Digitalisasi juga memperburuk apa yang dikenal sebagai fear of missing out (FOMO), atau ketakutan akan ketinggalan informasi atau momen penting. FOMO membuat seseorang merasa perlu terus-menerus terhubung dengan media sosial atau aplikasi berita, sehingga menciptakan siklus kecemasan yang tidak berkesudahan.
Ketergantungan ini tidak hanya merusak kesehatan mental, tetapi juga mengganggu hubungan sosial dan kualitas tidur. Banyak orang yang menghabiskan waktu berjam-jam di depan layar, bahkan hingga larut malam, yang pada akhirnya merusak pola tidur mereka. Kurang tidur ini, pada gilirannya, memperburuk stres dan meningkatkan risiko depresi.
Solusi untuk Mengelola Informasi dengan Bijak
Meski tantangan overload informasi terasa berat, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengurangi dampaknya pada kesehatan mental:
- Membatasi Konsumsi Informasi
Penting untuk menyaring informasi yang diterima setiap hari. Pilih sumber informasi yang terpercaya dan relevan dengan kebutuhan Anda, serta hindari mengakses berita atau media sosial secara berlebihan. - Menerapkan Jadwal Digital Detox
Luangkan waktu tertentu setiap hari untuk menjauh dari perangkat digital. Misalnya, tetapkan waktu bebas layar sebelum tidur atau selama akhir pekan untuk memberikan otak kesempatan beristirahat. - Berlatih Mindfulness
Teknik mindfulness, seperti meditasi atau pernapasan dalam, dapat membantu mengurangi kecemasan yang dipicu oleh overload informasi. Ini juga meningkatkan kemampuan untuk fokus pada momen saat ini. - Menciptakan Ruang Kerja Bebas Gangguan
Kurangi notifikasi di perangkat Anda dan ciptakan lingkungan kerja yang mendukung konsentrasi. Dengan mengurangi gangguan, Anda dapat meningkatkan produktivitas sekaligus mengurangi stres. - Mengutamakan Keseimbangan Hidup
Seimbangkan waktu yang dihabiskan di dunia digital dengan aktivitas offline, seperti olahraga, membaca buku, atau menghabiskan waktu bersama keluarga dan teman. Aktivitas ini tidak hanya menyehatkan fisik, tetapi juga memperbaiki kondisi mental.
Tanggung Jawab Kolektif
Selain individu, tanggung jawab untuk mengatasi dampak overload informasi juga ada pada pihak lain, seperti perusahaan teknologi dan pemerintah. Platform digital perlu didesain dengan lebih bijak, misalnya dengan memberikan opsi untuk mengelola notifikasi atau membatasi waktu penggunaan aplikasi.
Pemerintah dan lembaga pendidikan juga perlu berperan dalam meningkatkan literasi digital masyarakat. Edukasi tentang cara mengelola informasi, mengenali berita palsu, dan memahami dampak psikologis dari teknologi digital harus menjadi bagian penting dari kurikulum pendidikan.
Membangun Hubungan Sehat dengan Teknologi
Teknologi digital adalah alat yang dirancang untuk mempermudah hidup manusia, bukan sebaliknya. Namun, tanpa pengelolaan yang tepat, alat ini dapat berubah menjadi sumber tekanan yang merusak kesehatan mental. Untuk itu, penting bagi setiap individu untuk membangun hubungan yang sehat dengan teknologi, memahami batasannya, dan mengutamakan keseimbangan antara dunia digital dan kehidupan nyata.
Hanya dengan pendekatan yang bijaksana, kita dapat menikmati manfaat dari digitalisasi tanpa harus mengorbankan kesehatan mental kita. Di tengah derasnya arus informasi, mungkin bijaksana untuk sesekali melangkah mundur, menghela napas, dan menyadari bahwa tidak semua informasi harus kita konsumsi. Pilihan ada di tangan kita untuk menjaga keseimbangan tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H