berlangsung kurang dari kurun waktu 30 menit. 

Bagaimana dampak dari Gangguan Ledakan Amarah (IED)?

Gangguan ledakan amarah dapat menimbulkan konsekuensi buruk bagi penderita gangguan tersebut, berikut ini adalah contoh kemungkinan dampak dari gangguan ledakan amarah :

  • Mengganggu hubungan interpersonal
  • Dapat melakukan pelecehan dalam rumah tangga atau anak
  • Mengalami masalah hukum
  • Mengalami penahanan secara hukum
  • Kecanduan narkoba atau alkohol
  • Memiliki masalah di tempat kerja, rumah, ataupun sekolah
  • Memiliki harga diri rendah dan membenci diri sendiri
  • Menyakiti diri sendiri
  • Memiliki pikiran dan perilaku untuk menyakiti diri sendiri ataupun bunuh diri

Lalu, apa pengobatan untuk Gangguan Ledakan Amarah (IED)?

Perawatan untuk gangguan ledakan amarah biasanya melibatkan psikoterapi (terapi bicara) yang berfokus pada perubahan pikiran terkait kemarahan dan agresi. Perawatan IED mungkin juga termasuk pengobatan, tergantung pada usia dan gejala yang dialami.

Tujuan pengobatan IED adalah remisi, yang berarti gejala penderita hilang atau mengalami pengurangan hingga hanya satu atau dua gejala dengan intensitas ringan yang bertahan. Bagi penderita yang tidak mencapai remisi, tujuan yang masuk akal adalah menstabilkan keselamatan orang tersebut dan orang lain, serta peningkatan substansial dalam jumlah, intensitas dan frekuensi ledakan kemarahan. 

  • Cognitive Behavioral Therapy
    Psikoterapi (terapi bicara) biasanya menjadi pengobatan utama untuk gangguan ledakan amarah, khususnya terapi perilaku kognitif (CBT). CBT adalah jenis terapi terstruktur dan berorientasi pada tujuan. Seorang terapis atau psikolog membantu pasien mencermati pikiran dan emosinya. Pasien akan memahami bagaimana pikiran dapat mempengaruhi tindakannya. Melalui CBT, pasien dapat melupakan pikiran dan perilaku negatif serta belajar menerapkan pola pikir dan kebiasaan yang lebih sehat. CBT mengajarkan orang-orang dengan IED bagaimana mengelola situasi negatif dalam kehidupan sehari-hari dan dengan demikian dapat mencegah dorongan agresif yang dapat memicu ledakan ledakan. 
  • Obat obatan
    Obat-obatan tertentu dapat meningkatkan ambang batas (level) di mana suatu situasi memicu ledakan kemarahan bagi orang-orang dengan gangguan ledakan amarah. Fluoxetine adalah obat yang paling banyak dipelajari untuk mengobati gangguan ledakan amarah. Obat lain yang telah diteliti untuk gangguan ini termasuk fenitoin, lithium, oxcarbazepine, dan carbamazepine. 

 

 ______________________________________________________________________________

Referensi : 

  • Gangguan Peledak Intermitten: Gejala & Pengobatan. (n.d.). Retrieved November 28, 2023 
  • Gangguan Peledak Intermitten (IED) pada Anak-anak dan Remaja: Panduan Singkat. (n.d.). Retrieved November 28, 2023
  • Tanda, Gejala & Akibat IED | Kesehatan Perilaku Lembah. (n.d.). Retrieved November 28, 2023

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun