Digitalisasi telah menjadi simbol kemajuan teknologi abad ke-21, membawa transformasi besar dalam berbagai aspek kehidupan manusia, mulai dari komunikasi hingga ekonomi. Namun, di balik kilauannya, digitalisasi juga memiliki sisi gelap: ia berfungsi sebagai alat untuk memperkuat kapitalisme global. Dengan menyamar sebagai pendorong inovasi, digitalisasi sering kali memperkuat ketimpangan, memperbesar konsentrasi kekayaan, dan memperlemah posisi tenaga kerja dalam sistem ekonomi global. Pada kesempaan ini Kita bertujuan untuk mengurai bagaimana digitalisasi telah menjadi instrumen kapitalisme digital yang memperkokoh hegemoni kapitalisme global.
Digitalisasi dalam Konteks Kapitalisme
Kapitalisme adalah sistem ekonomi yang berorientasi pada akumulasi modal melalui pasar bebas. Dalam perkembangannya, kapitalisme terus beradaptasi dengan kemajuan teknologi. Digitalisasi, yang awalnya dipandang sebagai alat pemberdayaan masyarakat, kini menjadi bagian integral dari strategi kapitalisme untuk memperluas dominasi ekonomi.
Dalam kapitalisme digital, perusahaan-perusahaan teknologi besar seperti G***, A***, F*** (M***), dan M*** bukan hanya menjadi penyedia layanan tetapi juga pengendali utama data, informasi, dan pasar digital. Data, sering disebut sebagai "minyak baru" dalam era digital, telah menjadi komoditas paling berharga yang dikelola untuk keuntungan maksimal.
Penguatan Kapitalisme melalui Digitalisasi
- Akumulasi Data sebagai Modal
Dalam kapitalisme digital, data pribadi pengguna dikumpulkan, dianalisis, dan dimonetisasi oleh perusahaan teknologi. Dengan menggunakan algoritma canggih, perusahaan mampu menciptakan profil konsumen yang sangat rinci, memungkinkan mereka untuk menargetkan iklan secara lebih efektif.
Model bisnis ini memperbesar keuntungan perusahaan teknologi sambil menciptakan ketimpangan baru. Pengguna, yang sebenarnya adalah sumber utama data, sering kali tidak mendapatkan keuntungan finansial dari data mereka. Ini menciptakan apa yang disebut sebagai "ekstraksi nilai tanpa kompensasi," sebuah fenomena di mana perusahaan teknologi mengambil manfaat ekonomi tanpa memberikan imbal balik yang adil kepada individu atau masyarakat.
- Monopoli Digital dan Konsentrasi Kekayaan
Salah satu ciri khas kapitalisme digital adalah munculnya monopoli digital. Perusahaan-perusahaan besar menciptakan ekosistem tertutup yang sulit ditembus oleh pesaing. Mereka menggunakan kekuatan pasar mereka untuk mengendalikan distribusi informasi, memonopoli inovasi, dan mengatur harga.
Misalnya, platform e-commerce seperti A*** tidak hanya menjadi pasar bagi penjual kecil, tetapi juga menjadi pesaing mereka. A*** menggunakan data penjual pihak ketiga untuk menciptakan produk serupa dengan harga lebih rendah, yang pada akhirnya mematikan persaingan.
Monopoli ini memperbesar konsentrasi kekayaan di tangan segelintir individu dan perusahaan, memperkuat ketimpangan ekonomi global.
- Tenaga Kerja dalam Era Kapitalisme Digital
Digitalisasi telah menciptakan apa yang disebut sebagai "gig economy," di mana pekerjaan bersifat sementara, fleksibel, tetapi sering kali tanpa perlindungan tenaga kerja yang memadai. Platform seperti Uber, Grab, dan Gojek memanfaatkan teknologi digital untuk menciptakan model bisnis baru yang tampaknya memberdayakan pekerja.
Namun, kenyataannya, pekerja dalam ekonomi ini sering kali menghadapi ketidakstabilan pendapatan, jam kerja yang panjang, dan minimnya akses terhadap jaminan sosial. Digitalisasi, dalam konteks ini, digunakan sebagai alat untuk memaksimalkan produktivitas tenaga kerja tanpa memberikan perlindungan yang memadai.
- Konsumerisme Digital
Kapitalisme digital juga memperkuat pola konsumsi yang berlebihan melalui platform digital. Algoritma canggih dirancang untuk mendorong pengguna menghabiskan lebih banyak waktu dan uang di platform, menciptakan siklus konsumsi yang tak berkesudahan.
Media sosial, misalnya, memanfaatkan psikologi manusia untuk menciptakan ketergantungan, sementara e-commerce menggunakan strategi pemasaran berbasis data untuk mendorong pembelian impulsif. Fenomena ini memperkuat pola konsumsi kapitalistik, yang pada akhirnya menguntungkan pemilik modal tetapi merugikan konsumen.
Digitalisasi sebagai Alat Globalisasi Ekonomi
Digitalisasi telah mempercepat globalisasi ekonomi, memungkinkan perusahaan multinasional untuk memperluas jangkauan mereka ke seluruh dunia. Namun, manfaat globalisasi digital ini tidak dirasakan secara merata.
- Ketimpangan Global
Negara-negara maju, yang memiliki akses lebih besar terhadap teknologi, mendapatkan keuntungan lebih besar dari digitalisasi dibandingkan negara berkembang. Perusahaan teknologi besar yang berbasis di Amerika Serikat dan Eropa mendominasi pasar global, sementara negara-negara berkembang sering kali hanya menjadi konsumen teknologi, bukan produsen. - Eksploitasi Tenaga Kerja Global
Kapitalisme digital juga memperkuat eksploitasi tenaga kerja di negara berkembang. Perusahaan teknologi besar sering kali memanfaatkan tenaga kerja murah di negara-negara ini untuk pekerjaan-pekerjaan yang bersifat repetitif, seperti moderasi konten atau pengolahan data, dengan bayaran rendah dan kondisi kerja yang buruk.
Menghadapi Kapitalisme Digital: Solusi dan Kebijakan
- Regulasi Data dan Privasi
Pemerintah harus mengadopsi regulasi yang ketat untuk melindungi data pribadi pengguna. Kebijakan seperti General Data Protection Regulation (GDPR) di Uni Eropa dapat menjadi model untuk memastikan bahwa perusahaan tidak menyalahgunakan data pengguna. - Pajak Digital untuk Perusahaan Teknologi Besar
Untuk mengurangi konsentrasi kekayaan, pemerintah dapat menerapkan pajak digital yang adil bagi perusahaan teknologi besar. Pendapatan dari pajak ini dapat digunakan untuk mendanai program sosial dan meningkatkan infrastruktur digital di negara berkembang. - Pemberdayaan Ekonomi Lokal
Negara-negara berkembang harus memprioritaskan pengembangan teknologi lokal untuk mengurangi ketergantungan pada perusahaan multinasional. Investasi dalam pendidikan teknologi dan inovasi lokal adalah langkah penting untuk menciptakan ekosistem digital yang inklusif. - Perlindungan Tenaga Kerja Digital
Pemerintah perlu mengatur pasar tenaga kerja digital untuk memastikan bahwa pekerja dalam ekonomi digital mendapatkan perlindungan yang layak, seperti jaminan kesehatan, asuransi, dan upah yang adil.
Digitalisasi memang membawa banyak manfaat, tetapi juga menghadirkan tantangan besar dalam konteks kapitalisme global. Dengan menyamar sebagai inovasi teknologi, digitalisasi sering kali digunakan sebagai alat untuk memperkuat dominasi kapitalisme, menciptakan ketimpangan baru, dan memperlemah posisi tenaga kerja.
Untuk menciptakan sistem ekonomi yang lebih adil, diperlukan regulasi yang kuat, kebijakan redistribusi kekayaan, dan investasi dalam pemberdayaan teknologi lokal. Hanya dengan cara ini, digitalisasi dapat benar-benar menjadi alat pemberdayaan masyarakat, bukan sekadar instrumen untuk memperkuat kapitalisme global.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI