Malam yang di guyur hujan ini aku bersenandung na ... na ... na ...
Gemericik air yang jatuh dari ujung atap rumah berbunyi na ... na ... na ...
Denting gelas beradu sendok diadukan kopi hangat
Tak tampak bintang di langit pekat bersinar
Bulan berselimut awan hitam dia mengumpat
Na ... na ... na ... na ... sambil jemariku menari di layar sentuh ini
Kutuliskan isi hati yang lama tidak berbagi mimpi
Melukis malam dingin sendiri tanpa ada ketujuh warna pelangi
Hitam hanyalah hitam dan percik putih seperti buih
Bagai air hujan yang kembali setelah menghantam bumi
Bayangkan yang disana resah menahan rindu
Menanti peluk hangat dari kasih yang terbujur layu
Dia masih merindu walau bungkusnya sudah kusam
Peduli orang bilang ketika tahu asa masihlah kelam
Hujan semalam betah menunggu matahari datang
Tak tampak garang panasnya hanya malu-malu terang
Resah anak manusia terhambat mengait nafkah
Gerutu dalam hati yang kuyup melunturkan gairah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H