Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara asik belajar ilmu ekonomi www.unand.ac.id - www.eb.unand.ac.id https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Nature

Solusi untuk Kota dengan Darurat Sampah'.

26 Januari 2025   08:34 Diperbarui: 26 Januari 2025   08:34 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sampah telah menjadi salah satu permasalahan paling mendesak di berbagai kota di Indonesia. Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2024 mencatat bahwa rata-rata kota besar menghasilkan sekitar 175.000 ton sampah setiap harinya. Sebagian besar dari sampah ini berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA), yang banyak di antaranya sudah mendekati kapasitas maksimum. Krisis ini tidak hanya berdampak pada lingkungan, tetapi juga memengaruhi kesehatan masyarakat dan daya tarik kota sebagai pusat pertumbuhan ekonomi. Dalam konteks ini, diperlukan solusi yang inovatif, terintegrasi, dan berbasis pada kolaborasi berbagai pihak untuk mengatasi darurat sampah secara berkelanjutan.

Pemetaan Masalah: Kompleksitas Darurat Sampah

Darurat sampah di kota-kota besar terjadi akibat berbagai faktor. Pertama, rendahnya tingkat kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan sampah. Sebagian besar warga masih menganggap sampah sebagai sesuatu yang "hilang" begitu diletakkan di tempat sampah. Kedua, sistem pengelolaan sampah yang tidak efisien. Banyak kota masih mengandalkan metode tradisional seperti pembuangan ke TPA tanpa pemilahan atau daur ulang. Ketiga, kurangnya inovasi teknologi dalam pengelolaan limbah, terutama dalam pemanfaatan sampah organik dan non-organik sebagai sumber daya.

Faktor lain yang tidak kalah penting adalah lemahnya regulasi dan implementasi kebijakan pengelolaan sampah. Meskipun Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah sudah diberlakukan, pelaksanaannya seringkali terhambat oleh kurangnya pendanaan, koordinasi antarinstansi, dan pengawasan yang memadai.

Solusi Inovatif untuk Kota Berkelanjutan

Untuk mengatasi darurat sampah di perkotaan, pendekatan holistik yang melibatkan teknologi, kebijakan, dan pemberdayaan masyarakat sangat diperlukan. Berikut adalah beberapa solusi yang dapat diimplementasikan:

1. Sistem Ekonomi Sirkular

Kota-kota harus mulai beralih dari model ekonomi linear ke ekonomi sirkular. Dalam ekonomi sirkular, sampah tidak dianggap sebagai limbah, melainkan sebagai sumber daya yang dapat digunakan kembali. Misalnya, plastik dapat didaur ulang menjadi bahan baku untuk produk baru, sementara sampah organik dapat diolah menjadi kompos atau bioenergi.

Penerapan ekonomi sirkular membutuhkan investasi dalam infrastruktur daur ulang, insentif bagi perusahaan yang menggunakan bahan daur ulang, serta edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya pemilahan sampah di sumbernya.

2. Digitalisasi Pengelolaan Sampah

Teknologi digital dapat menjadi kunci dalam pengelolaan sampah yang lebih efisien. Kota-kota seperti Jakarta dan Surabaya dapat mengadopsi platform digital untuk memantau dan mengelola pengumpulan sampah secara real-time. Aplikasi seperti Waste4Change, yang sudah mulai diterapkan di beberapa daerah, dapat diperluas cakupannya untuk mencakup lebih banyak wilayah.

Dengan digitalisasi, pemerintah dapat memetakan titik-titik produksi sampah terbesar, mengoptimalkan rute pengangkutan, dan memastikan sampah yang terkumpul langsung disalurkan ke fasilitas pengolahan yang tepat.

3. Energi dari Sampah

Salah satu cara paling efektif untuk mengurangi volume sampah adalah dengan mengubahnya menjadi energi. Teknologi Waste-to-Energy (WTE) dapat digunakan untuk mengolah sampah menjadi listrik atau bahan bakar alternatif. Di negara-negara seperti Jepang dan Swedia, WTE sudah menjadi solusi utama dalam pengelolaan limbah kota.

Namun, penerapan teknologi ini di Indonesia memerlukan penyesuaian dengan karakteristik sampah lokal yang sebagian besar bersifat organik. Selain itu, pemerintah perlu memberikan insentif kepada investor yang ingin membangun fasilitas WTE, sekaligus memastikan pengelolaan emisi dari proses pembakaran sesuai dengan standar lingkungan.

4. Bank Sampah dan Inovasi Komunitas

Bank sampah adalah salah satu solusi berbasis masyarakat yang telah terbukti efektif di beberapa kota seperti Malang dan Makassar. Dalam skema ini, masyarakat dapat menyetorkan sampah yang sudah dipilah untuk ditukar dengan uang atau barang kebutuhan sehari-hari.

Inovasi ini tidak hanya mengurangi volume sampah, tetapi juga meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya daur ulang. Untuk memperluas dampaknya, pemerintah daerah dapat memberikan pelatihan kepada komunitas tentang cara memanfaatkan sampah organik menjadi pupuk atau produk kerajinan.

5. Penguatan Regulasi dan Penegakan Hukum

Regulasi yang kuat harus menjadi fondasi dari setiap strategi pengelolaan sampah. Pemerintah perlu memastikan bahwa kebijakan seperti larangan penggunaan plastik sekali pakai ditegakkan secara konsisten. Selain itu, sanksi tegas harus diberikan kepada perusahaan atau individu yang tidak mematuhi aturan pengelolaan sampah.

Pendekatan ini dapat diperkuat dengan kampanye publik yang melibatkan media massa, sekolah, dan organisasi masyarakat sipil. Dengan cara ini, perubahan perilaku dapat terjadi secara kolektif dan berkelanjutan.

Kolaborasi untuk Masa Depan yang Lebih Hijau

Tidak ada solusi tunggal yang dapat menyelesaikan masalah darurat sampah. Diperlukan kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, akademisi, dan masyarakat untuk menciptakan sistem pengelolaan sampah yang berkelanjutan. Pemerintah dapat berperan sebagai fasilitator yang menyediakan regulasi dan pendanaan, sementara sektor swasta dapat berinovasi dalam teknologi pengelolaan limbah.

Akademisi juga memiliki peran penting dalam menyediakan penelitian dan solusi berbasis data. Sebagai contoh, penelitian tentang penggunaan enzim untuk mengurai plastik dapat membuka jalan bagi teknologi daur ulang yang lebih efisien.

Komitmen Menuju Kota Bebas Sampah

Darurat sampah adalah masalah yang harus segera diatasi jika kita ingin mewujudkan kota-kota yang bersih, sehat, dan berkelanjutan. Dengan menerapkan solusi seperti ekonomi sirkular, digitalisasi pengelolaan sampah, dan teknologi WTE, serta memperkuat regulasi dan melibatkan masyarakat, kita dapat mengubah tantangan ini menjadi peluang.

Komitmen bersama dari semua pihak akan menjadi kunci dalam mewujudkan visi ini. Sebagaimana dikatakan oleh Ellen MacArthur, seorang pionir ekonomi sirkular, "Kita tidak bisa memecahkan masalah global dengan cara berpikir yang sama seperti saat masalah itu diciptakan." Dengan inovasi, kolaborasi, dan keberanian untuk berubah, kota-kota Indonesia dapat mengatasi darurat sampah dan menjadi model bagi dunia dalam pengelolaan limbah yang berkelanjutan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun