Wabah Coronavirus Diseas (Covid-19) menyisakan persoalan bagi seluruh lapisan masyarakat. Berawal dari kasus lokal merebak keseluruh dunia.  Penyebarannya melalui transmisi lokal antar penduduk, dari satu negara ke negara yang lain, atas hingga kalangan yang paling bawah.Â
Masih segar dalam pikiran kita, bagaimana wabah mulai menyelimuti  masyarakat. Perkembangan informasi yang begitu cepat dimana sejak teridentifikasinya satu - dua orang hingga menyebar ke berbagai penjuru, membuat pemerintah dengan segala kebijakannya harus bergerak cepat. Bukan tidak mungkin, krisis kesehatan membuat masyarakat harus membekali diri dengan berbagai protokol kesehatan.Â
Sayangnya, kala pandemi mulai masuk ke Indonesia, justru dimanfaatkan pihak pihak tertentu untuk mengambil keuntungan pribadi. Apakah anda termasuk orang yang pernah mengalami kehabisan stok saat membeli masker, vitamin dan lain-lain, atau justru harus merogoh kocek dalam dalam untuk memenuhi kebutuhan tersebut?Â
Fenomena seperti ini seringkali  menimbulkan kekhawatiran tersendiri bagi masyarakat. Padahal, perilaku yang seperti ini bisa menimbulkan lonjakan harga, kepanikan massal, rasa cemas hingga berdampak negatif pada perekonomian nasional. Jika itu yang terjadi, maka akan mengganggu Stabilitas Sistem Ekonomi (SSK) di Indonesia.Â
Namun yang lebih mengkhawatirkan lagi, Â jika berdampak pada penjarahan massal ditengah masa pandemi seperti yang terjadi di beberapa negara bagian. Â Beruntung, masyarakat Indonesia yang kian cerdas mampu meredam segala bentuk yang merugikan orang lain.Â
Bank Indonesia (BI), sebagai bank sentral di Indonesia bertugas menjaga dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Baik dari aspek kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan jasa domestik (inflasi) maupun kestabilan nilai mata uang negara lain (kurs). Ditengah wabah pandemi covid-19 ini, bukan perkara mudah menjaga stabilitas nilai rupiah. Nah, untuk menjaga nilai rupiah juga tidak terlepas dari sistem keuangan yang ada di Indonesia.Â
Sistem keuangan sendiri terdiri dari Lembaga Keuangan, Pasar Keuangan, Infrastruktur Keuangan, Perusahaan non keuangan maupun rumah tangga. Mereka saling berinteraksi dalam pendanaan maupun pembiayaan untuk menumbuhkan perekonomian di Indonesia.Â
Disini kami ingin berbagi pengalaman  yang dialami seorang rekan kami, bagaimana dia mengelola kebutuhan rumah tangga ditengah ketidakpastian (covid-19). Dia adalah Catur Andi alias Cak Gogon. Paruh baya asal Kabupaten Sidoarjo tersebut merupakan seorang jurnalis disalah satu perusahaan media cetak di Jawa Timur.Â
Beberapa waktu lalu dia, sempat bertutur seperti ini, "Orep iku dilakoni ae. Rejeki wes onok sing atur, (Hidup itu dilakukan saja. Rejeki sudah ada yang mengatur)," ungkap Cak Gogon sembari menyalakan sebatang rokok nya.Â
"Sing penting ora ngelarani atine wong. (Yang penting tidak menyakiti hati orang lain)," katanya meneruskan.Â
Kemudian dia bercerita, "saiki, wong-wong podho sambat gara-gara korona. Sing kelakoane sepi lah, onok sing metu teko kerjoane, wes macem-macem. (sekarang ini banyak orang yang susah menghadapi pandemi covid-19. Ada yang pekerjaanya sepi , ada juga yang keluar dari pekerjaanya. Bermacam-macam (keluhan)," ungkapnya.Â