Pola orang tua yang terbiasa memilihkan sesuatu kepada anak jelas akan berdampak. Mulai dari makanan, pakaian, memilih sekolah, dan masih banyak hal kecil lainnya, tanpa sadar itu akan terus berlanjut hingga anak berlanjut dewasa seperti saat akan memilih jurusan. Tentunya itu akan berdampak kepada anak tersebut karena terbiasa dengan pilihan orang tua sehingga tidak bisa memilih atau menentukan yang terbaik untuk dirinya sendiri. Tanpa sadar orang tua juga lupa bahwa akan ada saatnya anaknya dewasa mulai mulai berkeluarga sendiri dan akibatnya dia kehilangan kepercayaan diri untuk memilih atau hilangnya daya pilih pada anaknya.
Pasti kalian tidak asing dengan kata-kata “hidup adalah pilihan”. Apasih maksudnya? Kenapa harus ada pilihan?
Pengambilan keputusan sebagai pilihan sangat penting diasah dan diterapkan sejak dini agar tidak terjadi generasi followers yang mudah diatur oleh orang yang memiliki kapasitas dan kompetensi.
Pengambilan keputusan adalah upaya seseorang mengambil pilihan yang dianggap tepat, efektif dan efisien. Saat mengambil keputusan, ada beberapa pertimbangan sasaran diantaranya adalah memecahkan masalah atau juga disebut sebagai kemampuan untuk memilih pilihan terbaik demi mendapatkan hasil yang terbaik pula.
Mungkin saat masih kecil terkadang masih menemukan kewajaran jika orang tua memilihkan, tetapi jika anak beranjak dewasa akan sangat fatal jika dipilihkan dan tidak sesuai dengan anak tersebut. Seperti contoh ketika memasuki perkuliahan orang ota memilikan jurusan demi kebaikan anaknya tetapi malah berdampak negatif jika anak tersebut menjadi terpaksa menjalaninya dan jurusan tersebut tidak sesuai dengan minat dan bakatnya. Begitu pun kedepannya saat sudah berada di dunia kerja menyebabkan kurangnya keberanian mengambil keputusan. Jadi lebih baik mengajarkan ke anak untuk menetukan pilihan sendiri sedini mungkin, dan tentu saja dalam pembimbingan orang tua.
Maka dari itu penting bagi orang tua untuk mengajarkan atau memberi anak pilihan sedini mungkin. Karena akan sangat membantu dai ketika tumbuh dewasa.
Dampak positif membiasakan anak untuk menentukan pilihan dari dini
1. Dia dapat belajar tanggung jawab atas keputusan yang telah dia pilih
Membiasakan anak membuat keputusan sendiri membuat dia jadi belajar menjadi pribadi yang bertanggung jawab atas keputusannya sejak kecil hal ini sangat berguna hingga besar saat dinunia kerja.
2. Dapat mengembangkan cara berpikir anak
Jika sudah membiasakan anak membuat keputusan sedari kecil maka secara alamiah day dan cara berfikir mereka akan semakin berkembang, karena sedari kecil da sudah dibiasakan menggunakan logikanya untuk membuat keputusan yang menurut dia tepat
3. Bisa membuat anak memahami resiko sejak dini
Anak akan belajar tentang sebuah makna resiko sejak kecil. Membuat dia sadar semua yang dia putuskan semua ada resikonya, baik dan buruknya keputusan yang ia putuskan dari sebuah keputusannya merupakan resiko dari keputusannya. Hal ini membuat dia akan lebih berhati-hati dalam membuat keputusan, ini jua sangat berpengaruh hingga dewasa nanti menjadikan kepribadian yang lebih hati-hati dan tidak asal sembarangan dalam memutuskan sesuatu.
4. Membuat tidak takut untuk melangkah
Anak yang dibiasakan oleh orang tuanya untuk menentukan pilihan sejak kecil biasanya menjadi sosok pribadi yang lebih berani untuk mengambil keputusan atau langkah. Karea dia tebiasa dengan resiko yang dia putuskan membuat membuatnya tidak takut untuk melangkah.
5. Membuat anak menjadi pribadi yang bijak
Sebagian besar orangtua mungkin takut membiarkan anak membuat keputusan sendiri karena ragu, namun percayalah bahwa membiasakan anak membuat keputusan sendiri mempunyai dampak yang bagus sepertianak jua akan menjadi pribadi yang lebih bijaksana.
Dalam mengajarkan anak membuat pilihan tentu saja harus ada bimbingan orang tua agar tidak sembarangan atau semaunya sendiri saat diizinkn memilih. Dapat diminimalisir dengan
1. Orang tua tetap mempertegas ruang lingkup pilihannya. Dalam proses itu orang tua mempertegas dengan cara contoh saat mau makan orang tua memberi 3 opsi menu makanan, otomatis dia (anak) akan tahu bahwa dia harus memilih salqh satu dari 3 opsi menu makanan yang ditawarkan orang tua.
2. Memberi alternatif kepada anak. Semisal saat dia makan tidak mau makan sayur, sebagai orang tua bisa memberikan alternatif dengan memberi penjelasan bahwa makan sayur juga penting untuk kesehatan dan pertumbuhan. Dan dengan memberikan opsi sayuran favorit anak.
3. Hargai pilihan anak. Ketika ruang lingkup pilihan sudah disepakati, alternatif pilihan sudah disodorkan pada anak, hargai hak pilihnya. Semisal si anak setuju untuk makan sayur antara bayam dengan sop dia memilih sop maka orang tua harus menghargai pendapatnya jangan malah mengegohkan pilihannya dengan berkata “bayam aja ya lebih sehat” kalimat itu membuat anak menyerah dan mengatakan “terserah aja deh mau sayur apa” dan dia merasa pilihannya sia-sia.
4. Mengajarkan konsekuensi dari pilihannya. Ketika sedang berada di restoran anak memilih makanan dan orang tua tau kalau itu tidak makanannya pedas sebagai orang tua memberi taunya tetapi keputusan akhir tetap anak yang menentukan. Kalo dia tetap memilih makanan pedas itu sebagai orang tua harus menghargainya karena anak tanpa sadar akan mengetahui konsekuensinya dia akan kepedasan.
Tetapi dalam memilih keputusan tidak semua diserahkan kepada anak, kadang sebagai orang tua juga bisa menggunakan alternative untuk mengenggokkan anak jika memang dirasa tidak tepat keputusan si anak tersebut. Sesuaikan dengan proprsi anak. Akan lebih baik saatmmmilih sesuatu sebagai orang tua untuk menanyakan alasan memilih pilihan tersebut karena tapa sadar akan membuat anak semakinberfikir kritis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H