Perdebatan semakin seru dan tidak ada yang mau mengalah. Paijo, Sarpin, Idris, dan Ronda saling lempar argumen dengan penuh semangat.
Paijo mengangkat tangannya, mencoba meredakan suasana. "Oke, oke. Bagaimana kalau kita buat taruhan kecil-kecilan? Yang kalah harus traktir kita semua makan malam di warung Pak Joko."
Sarpin, Idris, dan Ronda setuju dengan usulan Paijo. Mereka pun membuat kesepakatan dan melanjutkan perdebatan mereka dengan lebih tenang.
Malam semakin larut, tapi mereka tidak bosan membahas tim kesayangan masing-masing. Dari strategi permainan hingga pemain andalan, semuanya dibahas tuntas. Bahkan, mereka juga mulai berandai-andai tentang selebrasi gol yang akan dilakukan oleh pemain-pemain idolanya.
Paijo membayangkan Mbappe yang berlari ke arah kamera dan melakukan selebrasi khasnya. Sarpin membayangkan Pedri yang melakukan backflip setelah mencetak gol. Idris membayangkan Kane yang berlari ke arah tribun dan berpelukan dengan para fans. Sementara itu, Ronda membayangkan Depay yang menari-nari di depan gawang setelah mencetak gol.
Di tengah-tengah perdebatan yang seru itu, tiba-tiba terdengar suara kentongan tanda ronda dari pos sebelah. Mereka berhenti sejenak, saling berpandangan, dan kemudian tertawa terbahak-bahak.
"Eh, kita ini jaga ronda, bukan debat bola!" ujar Paijo sambil tertawa.
"Iya, iya. Tapi seru juga ya debat kayak gini," timpal Sarpin sambil tersenyum.
"Kita lihat aja nanti siapa yang menang. Yang jelas, siap-siap aja yang kalah traktir makan malam!" kata Idris dengan nada menantang.
Ronda mengangguk setuju. "Betul itu! Yang kalah harus rela dompetnya tipis."
Mereka pun melanjutkan tugas ronda sambil tetap berdiskusi, kali ini dengan suasana yang lebih santai dan penuh canda tawa. Meskipun masing-masing punya tim kesayangan, persahabatan mereka tetap kuat dan tak tergoyahkan.