Mohon tunggu...
Syaira Najlalivia
Syaira Najlalivia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UPI Bandung

Saya adalah seseorang yang cenderung nyaman menikmati waktu sendiri atau bersama lingkaran kecil orang-orang terdekat. Sebagai seorang introvert, saya lebih suka suasana yang tenang dan mendalam untuk mengeksplorasi hobi serta minat saya. Hobi nonton film menunjukkan bahwa saya punya rasa ingin tahu yang tinggi terhadap cerita, ide, atau sudut pandang baru. Saya menyukai berbagai genre, mulai dari drama yang penuh emosi, petualangan yang seru, hingga film kuliner yang menggugah selera. Waktu menonton film bagi saya adalah momen relaksasi sekaligus cara untuk belajar hal-hal baru tanpa harus keluar dari zona nyaman. Ketertarikan saya pada konten kuliner menunjukkan apresiasi terhadap seni dan budaya makanan. Saya gemar menonton acara memasak, mencoba resep-resep baru, atau sekadar menikmati tayangan yang menampilkan makanan dengan visual yang menggiurkan. Kuliner bagi saya bukan sekadar makanan, tapi juga cerita di baliknya seperti tradisi, teknik memasak, atau eksplorasi rasa yang beragam.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ekstrakulikuler yang Tersisih

26 Januari 2025   06:11 Diperbarui: 26 Januari 2025   06:33 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mira tampak seperti orang yang tidak mengenali dirinya sendiri. Wajahnya kosong, dan ia tidak memberikan respon apa pun, meskipun di sekitarnya ada banyak orang yang mencoba mengajaknya berbicara. Semakin lama, keadaan semakin membingungkan, dan peserta lainnya mulai merasa cemas.

Kayla  segera mendekat dan memeriksa kondisi Mira merasakan ada yang sangat tidak biasa. Mira tampak seperti tidak sadar akan dirinya sendiri. Mengingat pentingnya ketenangan dalam situasi seperti ini, Kayla segera memberi instruksi agar Mira dibawa ke ruang UKS untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Asya dan Felisya yang merasa perlu mencari penjelasan lebih lanjut mulai menyelidiki kejadian ini. Mereka bertanya kepada beberapa peserta yang melaporkan pengalaman aneh tersebut dan mendengar cerita tentang kehadiran sosok yang tak terlihat. Ada yang mengaku melihat bayangan samar di antara pepohonan, sementara yang lain merasakan aura yang sangat mencekam di sekitar tempat kegiatan.

Kayla berkeyakinan bahwa ketegangan yang dirasakan oleh peserta bisa jadi lebih disebabkan oleh ketakutan kolektif dan suasana yang mencekam, meskipun ia tak menyangkal bahwa banyak yang merasakan hal aneh di sana. Meskipun penjelasan ini sedikit meredakan kecemasan, beberapa peserta masih merasa ketakutan.

Kayla dan tim PMR tetap tenang dan memastikan bahwa peserta yang merasa tidak enak badan mendapatkan perawatan yang mereka butuhkan. Mereka mengatur peserta agar tetap dalam keadaan aman dan mencoba menenangkan mereka yang mulai panik akibat ketegangan yang melanda.

Salah satu Guru pembina yang menyaksikan kejadian tersebut segera turun tangan untuk menenangkan semua pihak. Dia juga menyadari bahwa kejadian ini menunjukkan betapa pentingnya keberadaan PMR di sekolah, baik untuk menangani situasi medis maupun untuk mengatur ketenangan dalam situasi yang tidak terduga dan ketidakpastian.

Setelah kejadian itu, kepala sekolah memberikan dukungan penuh kepada PMR dan mengakui pentingnya peran mereka. Kepala sekolah pun memberikan dukungan penuh kepada PMR, baik dalam hal anggaran maupun fasilitas yang lebih baik.. Mereka mulai mendapatkan perhatian lebih dari sekolah.

Dengan keberanian dan ketangguhan mereka, PMR akhirnya mendapatkan pengakuan yang layak. Kayla dan tim belajar bahwa meskipun banyak hal yang tidak bisa dijelaskan dengan logika, keberanian dan kesiapsiagaan mereka dalam menghadapi situasi darurat baik medis maupun psikologis adalah hal yang sangat dibutuhkan oleh sekolah.

PMR yang sebelumnya tersisih perlahan mulai mendapatkan tempat di hati siswa-siswa lain. Kayla, dan tim PMR belajar bahwa meski ada kesalahan di masa lalu, keberanian untuk memperbaiki diri adalah langkah pertama untuk membawa perubahan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun