Sama, Aku juga belum mengenalnya. Aku tak mau peduli tentang dirinya, Siapa Dia? Apa Pangkat dan jabatannya. Seberapa kaya dirinya dan tak tahu apa yang dibuatnya. Aku pun tak tahu dimana tempat tinggalnya, sukunya apa. Dan asalnya dari mana.
Aku hanya mendengar Ia pernah menjadi petinggi di Kodam Sumatera Utara. Pangkatnya pun aku tak tahu. Katanya, Orangnya baik.
Yang aku tahu, Ia pernah menjadi Pangkostrad dengan pangkat Letnan Jendral. Pemilik bintang tiga. Ia juga sebagai ketua umum PSSI. Pemilik otoritas tertinggi maju mundurnya sepak bola di Indonesia.
Ia digadang-gadang untuk maju menjadi Calon Gubernur Sumatera Utara. Di saat ia masih aktif sebagai TNI, memimpin ribuan pasukan. Banyak banner-banner dan gambar serta spanduk yang terpasang hampir disetiap tempat di mana aku bepergian.
Aku baru tahu orangnya hanya dari gambar yang aku lihat. Ada tongkat komando ditangannya. Tampak gagah dan penuh wibawa.
Hingga waktunya, banyak orang menceritakan tentang dirinya. Dan media mulai terus menyorot sepak terjangnya. Membuat aku jadi lebih mengenalnya. Ia menjadi sosok yang dicintai, dibicarakan diberbagai tempat.
Keputusannya untuk maju menjadi calon gubernur sumut menuai polemik karena masih status aktif sebagai TNI. Menurut berbagai isu yang aku dengar ada upaya untuk menggagalkan niatnya maju menjadi Cagub Sumut. Namun tekad beliau sangat kuat untuk memajukan Sumut. Ia pun mengajukan diri pansiun dini dari TNI. Tawaran jabatan lainnya pun akan ditampiknya saat terjadi pergantian pimpinan tertinggi di TNI.
Aku mulai simpati padanya. Dukungan kepadanya semakin banyak, hingga akhirnya Ia dapat menggugurkan calon lain dan beralih mendukung kepadanya. Kharismanya sangat kuat.
***
Seketika aku menghentikan bacaanku. Dengan jemari tangan aku menanda barisan ayat Alqur'an yang sedang aku baca. Mataku menangkap sosok yang nyaris aku kenali. Tak jauh dari tempat aku duduk dari sajadah yang bershap. Ditengah ruangan dalam masjid, aku melihat seseorang yang sedang bersiap untuk sholat.
Dibelakangnya ada seorang yang mengikuti. Mereka berjamaah. Aku mulai berpikir dan memperhatikan orang yang ada didepannya. Pemakai baju putih berlengan panjang dan berpeci. Ia menjadi Imam bagi makmun yang seorang diri di waktu Ashar.
Waktu beranjak Pukul 5 sore. Aku menyambung bacaanku yang terputus sembari meliri kearah sosok imam yang sedang bertakbir rukuk dan sujud. Sembari meyakinkan diriku kalau memang benar itu adalah CAGUB SUMUT No.1.
Aku segera bangkit dari tempatku. Beranjak mendekatinya saat sholatnya telah usai. Aku menghampiri dan berkata, "Pak Edy Ya?!" disambut dengan anggukan dan senyumnya.
Tanganku seketika  menjabat tangannya dan merangkulnya. Penuh kelembutan dan kehangatan. Aku pun kembali bertanya kepadanya, "Dari mana Pak?"
"Tadi ada keperluan dan mampir kemari", jawabnya sambil tersenyum. Karena ketinggalan waktu Asharnya. Ditengah perbincangan itu, makmun yang bersamanya mendekat, Ia tidak menyangka kalau sudah berimam bersama Cagub Sumut 1. Aku geli, kirain tadi ajudannya  Pak Edy Rahmayadi.
Bersama sang jendral dengan Alquran yang masih ada ditanganku membuat aku bangga. Bersyukur bisa berbicara berdua sembari berjalan keluar dari dalam mesjid. Kedatangannya membuat beberapa jemaah yang masih ada terkejut. Pelukan dan rangkulan penuh haru dari seorang jemaah kepada Edi Rahmayadi. Ada doa-doa dan harapan yang keluar dari bibirnya. Seiring Isak tangis yang kudengar.
Anak-anakpun menyambut dan berebut salam kepadanya. Di penghujung hari Ramadhan kehadirannya di Masjid Muslimin Tanjung sari Jln. Setia Budi Medan membawa kegembiraan pada mereka. Â Aku pun berteriak, "Ini Gubernur kita".
Untuk  SUMUT 1 BERMARTABAT. Semoga!
By: Syaiful Bahri
Suara Menara Qalbu (SMQ)
Kp.Pon, Sergei, 20/06/2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H