Mohon tunggu...
Syaikhul Hadi
Syaikhul Hadi Mohon Tunggu... Jurnalis - Buruh Tulis

Belajar nulis Ben pinter

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Buku Bertajuk "Manajemen Industri Kreatif" Menjawab Tantangan Pelaku Industri di Tengah Covid-19

22 Januari 2021   22:47 Diperbarui: 22 Januari 2021   22:48 628
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku Manajemen Industri Kreatif karya Heri Cahyo Bagus Setiawan 

Pandemi covid-19 membuat sebagian besar kalangan baik pengusaha, pedagang, pekerja, maupun tenaga pengajar terbatasi ruang gerak dan kerjanya. Alhasil, hal itu tidak hanya berdampak pada perekonomian warga, melainkan mutu pendidikan dan industri. 

Ditengah hiruk-pikuk keterbatasan, Heri Cahyo Bagus Setiawan kembali menciptakan sebuah buku bertajuk  "Manajemen Industri Kreatif". 

Buku yang dihadirkan pada pembuka tahun 2021 ini sebagai peluang, sekaligus tantangan bagi kalangan pengusaha industri kreatif ditengah pandemi covid-19. 

Mahasiswa S3 di Universitas Airlangga Surabaya ini terus mengasah kemampuan berpikirnya melalui tulisan-tulisan yang bermanfaat bagi khalayak umum. 

Disituasi yang sama, dia pernah menciptakan aransemen lagu berjudul "Rindu Padamu". Konon,  lagu tersebut  dihasilkan dari sebuah renungan panjang dalam menyikapi situasi pendidikan ditengah pandemi covid-19 (kala itu). 

Selain itu, buku "Redesign Bisnis Pasca Pandemi Covid-19", juga pernah dia ciptakan. Buku tersebut banyak mengulas tentang bisnis yang mulai redup ditengah pandemi covid-19. 

Ngomong-ngomong soal pandemi covid-19, hampir di setiap lapisan masyarakat mungkin sudah menyimpan  berbagai macam kisah yang dialaminya selama hampir setahun ini. Dan cerita itu tidaklah cukup untuk direnungkan semata. 

Namun yang terpenting, bagaimana mengembalikan sebuah keterpurukan menjadi sebuah kestabilan. Baik dari aspek ekonomi, sosial, budaya, kesehatan dan lain sebagainya. 

Buku Manajemen Industri Kreatif", ini sudah bisa dinikmati siapapun. Mulai dari kalangan mahasiswa, dosen pengampu, hingga pengusaha yang hendak mengembalikan industri kreatifnya pasca pandemi covid-19. 

"Saya melihat tantangan yang paling berat dalam sebuah usaha saat ini adalah sektor industri kreatif," ungkap Heri, pria kelahiran Sidoarjo tersebut. 

Industri kreatif, memang menjadi tantangan terbesar bangsa kedepan. Betapa tidak, sektor usaha seperti UMKM, perhotelan, pariwisata dan sebagainya banyak mengalami kelesuan akibat terpaan pandemi covid-19. Bukan tidak mungkin, industri kreatif bakal menjadi satu-satunya sektor usaha yang mampu bertahan dikala pandemi covid-19. 

Hanya saja, didalam buku ini, penulis menambahkan bagaimana cara mengelola (me-manage) industri kreatif dalam situasi apapun, termasuk Pandemi covid-19. 

Dia mencontohkan, bagaimana industri kerajinan seperti batik mampu bertahan ditengah pandemi. 

Jika dilihat dari perkembangannya, selama ini batik banyak digunakan untuk pembuatan baju. Batik merupakan kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya yang ada di Indonesia. Konon, dibeberapa daerah sudah memiliki batik dengan motif khusus untuk memperkenalkan ciri  khas daerah. 

Nah, pada saat situasi pandemi covid-19, batik bukanlah satu-satunya komponen yang dibutuhkan masyarakat. Karena masyarakat lebih banyak memilih obat-obatan herbal untuk penguatan imun, hand sanitizer dan masker sebagai penangkal virus. 

Lantas, bagaimana caranya agar batik tetap diminati saat pandemi covid-19?, Dia mencontohkan pembuatan masker bermotifkan batik. Menurutnya, pembuatan masker batik lebih efisien ketimbang menunggu situasi pandemi covid-19 usai. 

Sehingga industri batik akan terus berjalan seiring berjalannya waktu, meski situasi pandemi covid-19 masih menghantui masyarakat. Hal-hal yang sifatnya sederhana ini mampu membuat industri tetap bertahan dimasa pandemi.

Begitu pun sebaliknya. Jika kita hanya bermimpi untuk menjadikan sebuah industri tetap stabil dikala pandemi, sedangkan ide-ide kreatif tak pernah muncul dalam benak kita, maka hal yang mustahil bagi industri akan tetap stabil. 

"Saya kira enggak masalah ya, untuk sementara waktu merubah pembuatan baju (asal) menjadi pembuatan masker batik. Karena esensinya tidak merubah bahan dasar kain untuk terus produksi," ujarnya. 

Didalam buku ini juga mengatur tentang bagaimana pelaku industri memanage industri yang dikelolanya. Sebab, tanpa adanya manajemen, maka industri akan gulung tikar jika terjadi wabah dadakan seperti saat ini. 

Disisi yang lain, industri kreatif menjadi satu-satunya pilihan yang menjanjikan bagi kalangan millenial saat ini. Dikala semua aktifitas harus terbatasi dengan jarak dan waktu, maka millenial lebih banyak memanfaatkan ide-ide kreatifnya dengan berbagai macam dukungan tekhnologi. 

"Ketika seseorang mau melakukan sesuatu berdasarkan ide dan kreatifitasnya. Maka disitulah dia punya potensi menciptakan usaha industri kreatif," jelasnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun