Kesulitan demi kesulitan mereka alami hingga harus bertaruh nyawa. Misalnya, Nabi Ayyub as yang menderita penyakit parah. Sampai-sampai dia kehilangan banyak hal. Dia diusir dari kampung halamannya dan tinggal istri satu-satunya yang setia menemani.
Kita juga masih ingat kisah Nabi Yusuf as. Walaupun dia kekasih Tuhan namun justru dianiaya oleh saudara-saudara kandungnya sendiri. Bahkan dalam perjalanan hidupnya, dia harus menghadapi banyak fitnah yang menyebabkan dia mendekam di penjara akibat ketidakadilan penguasa.
Kita juga tentu masih ingat kisah Nabi Nuh as. Banyak kaumnya yang tidak mau mengikuti ajaran yang dibawanya. Bahkan anak kandungnya sendiri enggan mengikutinya. Anak yang dicintainya berpaling dari Nabi Nuh as.
Kisah nabi-nabi yang lain juga tidak kalah heroiknya. Mereka mengalami kesulitan hidup melebihi kesulitan-kesulitan yang kita alami. Jika kita bandingkan kesulitan kita dengan kesulitan para nabi, tentu kesulitan kita tak ada apa-apanya.
Namun, apakah berarti Tuhan tidak mencintai para nabi tersebut? Tentu saja Tuhan sangat mencintainya. Para nabi adalah makhluk-makhluk istimewa yang dikasihi dan diberi kepercayaan oleh Tuhan untuk menyampaikan kabar gembira dan peringatan kepada umat manusia.
Dari kisah para orang saleh yang mendapatkan banyak kesulitan, kita bisa melihat bahwa bentuk cinta kasih Tuhan kepada makhluk tak sama dengan bentuk cinta kasih sesama makhluk. Tuhan memiliki cara dan rahasia tersendiri yang tak mampu dijangkau oleh akal pikiran manusia.
Oleh karena itu, sungguh bukan hal aneh bila kita tidak mengerti apakah kesulitan yang kita alami merupakan bentuk cinta kasih-Nya kepada kita atau tidak. Namun, yang pasti, jalan terbaik yang bisa kita lakukan adalah terus berusaha mendekat kepada-Nya. Semoga Tuhan senantiasa mengampuni dan mencintai kita semua. Aamiin.
RGS, 17 Maret 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H