Meresapi Kerinduan Nabi Muhammad SAW dan Cinta Beliau yang Mendalam bagi Umatnya: Refleksi Penuh Makna (Ahmad Syaihu)
Kerinduan Nabi Muhammad SAW terhadap umatnya merupakan sebuah topik yang sarat akan makna dan cinta. Sebagai sosok yang mulia dan penuh kasih, beliau merindukan umatnya bahkan sebelum kita hadir di dunia ini. Kisah kerinduan beliau terhadap umatnya ini seakan mengingatkan kita akan hubungan yang erat dan ikatan batin yang tidak terputus antara Nabi Muhammad SAW dengan kita, umatnya. Tapi, pertanyaan yang sering muncul di benak kita adalah: Apakah kita termasuk golongan umat yang dirindukan oleh beliau? Dan apakah kita, dalam kehidupan sehari-hari, merasakan kerinduan yang sama kepada beliau?
Kerinduan Nabi Muhammad SAW kepada umatnya tidak sebatas pada kelompok tertentu atau pada generasi yang hidup di zaman beliau. Bahkan, beliau menyebut umatnya yang datang setelah beliau wafat sebagai "ikhwan," atau saudara-saudara yang dirindukan. Hal ini tercermin dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim, di mana Nabi Muhammad SAW pernah bersabda, "Aku sangat rindu bertemu dengan saudara-saudaraku."Â
Para sahabat yang mendengar sabda tersebut terkejut dan bertanya, "Bukankah kami ini saudara-saudaramu, ya Rasulullah?" Beliau menjawab, "Bukan, kalian adalah sahabatku. Saudara-saudaraku adalah mereka yang datang setelahku, mereka yang beriman kepadaku meski tidak pernah melihatku."
Sholawat adalah kerinduan kepada Rasulullah SAWÂ
Hadits tersebut memberikan kita gambaran jelas tentang betapa besarnya kecintaan Nabi Muhammad SAW kepada umatnya, terutama kepada mereka yang tidak pernah bertemu langsung dengan beliau, namun tetap beriman kepadanya. Pertanyaan yang kemudian timbul adalah: Apakah kita sudah termasuk dalam kategori umat yang dirindukan oleh beliau? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu merenungkan bagaimana kita menjalani kehidupan sehari-hari sebagai umat Nabi Muhammad SAW.
Merindukan Nabi Muhammad SAW tidak hanya berarti menyebut namanya atau merayakan hari kelahirannya. Lebih dari itu, merindukan beliau harus diwujudkan dalam tindakan nyata, dengan mengikuti ajaran-ajaran dan sunnah-sunnah beliau. Nabi Muhammad SAW memberikan teladan yang luar biasa dalam segala aspek kehidupan, mulai dari cara beliau bersikap sebagai pemimpin, kepala keluarga, hingga sebagai individu yang penuh kasih dan pengampunan. Mengikuti jejak beliau dan menjalankan sunnahnya adalah salah satu cara kita menunjukkan rasa cinta dan kerinduan kita kepada beliau.
Selain itu, kerinduan kita kepada Nabi Muhammad SAW juga dapat kita ekspresikan melalui sholawat. Dalam Al-Qur'an, Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya." (QS. Al-Ahzab: 56). Sholawat bukan hanya ungkapan cinta kita kepada Nabi Muhammad SAW, tetapi juga salah satu bentuk ibadah yang sangat dianjurkan. Setiap kali kita melantunkan sholawat, kita berharap untuk mendapatkan syafaat beliau di hari akhir nanti.
Rutin mengadakan Peringatan Maulid Nabi sebagai bentuk kecintaan kepada Rasulullah SAW
Di kampung saya, peringatan Maulid Nabi selalu dirayakan dengan semarak, sebagai wujud cinta dan kerinduan kepada Nabi Muhammad SAW. Acara ini biasanya diisi dengan sholawatan dan pengajian, serta mengundang penceramah terkenal untuk memberikan tausiyah kepada warga.Â
Tahun ini, kami beruntung bisa menghadirkan Neng Umi Laila dari Surabaya, yang akan memberikan ceramah di Masjid Al Hibah pada Selasa, 17 September 2024. Acara seperti ini bukan hanya menjadi ajang untuk mempererat tali silaturahmi antarwarga, tetapi juga sebagai sarana untuk lebih mendekatkan diri kepada Nabi Muhammad SAW dan merenungkan makna dari kecintaan beliau kepada umatnya.
Peringatan Maulid Nabi di kampung saya selalu menjadi momen yang penuh kebersamaan dan kekhusyukan. Selain acara sholawatan, ada pula pembacaan sejarah kehidupan Nabi Muhammad SAW, yang memberikan kita pengingat akan perjuangan beliau dalam menyebarkan Islam.
Setiap kali mendengar kisah hidup beliau, kita diingatkan akan betapa besarnya cinta Nabi Muhammad SAW kepada umatnya. Beliau rela menanggung berbagai penderitaan dan cobaan demi menyampaikan risalah Allah kepada umat manusia. Beliau tidak pernah menyerah meski sering kali dihina, difitnah, dan bahkan dicederai oleh musuh-musuhnya. Namun, cinta dan kesabarannya selalu menang.
Sebagai umat Nabi Muhammad SAW, kita patut merenungkan: apakah kita telah meresapi dan memahami cinta beliau kepada kita? Apakah kita juga merindukan beliau sebagaimana beliau merindukan kita? Salah satu cara untuk menjadi bagian dari umat yang dirindukan Nabi Muhammad SAW adalah dengan meneladani akhlak beliau. Nabi Muhammad SAW dikenal sebagai sosok yang penyayang, lemah lembut, dan penuh kasih sayang, tidak hanya kepada sesama manusia, tetapi juga kepada makhluk lain. Kita bisa mulai meneladani beliau dengan berbuat baik kepada sesama, menjaga akhlak, dan menjauhi perbuatan yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.
Pada momen-momen seperti peringatan Maulid Nabi, kita diingatkan akan betapa pentingnya menjaga hubungan dengan Allah SWT dan Rasul-Nya. Merayakan Maulid Nabi bukan sekadar tradisi, tetapi juga sebagai wujud cinta kita kepada Nabi Muhammad SAW. Selain itu, kita juga bisa menjadikan momen ini sebagai pengingat bahwa kita harus terus berusaha untuk menjadi umat yang dirindukan beliau, dengan menjalankan ajaran-ajaran beliau dalam kehidupan sehari-hari.
Wasana Kata
Di akhir refleksi ini, mari kita bersama-sama merenung, apakah kita sudah benar-benar merasakan cinta dan kerinduan kepada Nabi Muhammad SAW? Jika belum, tidak ada kata terlambat. Mari kita mulai dengan langkah-langkah kecil, seperti memperbanyak sholawat, mengikuti sunnah beliau, dan berbuat baik kepada sesama. Dengan begitu, insya Allah, kita termasuk dalam golongan umat yang dirindukan oleh beliau di hari akhir nanti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H