Mohon tunggu...
Syaiful Rahman
Syaiful Rahman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar

Saya suka membaca dan menulis. Namun, lebih suka rebahan sambil gabut dengan handphone.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Beginilah Cara Tuhan Mencintai Makhluk-Nya

18 Maret 2024   12:35 Diperbarui: 18 Maret 2024   12:45 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu sifat Tuhan adalah laisa kamistlihi syaiun. Tuhan tidak seperti yang dipikirkan atau dibayangkan siapa pun. Tuhan berbeda dan tak mungkin mampu didefinisikan oleh manusia.

Apa yang kita pahami tentang Tuhan tak lebih dari informasi yang diberikan melalui wahyu ataupun hadis Nabi saw. Oleh karena itu, kita amat sulit menebak arah takdir kecuali bertawakal kepada-Nya.

Tentang cinta-Nya kepada makhluk pun tak mudah diterjemahkan. Sebab perilaku Tuhan tak mungkin sama persis dengan perilaku makhluk-Nya.

Bila kita mencintai orang lain, tentu kita ingin membuat yang kita cintai selalu bahagia dan bersuka cita. Apa pun yang bisa kita lakukan akan kita lakukan demi membuatnya tersenyum dan tertawa. Bahkan, bila dia mengalami kesulitan, kita tidak hanya tidak tega, akan tetapi juga ingin menggantikan kesulitannya.

Contoh, ketika anak sakit, orang tua tentu merasa sangat iba. Tak jarang bila penyakit itu amat berat ditanggung anaknya, sang orang tua berdoa agar penyakit itu dipindahkan saja ke dirinya. Biarkan anaknya tumbuh dan berkembang dengan sehat dan bahagia hingga dewasa.

Saya punya sahabat yang menderita penyakit gagal ginjal. Diduga penyakit itu disebabkan oleh pola hidup yang tidak sehat. Dia amat sering minum minuman berpemanis buatan dan berpengawet agar tidak mengantuk saat bekerja.

Kebiasaan hidup tidak sehat itu membuat dia jatuh sakit. Kondisi kesehatan fisiknya turun drastis dalam rentang satu tahun. Orang yang dahulu kala berisi dan bersih, dalam sekejap berubah menjadi kurus dan hitam.

Di momen opname terakhirnya, dia terpaksa harus ganti ginjal. Dia harus mencari donor ginjal agar bisa melanjutkan kehidupannya dengan normal. Namun, tentu tidak mudah menemukan donor organ dalam.

Siapakah yang bersedia mendonorkan ginjalnya? Tak lain dan tak bukan adalah orang tuanya, ibunya. Ibunya yang mau mendonorkan organ dalamnya demi menyelamatkan hidup anaknya. Meskipun sayangnya takdir berkata lain. Sahabat saya itu meninggal sebelum proses donor dilaksanakan.

Itulah gambaran cinta yang tulus antarmanusia. Namun, apakah demikian juga bentuk cinta Tuhan kepada makhluk-Nya? Tentu tak mudah kita mendefinisikan. Tuhan memiliki hak prerogatif dan pengetahuan yang melampaui makhluk-Nya.

Kita bisa menyaksikan betapa banyak orang saleh atau para Nabi yang menjalani kesulitan hidup yang amat berat. Para kekasih Tuhan itu justru hidupnya di dunia ini tampak jauh lebih sulit daripada kehidupan manusia biasa.

Kesulitan demi kesulitan mereka alami hingga harus bertaruh nyawa. Misalnya, Nabi Ayyub as yang menderita penyakit parah. Sampai-sampai dia kehilangan banyak hal. Dia diusir dari kampung halamannya dan tinggal istri satu-satunya yang setia menemani.

Kita juga masih ingat kisah Nabi Yusuf as. Walaupun dia kekasih Tuhan namun justru dianiaya oleh saudara-saudara kandungnya sendiri. Bahkan dalam perjalanan hidupnya, dia harus menghadapi banyak fitnah yang menyebabkan dia mendekam di penjara akibat ketidakadilan penguasa.

Kita juga tentu masih ingat kisah Nabi Nuh as. Banyak kaumnya yang tidak mau mengikuti ajaran yang dibawanya. Bahkan anak kandungnya sendiri enggan mengikutinya. Anak yang dicintainya berpaling dari Nabi Nuh as.

Kisah nabi-nabi yang lain juga tidak kalah heroiknya. Mereka mengalami kesulitan hidup melebihi kesulitan-kesulitan yang kita alami. Jika kita bandingkan kesulitan kita dengan kesulitan para nabi, tentu kesulitan kita tak ada apa-apanya.

Namun, apakah berarti Tuhan tidak mencintai para nabi tersebut? Tentu saja Tuhan sangat mencintainya. Para nabi adalah makhluk-makhluk istimewa yang dikasihi dan diberi kepercayaan oleh Tuhan untuk menyampaikan kabar gembira dan peringatan kepada umat manusia.

Dari kisah para orang saleh yang mendapatkan banyak kesulitan, kita bisa melihat bahwa bentuk cinta kasih Tuhan kepada makhluk tak sama dengan bentuk cinta kasih sesama makhluk. Tuhan memiliki cara dan rahasia tersendiri yang tak mampu dijangkau oleh akal pikiran manusia.

Oleh karena itu, sungguh bukan hal aneh bila kita tidak mengerti apakah kesulitan yang kita alami merupakan bentuk cinta kasih-Nya kepada kita atau tidak. Namun, yang pasti, jalan terbaik yang bisa kita lakukan adalah terus berusaha mendekat kepada-Nya. Semoga Tuhan senantiasa mengampuni dan mencintai kita semua. Aamiin.

RGS, 17 Maret 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun