Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara asik belajar ilmu ekonomi www.unand.ac.id - www.eb.unand.ac.id https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Swasembada Pertanian dan Pangan (67) : Perubahan Pola Konsumsi Masyarakat Perkotaan.

23 Desember 2024   20:15 Diperbarui: 23 Desember 2024   20:15 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Swasembada pangan menjadi tantangan besar bagi banyak negara berkembang, termasuk Indonesia. Di tengah upaya meningkatkan produksi domestik, perubahan pola konsumsi masyarakat perkotaan memberikan dinamika baru yang memengaruhi keberhasilan program swasembada. Pengalaman beberapa negara dapat memberikan pelajaran penting untuk memahami hubungan antara swasembada pangan dan perilaku konsumsi masyarakat modern.

Pengalaman Indonesia: Swasembada Beras dan Urbanisasi

Indonesia pernah mencapai swasembada beras pada 1984, yang merupakan pencapaian besar berkat Revolusi Hijau. Namun, seiring urbanisasi dan meningkatnya pendapatan masyarakat perkotaan, pola konsumsi mulai berubah.

  • Beralih dari Beras ke Gandum: Konsumsi mi instan dan roti berbasis gandum meningkat pesat, meskipun gandum tidak dapat diproduksi secara domestik. Ketergantungan pada impor gandum menjadi salah satu tantangan utama.
  • Makanan Cepat Saji: Perkembangan industri makanan cepat saji di kota-kota besar menggeser preferensi masyarakat dari pangan tradisional ke produk global.

Kondisi ini memperlihatkan bahwa meskipun swasembada dapat dicapai pada komoditas tertentu, perubahan pola konsumsi dapat menciptakan tantangan baru yang memengaruhi ketahanan pangan secara keseluruhan.

Pelajaran dari Jepang: Adaptasi dan Modernisasi Pertanian

Jepang, yang memiliki keterbatasan lahan pertanian, menawarkan pengalaman menarik dalam menjaga ketahanan pangan di tengah urbanisasi.

  1. Promosi Pangan Lokal: Pemerintah Jepang secara aktif mempromosikan konsumsi pangan lokal melalui kampanye "Chisan-Chisho" (produksi dan konsumsi lokal), yang menghubungkan petani lokal dengan konsumen perkotaan.
  2. Teknologi Pertanian: Penggunaan teknologi canggih seperti hidroponik dan pertanian vertikal memungkinkan produksi pangan di daerah perkotaan tanpa membutuhkan lahan luas.
  3. Kesadaran Budaya: Masyarakat Jepang tetap mempertahankan kebiasaan mengonsumsi makanan tradisional berbasis lokal, seperti nasi, sayuran, dan ikan, meskipun terpapar budaya global.

Pengalaman Korea Selatan: Konsumsi Sehat dan Lokal

Korea Selatan berhasil menyeimbangkan urbanisasi dan swasembada melalui pendekatan berbasis gaya hidup sehat.

  • Produk Lokal Premium: Pemerintah dan pelaku usaha mengembangkan produk premium berbahan lokal, seperti beras organik dan ginseng, yang menarik perhatian konsumen urban.
  • Regulasi Impor Ketat: Kebijakan ketat terhadap impor pangan memastikan bahwa produk lokal tetap mendominasi pasar domestik.
  • Edukasi Publik: Kampanye gencar mengenai manfaat kesehatan dari konsumsi makanan tradisional, seperti kimchi, membuat masyarakat tetap menghargai hasil pangan lokal.

Pengalaman Skandinavia: Ketahanan Pangan dan Keberlanjutan

Negara-negara Skandinavia, seperti Swedia dan Denmark, menghadapi urbanisasi dengan fokus pada keberlanjutan dan ketahanan pangan.

  1. Urban Farming: Kota-kota seperti Stockholm memanfaatkan ruang hijau untuk pertanian perkotaan, yang tidak hanya meningkatkan ketersediaan pangan tetapi juga memperkuat komunitas lokal.
  2. Teknologi Cerdas: Penggunaan teknologi seperti IoT dan big data dalam manajemen pertanian memastikan efisiensi dan produktivitas tinggi.
  3. Sistem Pangan Berkelanjutan: Masyarakat didorong untuk mengonsumsi makanan berbasis tanaman, yang lebih ramah lingkungan dan dapat diproduksi secara lokal.

Arah Kebijakan untuk Indonesia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun