Judul: Politik Agraria Madura: Privatisasi, Marginalisasi, dan Perampasan Ruang Hidup
Penulis: A. Dardiri Zubairi
Penerbit: Literatus Pustaka
Tebal Halaman: 100 Halaman
Tahun Terbit: 2023
Penulis kawakan A. Dardiri Zubairi membuat kejutan lagi di awal tahun ini dengan merilis buku tentang Politik Agraria Madura: Privatisasi, Marginalisasi, dan Perampasan Ruang Hidup. Membaca buku ini membuat saya melek, seolah-olah sedang nonton film dokumenter tentang keadaan persoalan agraria yang sedang terjadi di Pulau Madura.
Sejak presiden Jokowi mengratiskan biaya tol Suramadu pada tahun 2018 ibarat menjadi alarm bagi investor untuk melebarkan investasinya ke pulau Madura. Empat kabupaten yang ada disana menyimpan beragam potensi alam yang bisa dijadikan emas. Memang sejak ada jembatan penghubung antara Madura dan Surabaya, Madura tidak lagi menjadi pulau yang terisolir. Semua akses informasi dan pembangunan masuk sampai pada tingkat kelurahan.
Dalam buku ini, bentuk tulisannya disajikan dalam bentuk esai ringan, ada sekitar sembilan puluh tiga sub judul yang berdasar pada pengamatan dalam kehidupan kesehariannya. K. A. Dardiri mengkhususkan pembahasannya di Sumenep. Kabupaten yang berada di paling timur Madura setelah Bangkalan, Sampang, dan Pamekasan. Banyak yang sudah mengetahui bahwa Sumenep diibaratkan Solo nya Madura. Karena dari empat kabupaten yang ada Sumenep menggunakan bahasa paling halus.
Sumenep menyimpan kekayaan alam luar biasa, mulai dari migas, tanah kapur dan tempat wisata. Semua itu menjadi magnet akan strategisnya posisi kabupaten ini untuk dijadikan tempat bisnis baru. Sehingga peta geo-politik dan geo-ekonomi agrarian semakin memerlukan perhatian yang terus dikaji dan digerakkan. Disinilah peran dari tokoh ulama dan kiai perannya sangat penting. Menurut Kuntowijoyo, bagi masyarakat Madura agama menjadi organizing principle yaitu penyatu individual dalam suatu kumpulan yang terorganisasi. Hal ini dikarenakan banyaknya pesantren, setidaknya ada 378 pesantren yang tersebar dalam satu kawasan.
Pada bagian pertama penulis menyampaikan tentang Privatisasi. Secara gamblang Penulis mejelaskan tentang lahan menjadi privatisasi pemilik modal yang awalnya sumber daya punya negara dijual pada swasta baik investor lokal maupun asing.