Deni hanya bisa menggelengkan kepala, antara lega dan kesal. "Pak Saidi, saya pikir beneran hantu! Saya hampir kencing di celana!"
Pak Saidi terus tertawa, hingga akhirnya ia berkata, "Sudah saya bilang hati-hati malam ini, tapi kamu nggak percaya. Nah, kena deh!"
Deni mendengus, kemudian ikut tertawa. "Pak Saidi, lain kali jangan kagetin orang seperti itu. Saya bisa kena serangan jantung!"
Setelah tertawa bersama, Pak Saidi meninggalkan kamar Deni, masih terbahak-bahak dengan puas. Deni, meskipun merasa konyol, akhirnya bisa tidur dengan tenang. Namun, tepat sebelum ia terlelap, ia mendengar suara ketukan di pintunya lagi.
"Tok, tok, tok."
Deni langsung bangun dan berteriak, "Pak Saidi, nggak usah main-main lagi!"
Tapi kali ini, tak ada tawa yang terdengar. Hanya ketukan yang semakin keras, diikuti oleh bisikan serak, "Deniiii, aku bukan Pak Saidi..."
Malam itu, Deni tidur di luar kamar kosnya, dengan selimut menutupi seluruh tubuhnya. Pak Saidi mungkin cuma bercanda, tapi Deni tidak mau ambil risiko lagi. Malam Jumat benar-benar malam penuh kejutan!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H